Berapa banyak aplikasi sosial media yang ter-install di smartphone agan/sista? Satu? Dua? Atau bahkan semua sosial media yang ada saat ini?



Kita tidak perlu menggunakan semua sosial media gan/sis. Terlebih bagi agan/sista yang memiliki waktu yang terbatas dalam keseharian. Sebelum kita mendownload sosial media tertentu, ada baiknya kita mempelajari dulu orang-orang dan konten yang ada di dalamnya. Jika ketertarikan agan/sista tidak ada di dalamnya, tidak perlu membuang waktu untuk menggunakannya.

Tentu saja gan/sis, bebas untuk mencoba media sosial tersebut, tapi kita harus siap meninggalkannya jika kita merasa tidak cocok, dan jadikan analisis agan/sista dari mencoba media sosial tersebut menjadi sebuah pelajaran untuk lebih bijak dalam bermedia sosial.

Tentu saja setiap detik ada jutaan postingan di media sosial. Tapi realitanya, postingan media sosial kebanyakan adalah tentang orang yang berbicara tentang orang lain. Dan tidak jarang kita melihat orang memposting sesuatu yang hanya 'omong kosong'.



Meskipun tidak apa-apa untuk memperbarui postingan dengan sering (seperti artikel terbaru blog agan/sista). Tapi jika hal itu berkaitan dengan masalah yang kita hadapi, sebelum kita mempostingnya, ada baiknya kita lebih dulu berbicara atau menceritakan tentang apa yang ingin kita posting kepada orang lain di dunia nyata. Karena tidak jarang setelah kita berbicara dengan orang tersebut, kita merasa bahwa tidak ada gunanya juga memposting hal tersebut ke dalam media sosial.

Apakah agan/sista sering mengirimkan "Terima kasih sudah add, follow, subcribe, like" kepada semua follower baru dengan cara Direct Message? Atau jika agan/sista punya teman yang seperti itu, tolong tolong dan tolong jangan mengirim DM ke semua pengikut yang baru di dapatkan.



Direct Message difungsikan untuk mengirim pesan personal yang tidak ingin diketahui orang banyak dan jika agan/sista mengirim DM hanya untuk mengatakan terima kasih seperti itu, kebanyakan orang akan menganggapnya spam. Itu bukan cuma terlihat aneh, tapi agan/sista bisa terlihat seperti Newbie yang tidak mengerti etika bersosial media.

Ada saat ketika hashtag sebagai cara yang bagus untuk menyatukan tweet. Sebenarnya, itu sangat bagus untuk kampanye acara sosial sehingga orang yang berpartisipasi tapi tidak bisa datang ke kegiatan tersebut dapat memantau perkembangannya.



Tapi masalahnya di sini adalah ketika ada orang yang memposting tweet menggunakan hashtag (biasanya yang lagi trending) tapi ga ada hubungannya sama sekali sama hashtag tersebut.
Bagaimana menurut agan/sista untuk yang satu ini? Kalo ane udah ga tau lagi gan/sis, karena ini mengganggu orang-orang yang terlibat di dalam kegiatan atau acara di hashtag itu.

Misalnya ane pernah lihat di twitter, "Harus menunggu 5 jam untuk mendapatkan Iphone X saya hari ini. #usembassyjerusalem." Ini apa hubungannya ngantri Iphone X sama rencana Donald Trump mindahin kedutaan Amerika untuk Israel ke Jerusalem coba?

Dimana ada artis media sosial, di situ biasanya ada haters. Dimana ada kasus yang lagi booming, disitu ada yang pro dan kontra. Tapi, bagaimana jika ternyata ada suatu waktu dimana agan/sista mendapatkan haters dan mereka menuliskan banyak komentar negatif?



Saran ane untuk yang satu ini adalah kita harus pandai "memilih pertempuran". Siapa bilang kita tidak boleh menanggapi komentar negatif? Yang bodoh itu adalah ketika menanggapi semua komentar negatif. Perlu diketahui gan/sis, banyak orang yang jadi haters cuma karena dia emang pengen bikin masalah ajah. Itulah ane bilang kita harus memilih pertempuran yang tepat dengan haters yang benar-benar membenci kita dan menanggapinya dengan baik. Tapi, sekali lagi tapi gan/sis, ketahuilah kapan waktu dimana agan/sista untuk melangkah mundur alih-alih menambahkan bensin ke dalam api. Ngerti kan gan/sis?

Agan/sista pasti sudah tidak asing dengan kebodohan untuk menjadi viral. Tapi pertanyaannya adalah, apa sih yang membuat semakin lama orang semakin nekat dan bodoh hanya untuk bisa menjadi viral?

Mari kita ambil contoh "selfie".



Ada orang yang melakukan selfie di tempat-tempat berbahaya untuk menjadi viral. Memang, setelah itu dia menjadi viral, tapi setelah itu orang-orang mulai mengikuti aksinya dengan lebih berbahaya lagi. Perasaan tertantang (atau mungkin ikut-ikutan kali ya?) itulah gan/sis yang menjadikan kebodohan untuk menjadi viral seperti lingkaran setan. Karena setiap sesuatu yang nekat, konyol, atau bodoh viral, keesokan harinya akan muncul yang lebih nekat, lebih konyol, dan lebih bodoh.

(Btw, itu adalah foto Wu Yongning, penggila selfie extreme. Ketebak kan gan/sis sekarang dia gimana? Dia terjatuh dan meninggal seketika di salah satu aksinya)

Sekarang jika agan/sista memposting sesuatu ke satu media sosial, bisa dihubungkan ke media sosial agan/sista yang lain biar postingan itu juga muncul di media semua media sosial yang digunakan.

Sebelumnya ane udah bahas kalo memposting setiap detik atau kejadian tidak pernah jadi ide yang bagus, tapi ane juga mengatakan tidak apa-apa jika kita sering memposting sesuatu yang sedang kita fokuskan. Tapi ada yang lebih menyebalkan dari itu, karena tidak seharusnya mempublikasikan satu pesan dan mengirimkannya ke semua media sosial yang berbeda sekaligus.



Pertama, ketahuilah semua media sosial memiliki ciri khas sendiri, ada yang berbagi foto, video, dll. Jadi pastikan postingan yang akan kita publikasikan cocok di media sosial yang mana dan tidak perlu mempublikasikannya ke dalam media sosial yang jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan postingan itu. Apakah agan/sista bisa mempublikasikan satu Thread ke semua forum di KASKUS? Tidak kan? Logikanya sama gan/sis. Dan kalo ada yang nulis Thread yang sama di semua forum, apa yang agan/sista rasain? Nyebelin kan? Bahkan dilarang.