dewhiraAvatar border
TS
dewhira
Tradisi Tidur di Pasir di Tanah Madura
TANPA alas apa pun, Nenek Marsanu (80) tak risi berbaring di pasir di jalanan di depan rumahnya di Dusun Tenggina, Desa Dapinda, Kecamatan Batang- batang, Kabupaten Sumenep, Madura. Pada suatu sore yang teduh dengan terpaan angin laut yang sepoi-sepoi itu mata si nenek terlihat merem-melek.

ORANG Madura itu anekdotal, suka menciptakan hal-hal lucu. Tatkala pasir dipandang sebagai sesuatu yang terkait dengan hal-hal kurang bersih, orang Madura justru membawa pasir merasuk ke dalam kehidupan mereka yang sangat pribadi.
Boleh jadi, hanya ada di Madura pasir dijadikan kasur yang mengasyikkan. Pasir justru membuat sebagian orang Madura lebih pulas tidur. "Ini tradisi kami, mengapa harus risi dan malu," ujar Abu Rahwi, penduduk Dapinda.
Tradisi unik itu barangkali memang cuma bisa ditemui di Madura, tepatnya di desa-desa di tepi pantai di Kecamatan Batang-batang, antara lain Desa Dapinda, Legung Timur, Legung Barat, dan Lombang.

Pasir yang bagi sebagian masyarakat harus disingkirkan karena bisa mengotori ruangan rumah, bagi orang-orang Madura yang tinggal di desa-desa, pasir malah diangkuti ke dalam rumah. Bukan lagi sekadar di beranda rumah, pasir menjadi penghuni tetap ruang tidur mereka.
Buat sebagian orang Madura, iklan-iklan kasur yang menawarkan kenyamanan, keempukan, dan teknologi canggih tak pernah membuat mereka tergiur. Kalaupun mereka membeli kasur yang mahal, itu lebih alasan untuk melengkapi syarat perabotan di rumah. Kalau tak mau disebut sebagai pajangan.

Buktinya, meski sudah membeli dan memiliki kasur yang harganya mahal sekalipun, jarang sekali mereka gunakan untuk tidur. Kasur-kasur mahal dan modern berteknologi per yang empuk itu lebih banyak teronggok di dalam kamar yang selalu dilapisi seprai bermotif bunga-bunga. Hampir setiap hari warga lebih menikmati tidur di atas pasir, tanpa alas apa pun, baik di dalam kamar maupun di luar rumah.

"Orang Madura itu tidurnya di pasir. Coba Anda perhatikan, di mana-mana warga tidur di pasir, baik di dalam rumah maupun di jalan-jalan. Banyak warga yang membeli kasur, bahkan yang mahal-mahal, tetapi tidak untuk tidur, karena lebih enak tidur di pasir," tutur Mahwi, warga Dapinda.

Memang, di rumah-rumah warga di desa-desa tersebut pasir-pasir halus berwarna putih dan warna gading itu bukan hanya terlihat di sekeliling rumah, di gang-gang, atau jalan-jalan, tetapi juga di ruangan tidur. Di kamar pribadi itu warga membuat sebuah bak atau wadah yang bisa menampung pasir dengan sisi-sisinya dibatasi balok-balok kayu setinggi 10 cm dan setebal 5 cm.

Ukuran bak pun bervariasi, tetapi umumnya seperti ukuran tempat tidur. Jadi, ada yang berukuran 1,5 x 2 meter atau 2 x 2 meter. Bak itu biasanya berada di samping dipan atau ranjang yang berkasur modern.
"Tempat tidur" berpasir itulah yang justru lebih banyak ditiduri ketimbang kasur busa di sebelahnya. Bagi orang luar, mungkin tidak logis menyimpan pasir itu di dalam kamar karena dianggap cuma mengotori saja. Namun, apa mau dikata, pasir menjadi "kasur" yang paling mengasyikkan bagi orang-orang Madura yang tinggal di kawasan itu.
Mengunjungi rumah-rumah orang Madura di daerah itu, acap kita jumpai bak-bak pasir di dalam rumah atau di dalam kamar. Di halaman rumah mereka juga membuat bak penampung pasir yang dibatasi fondasi semen setinggi 15 cm. Setiap saat mereka bisa bersantai dan tidur di situ.

