Sebelumnya ane mohon maaf ga bermaksud
Bali pernah menjadi target penting bagi terrorist. Saking pentingnya, sampai dua kali diledakan. Dan sampai saat ini Bali masih tetap menjadi target penting, seperti disampaikan oleh pihak Polri kepada media dalam acara “Mengenang Peristiwa Bomb Bali” beberapa bulan lalu. Mungkin publik—terutama masyarakat Bali—bertanya-tanya: mengapa Bali masih menjadi target penting bagi terrorist?
Sudah menjadi pengetahuan publik dunia bahwa satu-satunya alasan pembenaran yang digunakan oleh para terrorist, dalam melakukan tindakan mereka, adalah apa yang disebut dengan “Jihad.”
Sedikit entang Jihad. Menurut apa yang dideskripsikan di Wikipedia, Jihad artinya:
“Berjuang dengan sungguh-sungguh menurut syariat Islam.”
Oleh para pelaku terror (terrorist), kata “jihad” diartikan sebagai “perang suci”—melawan musuh-musuh islam—yang dalam wujud konkrit adalah menghancurkan apapun dan siapapun yang dianggap musuh/jahat menurut versi mereka.
Seperti yang sudah sering dikutip oleh media, banyak tokoh Islam—khususnya di Indonesia—yang mengatakan bahwa pemahaman jihad sepeti itu adalah keliru.
Yang benar, menurut tokoh islam di Indonesia, arti kata jihad secara harfiah adalah “berjuang” atau “ber-usaha dengan keras”—namun BUKAN HARUS berarti “perang dalam makna “fisik.” Dalam konteks perang, jihad dilaksanakan jika terjadi fitnah yang membahayakan eksistensi ummat (antara lain berupa serangan-serangan dari luar). Lagipula, menurut para ulama di Indonesia, jihad dalam konteks perang, samasekali tidak relevan di sini, sebab Indonesia tidak dalam kondisi perang, muslim di Indonesia tidak dalam kondisi diserang.
Apakah penjelasan di atas sudah menjawab pertanyaan “mengapa Bali menjadi target serangan bagi terrorist”?
Samasekali belum. Masyarakat Bali masih bertanya:
“Apa salahnya Bali sehingga dijadikan target serangan oleh para pelaku terror?”
Untuk mememperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, kita mencoba menelusuri berbagai pemberitaan, diskusi, dan selentingan—mulai dari mass media, blog, media sosial, mailing list, hingga ke forum-forum, dalam dan luar negeri.
Ada banyak kemungkinan alasan yang ditemukan—mulai dari yang paling ngawur sampai yang paling masuk akal. Saya memilah, memilih dan merangkum berbagai kemungkinan alasan tersebut menjadi 7 alasan yang paling logis saja. Logis dipandang dari berbagai pola pikir, terutama pola pikir yang digunakan oleh para terrorist.
Berikut adalah 7 kemungkinan alasan mengapa Bali masih menjadi target penting bagi terrorist.
Alasan-1. Bali Salah Satu Habitatanya Kafir
Quote:
Quote:
Bagi para terrorist, setiap orang non-muslim adalah “kafir,” dalam berbagai kadar:
Penganut Kristen dan Katolik dianggap kafir dalam kadar yang ringan (mungkin setengah kafir) karena dianggap telah “men-TUHAN-kan” Yesus, sementara menurut mereka hanya seorang nabi yang tak ada bedanya dengan Nabi Muhammad.
Di luar penganut Kristen dan Katolik (Hindu, Budha, Kong Hu Chu, aliran kepercayaan dan penganut atheist), dianggap kafir penuh atau “kafir sejati”.
Menyerang (bahkan membunuh) golongan kafir, menurut mereka para terrorist, tidak akan berakibat dosa. Justru sebaliknya; akan memperoleh surga, karena telah melaksankan kewajiban mereka sebagai pejuang. Tentu saja pejuang menurut versi mereka.
Mayoritas penduduk Bali adalah penganut Hindu yang dianggap menyembah berhala (bukan Tuhan), golongan kafir sejati di mata mereka. Sehingga, setidaknya menurut pola pikir terrorist, Bali adalah medan yang tepat untuk berjihad, mencari pahala dengan cara menghancurkan pihak-pihak diluar kelompok mereka.
Alasan-2. Bali Tempat Berliburnya Zionist
Quote:
Quote:
Orang ‘bule’ pada umunya, khususnya ras Yahudi dan warga Amerika Serikat, dijuluki “Zionist” oleh para terrorist.
Bali tergolong tujuan wisata favorit bagi wisatawan asing. Ribuan wisatawan asing dari berebagai belahan dunia datang ke Bali untuk berlibur setiap tahunnya. Bagi terrorist, Bali adalah tempat berliburnya Zionist—tempat nemploknya orang asing di Indonesia.
Sehingga, bagi mereka, melakukan serangan di Bali bisa menyerang kaum Zionist dalam jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan tempat lain, lebih efektif karena tidak perlu repot-repot pergi ke Eropa atau AS.
Alasan-3. Bali Tempat Asetnya Zionist
Quote:
Quote:
Dalam pandangan terriorist, aset dalam berbagai bentuk, adalah sumber pendanaan untuk menjalankan operasional para Zionist. Menyerang dan menghancurkan aset milik Zionist masuk agenda utama para terrorist.
