Penetapan pasangan peserta Pilkada Serentak 2018 akan dilakukan pada 12 Februari mendatang. Setelah itu, dilakukan kampanye mulai tanggal 15 Februari sampai 23 Juni.

"Artinya, masa kampanye akan berbenturan dengan puasa Ramadhan di bulan Mei," kata Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Rahmat Bagja, dalam diskusi bertema "Pilkada Tanpa SARA, Memperkuat Ketahanan Sosial Untuk Pilkada Damai" di Jakarta Pusat, Kamis (8/2).

Diakui Bagja, pihaknya akan bekerja lebih berat selama masa kampanye Pilkada Serentak tahun ini karena bertepatan dengan puasa Ramadhan yang jatuh tanggal 16 Mei. Momen Ramadhan berpotensi dijadikan ajang "kampanye ekstra" bagi para tim sukses pasangan calon (Paslon).

Kegiatan-kegiatan bertema Ramadhan, seperti Sahur on The Road (SOTR) dan buka puasa bersama (Bukber) akan rawan diselipkan "hadiah" terselubung.

"Ini yang lagi kami cari polanya. Karena ini pola terbaru. Misalnya di SOTR, nasi kotak dikasih uang, itu sudah politik uang. Nasi kotaknya sih enggak masalah. Tapi amplopnya itu yang jadi masalah. Terpaksa kami awasi terus, kami tempel. Masing-masing paslon kami tempel," jelas dia.

Ia berharap kepada seluruh Bawaslu di tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota sampai kecamatan untuk menempel ketat kampanye para Paslon. Artinya, tim pengawas akan melekat jika ada Paslon yang melakukan SOTR, Bukber atau tarawih keliling.

"Memang biasanya memanfaatkan. Ketemu warga. misalnya, warga datang ke rumahnya, ya terpaksa kami juga datang. Kasus di luar jadwal (kampanye) seperti ini Bawaslu bisa menindak," ungkapnya. [ald]



Sumber