MENURUT warga setempat, pasir halus itu pun dirawat layaknya kasur biasa. "Agar tidak menimbulkan bau tak sedap," ujar Abu Rahwi melanjutkan.

Biasanya setelah beberapa hari dipakai tidur, pasir itu mengalami perubahan fisik yang memengaruhi kualitas warna dan aromanya. Perubahan itu, misalnya, menimbulkan bau tak sedap akibat terkena keringat berhari-hari. Bila sudah terendus bau tak sedap, pemilik rumah segera mengganti pasirnya dengan yang baru. "Rata-rata pasir diganti setiap pekan," katanya.
Mengganti pasir itu pun tidaklah sulit karena hampir di setiap jengkal tanah di kawasan itu dipenuhi pasir sejenis. Biasanya mereka mengambil pasir yang lebih bersih dan jarang digunakan, misalnya, saja dari pinggir pantai di dekat areal pohon-pohon cemara, atau di kawasan wisata Lombang yang jaraknya satu kilometer.

"Kalau sudah mulai bau, pasirnya kami ganti. Pasirnya diambil di dekat saja yang masih segar. Tinggal angkut pakai ember, tetapi setelah pasir yang lama dikeluarkan dulu. Nanti beberapa waktu, setelah pasir yang lama tadi segar, bisa dipakai lagi," tutur Mamat.

Memang, sepanjang mata memandang di sekeliling permukiman di daerah itu hamparan pasir mengitari seluruh kawasan. Warna putih agak gading itu menjadi pemandangan yang dominan. Terlihat bersih meskipun pasir jalanan itu terinjak- injak warga setiap waktu.

"Pasir-pasir itu kami pelihara, jangan sampai kotor. Kalau ada kotoran ayam, misalnya, langsung disapu dan dibuang sehingga pasir selalu dalam keadaan bersih," ujar Abu Rahwi.
Meskipun kebiasaan itu sudah turun-temurun, namun sejumlah penduduk tak mampu menjelaskan muasal waktu mereka mulai mengikuti tradisi itu. Penduduk hanya bilang bahwa tradisi itu berasal dari nenek moyang mereka yang diwarisi secara turun-temurun.

Yang pasti, buat orang Madura di desa-desa itu pasir punya makna yang khas. Pasir barangkali menjadi wahana kedekatan antara manusia dan alam. Sejak kecil mereka diajari agar berhubungan dengan pasir, sebagai perlambang alam.

Menurut Mahwi, setiap anak yang lahir harus diperkenalkan dengan pasir sebagai syarat. Anak-anak itu biasa diletakkan di atas pasir.
"Butir-butir pasir kan keras sehingga anak-anak menahan sakit. Nah, mereka pasti menangis. Nenek moyang kami bilang biarkan anak-anak menangis agar otot-ototnya cepat keluar, sehingga memiliki tenaga yang kuat. Kalau anak mau cepat bisa berdiri, kami lepas saja di pasir," tutur Mahwi.

Apalagi jenis pasir di kawasan itu tak sama pasir di sejumlah tempat lain. Selain tidak terlihat kesan kotor, pasirnya juga tidak menempel di tubuh.
Yang unik, pasir itu sangat adaptif dan seakan memiliki pengatur suhu yang bisa menyesuaikan dengan kondisi cuaca. Jika udara terasa panas, ketika tidur di pasir akan terasa dingin. Sebaliknya bila udara dingin, tidur di pasir akan terasa

Sumber tulisan : Kompas Jumat, 10 Juni 2005


emoticon-I Love Kaskusemoticon-I Love Indonesia
0
6.7K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
BudayaKASKUS Official
2.3KThread1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.