• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Petekan, Tes Keperawanan Ala Desa Ngadas di Malang yang Terbukti Ampuh

kinjengcekingAvatar border
TS
kinjengceking
Petekan, Tes Keperawanan Ala Desa Ngadas di Malang yang Terbukti Ampuh


Quote:





Asal Usul Petekan

TRADISI petekan berlangsung di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Di desa itulah suku Tengger di wilayah Malang tinggal. Selain di Malang, suku Tengger hidup di pegunungan Tengger di Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, dan Lumajang.
Desa Ngadas termasuk desa tertinggi di Pulau Jawa karena berada di ketinggian 2.000–3.000 meter di atas permukaan laut. Lokasinya sekitar 8 km dari puncak Gunung Bromo. Sedangkan dari Kota Malang berjarak 32 km. Setiap tahun semakin banyak wisatawan ke Bromo yang menempuh jalur itu (dari Malang). Pemandangan di jalur tersebut jauh lebih indah ketimbang jalur ke Bromo lewat Surabaya–Probolinggo.
Di Desa Ngadas yang berlokasi di lereng barat daya pegunungan Tengger, tinggal sekitar 1.800 warga suku Tengger. Mereka tersebar di dua dusun, Ngadas dan Jarak Ijo

Istilah ‘petekan’ sendiri berasal dari kata ‘dipetek’ yang memiliki arti ditekan. Proses tradisi tersebut, memang dilakukan oleh seorang dukun bayi yang menekan perut para peserta petekan. Bagian yang diraba adalah antara pusar dan kemaluan. Jika di dunia medis, teknik tersebut palpasi. Biasanya dilakukan oleh bidan untuk mendeteksi keberadaan bayi dalam perut. Dukun bayi yang sudah ahli, dipercaya untuk melakukan petekan. Si dukun bayi juga bisa merasakan apakah peserta yang belum menikah itu masih perawan atau tidak.






Tujuan Mulia di Balik Tradisi Petekan

Setiap tradisi pasti punya tujuan tersendiri, dan hampir tidak ada satu pun dari jenisnya yang bukan untuk tujuan baik. Petekan pun demikian, di balik tradisi unik tersebut tersemat satu tujuan yang luar biasa mulia. Ya, tujuannya apalagi kalau bukan untuk menekan angka pergaulan bebas dan juga kehamilan di luar nikah. Dalam prosesnya, Petekan ini tak hanya untuk mengetes perawan atau tidak, tapi juga memberikan semacam hukuman kepada mereka yang sudah tidak gadis lagi
Dalam struktur masyarakat Tengger, ada yang ditunjuk sebagai dukun adat. Dia dibantu dua orang. Yakni, wong sepuh yang tugasnya berkaitan dengan kematian dan Pak Legen yang bertugas dalam hal perkimpoian warga Tengger. Dia juga bertugas untuk melaksanakan tradisi petekan. Selain dukun adat, ada dukun bayi yang juga dilibatkan dalam upacara petekan.
Bagaimana tradisi petekan dijalankan? Tradisi itu dilakukan setiap tiga bulan sekali. Biasanya wong sepuh yang mengumumkan bila akan ada upacara tradisi turun-temurun itu. Wong sepuh kemudian memberi tahu Pak Legen yang lalu diteruskan kepada dukun bayi.






Hukuman untuk Perempuan yang Hamil di Luar Nikah

Jika dalam tradisi petekan tersebut ada yang ketahuan hamil di luar nikah, maka akan dilakukan hukum adat. Jika peserta tersebut masih gadis, maka akan segera dinikahkan. Sementara, pada lelaki yang menghamili, akan dijatuhi denda 50 sak semen yang disumbangkan pada desa. Tak peduli pria tersebut mampu ataupun tidak. Hal itu jika si pria masih lajang. Sementara jika peserta petekan hamil dengan lelaki yang sudah berkeluarga, hukuman yang diterima akan lebih berat lagi. Yaitu, 100 sak semen bagi lelaki tersebut dan 50 sak untuk si gadis. Tak cukup sampai di sana, karena setelahnya pasangan tersebut akan dipermalukan dengan menyapu jalanan desa sampai bersih.
Terakhir, pasangan tersebut akan dinikahkan, tapi hanya secara adat. Tidak secara agama. Dan, umur pernikahan tersebut hanya sampai si perempuan melahirkan anaknya. Setelah itu, si laki-laki harus menceraikannya.





Para Peserta dan Berjalannya Tradisi

Tradisi petekan ini masih rutin tiga bulan sekali. Sementara para pesertanya adalah para gadis yang usianya beranjak dewasa. Tak hanya itu, para janda yang masih berusia subur juga menjadi bagian dari peserta. Biasanya, orang yang dituakan (wong sepuh) yang mengumumkan akan diadakannya acara ini. Tradisi ini sendiri diadakan di salah satu rumah warga dan tertutup, untuk waktunya biasanya antara jam 19.00 sampai 21.00






Makna di Balik Tradisi Petekan yang Unik

Hikmah yang bisa diambil dari tradisi petekan selain menekan angka seks bebas di kalangan remaja, juga berguna untuk menjaga kehormatan para gadis. Di era modern, banyak sekali laki-laki yang meragukan keperawanan para gadis. Dengan adanya tradisi petekan, status keperawanan dari gadis Ngadas dan sekitarnya tak lagi dipertanyakan.



Quote:



Sumber


Spoiler for Thx:
Diubah oleh kinjengceking 18-12-2016 06:01
0
39K
228
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.