Lagi dan lagi, pemerintah kembali mengeluarkan izin impor beras sebesar 500 ribu ton (lagi). Alasannya masih sama, pasokan beras dalam negeri kurang. Bukan nya Indonesia merupakan negeri penghasil beras terbesar ketiga?

Lahan sawah masih banyak, petani pun masih enggan ganti profesi. Dari mana pemerintah tahu pasokan beras dalam negeri kurang? Oh iya, menurut Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nurwan "Petani mungkin tidak menjual hasil panennya ke bulog." Lantas kemana mereka menjualnya? Kenapa hal itu bisa terjadi?

Yang harus digaris bawahi, beras yang di impor pemerintah adalah beras jenis khusus yang tidak ditanam di Indonesia. Dengan kata lain, spesial. Tapi, harga nya sama dengan beras medium yang kebanyakan petani tanam. Nah kan, kualitas berbeda harga sama. Nasib petani gimana dong?

Memang sudah jadi ciri khas saat Ramadhan, harga kebutuhan pokok melambung. Ini selalu menjadi perhatian pemerintah, bukannya mencari jalan keluar yang bisa menguntungkan rakyat kecil, pemerintah akhirnya memilih kembali mengimpor beras.

Dua kali izin impor dikeluarkan dengan alasan yang sama, berarti pemerintah jatuh ke lubang yang sama dalam satu tahun? Apa pemerintah tidak belajar dari kesalahan?

Mungkin pemerintah terlalu pusing karena banyak yang harus dikerjakan, sedangkan perut rakyatnya sudah menjerit minta makan nasi. Kan beras itu bahan baku nasi, sedangkan nasi adalah makanan utama orang Indonesia. Belum makan kalau belum ketemu nasi, katanya.

Ya, impor beras juga bukan hal yang dilarang sih, Undang-Undang mengijinkan kok. Tapi ya sebelum dikeluarkan, harusnya dipikirkan matang-matang dulu. Apa memang tak ada cara untuk lebih memaksimalkan pasokan besar dalam negeri? Ada 39,7 juta warga Indonesia memilih menjadi petani, masa belum bisa dimaksimalkan?

Atau mungkin di atas nya sudah menjalankan rencana pemaksimalan, tapi di bawah nya leha-lehajadi rencana pemaksimalan pada akhirnya hanya wacana saja. Entah, semoga bukan seperti itu. Yang jelas, saya minta harga beras turun lagi.