Mereka menganggap Bali adalah salahsatu tempat dimana aset para Zionist berada, di Indonesia. Oleh sebab itu, menyerang Bali dianggap sama dengan menyerang aset sumber pendanaan gerakan para Zionist.
Alasan-4. Bali Sarangnya “Maksiat”
Quote:
Quote:
Ungkapan ini mudah kita temukan di blog, website dan portal tertentu. Ada 2 alasan, mengapa mereka menganggap Bali sebagai sarangnya “maksiat”, yaitu:
Banyak orang berbikini di Bali – Menurut mereka, mestinya Bali melarang turis asing berbikini di pantai. Karena tidak dilakukan maka Bali dianggap tempat maksiat.
Orang Bali penganut seks bebas (free-sex) – Mereka beranggapan orang Bali itu penganut seks bebas, dalam pengertian: melakukan hubungan seks di luar nikah. Persepsi ini sudah sering diungkapkan secara terbuka dan terang-terangan berbagai media online, terutama di portal, website, blog, dan forum-forum tertentu.
Kedua hal itulah yang dijadikan alasan untuk memberi stempel “sarangnya maksiat” bagi Bali. Dan bagi mereka, menghancurkan orang/tempat maksiat sama pahalanya dengan berbuat kebajikan. Oleh sebab itu, sesuai dengan pemahaman jihad mereka, “jika diingatkan baik-baik tak mau, maka habisi”.
Alasan-5. Bali Pusat Perhatian Dunia Untuk Wilayah Indonesia
Quote:
Quote:
Dari sekian banyak kasus yang sudah terjadi, rata-rata terrorist menyerang tempat-tempat yang dianggap penting, terutamasekali yang mendapat perhatian luas dari media internasional. Tujuannya, supaya eksistensi mereka diketahui. Belum ada kasus dimana sebuah kampung diserang, kecuali karena tidak sengaja (bomb meledak diluar rencana mereka).
Di Indonesia, pulau Bali adalah yang paling banyak mendapat liputan media asing, selain Jakarta—Ibu kota negara Republik Indonesia. Dengan menyerang Bali, mereka akan mendapat perhatian dunia.
Alasan-6. Bali Perekatnya Bhinneka Tunggal Ika
Quote:
Quote:
Bhinneka Tunggal Ika adalah prinsip yng dipegang untuk menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia dalam keberagaman. Secara konseptual, prinsip ini mengharuskan setiap orang yang berada di Indonesia untuk menghargai perbedaan ras, agama, suku bangsa dan golongan.
Di sisi lainnya, ada orang/golongan/pihak yang menginginkan agar Indonesia tidak lagi menggunakan prinsip Behinneka Tunggal Ika. Mereka menginginkan Indonesia menjadi negara penganut ideologi tertentu yang tidak lagi menghargai perbedaan-perbedaan. Terrorist adalah kelompok yang menginginkan hal ini bisa terwujud.
Alasan mengapa Indonesia masih menggunakan Bhinneka Tunggal Ika dan belum mau mengikuti keinginan tersebut, adalah demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber-bhinneka ini, termasuk agar Bali tetap berada dalam naungan NKRI.
Bali, dipandang sebagai tempat dimana perbedaan itu berada, disamping daerah-daerah lain seperti Maluku, Jaya Pura, dan lain sebagainya.
Yang mereka inginkan pertama, adalah mengubah daerah-daerah yang berbeda ini dengan cara-cara persuasif. Namun, seperti telah disebutkan di atas, sudah menjadi prinsip mereka bahwa “jika diajak baik-baik tak mau, maka habisi.” Bali dipandang sebagai barometer perbedaan itu, sehingga mengubah atau menghancurkan Bali adalah strategis, bisa mengikis prinsip Bhinneka Tunggal Ika dengan lebih cepat dan efektif.
Alasan-7. Keseleo Otak
Quote:
Diantara banyaknya kemungkinan, yang paling masuk akal adalah 6 yang di atas. Namun karena judul artikel ini adalah “7 Alasan”, maka terpaksa ditambahkan satu penyebab lagi, yaitu: terrorist mengalami cedera otak, karena terlalu sering dicuci.
Mereka yang ber-otak normal, takkan mungkin melakukan tindakan sekeji itu, menghilangkan begitu banyak nyawa orang, tanpa peduli apa salah mereka.
Itulah 7 kemungkinan alasan mengapa Bali masih menjadi target serangan terrorist. Terlepas apakah alasan-alasan itu masuk akal atau tidak, nyatanya ancaman terrorist terhadap Bali adalah nyata, sudah terbukti Bali diledakan dua kali. Adalah fakta juga bahwa potensi ancaman serangan terrorist terhadap Bali, sampai saat ini, masih tinggi. Hal ini bisa dilihat dari penangkapan terduga pelaku perencana pemboman, di daerah Sanur, Denpasar Bali.
Itu artinya, tidak ada pilihan lain bagi masyarakat Bali selain tetap waspada, tidak menutup mata terhadap kemungkinan adanya serangan terror kembali di masa-masa yang akan datang—tanpa perlu menjadi paranoid atau phobia.
Jikapun menjadi paranoid atau phobia, mungkin itu lebih baik jika dibandingkan dengan membiarkan mereka beroperasi dengan begitu mudah, tanpa pencegahan samasekali. Karena jika sampai Bali diserang terrorist untuk ketigakalinya, mungkin korbannya bukan hanya mereka yang ada dilokasi saja, melainkan masyarakat Bali secara keseluruhan.