Tahun ini daerah tempat saya tinggal tak menyelenggarakan Pilkada, tapi andai saya memilih di berbagai Pilkada yang calon-calonnya saya litsus di https://litsuspilkada2018.wordpress.com/, berikut pilihan saya untuk Jabar, Jateng, Jatim, Lampung, Sumsel, Riau, Sumut, Bali, Kota Bandung, Kab Bogor, Kota Bogor, dan Kota Bekasi:

JAWA BARAT
4 Deddy Mizwar - Dedi Mulyadi
Buat saya yang jadi penentu adalah Dedi Mulyadi. Hasil kerjanya di Purwakarta teruji dan dipuji, kepeduliannya terhadap budaya Sunda dan keberagaman terbukti, dan dia berani berhadapan dengan kelompok intoleran. Deddy Mizwar bukan administrator bagus, tapi kepopulerannya akan berguna, juga keahliannya mengelola citra. Mengapa bukan yang lain? Pasangan PDIP saya anggap cuma pelengkap penggembira sekaligus "penangkal petir", sementara Sudrajat-Syaikhu menurut saya langkah politis keliru karena hanya Ahmad Syaikhu yang jelas basis dukungannya, Sudrajat tak dikenal baik di Jabar. Terakhir, saya menganggap Ridwan Kamil itu overrated. Ketenarannya di medsos lebih menonjol ketimbang hasil kerjanya di Bandung; dia membuat Bandung tampak lebih cantik tapi kurang sukses di pemberesan birokrasi dan penanggulangan kemacetan. Calon wakilnya, Uu RU, rekam jejaknya kurang bagus.

JAWA TENGAH
1 Ganjar Pranowo-Taj Yasin
Realistis saja, dengan segala potensi kekurangannya, Ganjar Pranowo susah dibendung. Dia populer dan hasil kerjanya masih lumayan. Apalagi calon wakilnya dipilih dari kelompok dengan basis dukungan jelas. Sudirman Said mungkin lebih bagus rekam jejaknya, terutama dalam pembubaran Petral dan ikut membentuk KPK, tapi basis massanya lemah, sudah begitu dia juga memilih calon wakil yang orang Jawa Timur bukan Jateng.

JAWA TIMUR
1 Khofifah-Emil
Persaingan akan ketat, tapi menurut saya rekam jejak Khofifah lebih kuat ketika menjabat Mensos, dan Emil menunjukkan potensi sejak di Trenggalek. Sementara itu Saifullah kurang kuat rekam jejaknya sebagai Wagub, tidak banyak kelihatan kinerjanya di bawah Soekarwo; Puti tidak punya banyak rekam jejak.

LAMPUNG
1 Ridho Ficardo-Bachtiar
Meski awalnya maju sebagai "orangnya Sugar Group" sepanjang masa jabatannya Ridho Ficardo berprestasi lumayan di ekonomi dan infrastruktur. Rekam jejak Herman HN di Bandarlampung kurang meyakinkan, bahkan bentrok dengan wakilnya sendiri. Arinal dituding didukung Sugar Group; rekam jejak dia dan Nunik biasa saja. Cagub no 4 Mustafa sekarang tahanan KPK.

SUMSEL
2 Aswari-Irwansyah
Aswari terbukti hasil kerjanya di Lahat, di banyak bidang dari pertanian, tata kelola, sampai pengembangan manusia. Dari segi dinasti, Aswari-Irwansyah juga yang paling sedikit kadar politik dinastinya. Sementara para pesaingnya: Herman Deru ada plus minus, sementara Mawardi Yahya pernah mengundurkan diri dari jabatan bupati supaya anaknya bisa jadi bupati, tapi anaknya malah ditangkap karena narkoba. Ishak Mekki biasa saja, calon wakilnya nol pengalaman. Dodi Reza lumayan, cuma menurut saya terlalu cepat naik dari bupati, dan ada faktor dinasti.

RIAU
1 Syamsuar-Edy Nasution
Syamsuar punya rekam jejak lumayan di Siak. Poin tambahan untuk upaya kerja sama dengan Greenpeace membuat kebun sawit ramah lingkungan. Lukman Edy rasanya lebih cocok di DPR daripada kepala daerah, rekam jejaknya lebih banyak di tingkat politik negara. Firdaus kurang bagus prestasinya di Pekanbaru. Andi Rachman biasa saja sebagai gubernur petahana.

SUMUT
2 Djarot-Sihar Sitorus
Sebenarnya tidak ada calon yang bagus sekali. Djarot tidak seberprestasi Ahok yang digantikannya di Jakarta, juga terkesan dipaksakan karena bukan calon organik Sumut, sedangkan Sihar Sitorus pengusaha sawit se-Indonesia, sukar membayangkan tidak ada konflik kepentingan kalau dia jadi pejabat, dan kita tahu semua bisnis sawit punya banyak dampak lingkungan yang bisa negatif. Tapi Edy Rahmayadi kurang pengalaman mengurus sipil, dan sekalinya mendapat kesempatan mengurus sipil (PSSI) kurang sukses, sedangkan Ijeck bagian keluarga besar Shah yang terkenal di underworld Medan. Realistisnya, mungkin Djoss sedikit lebih baik daripada Eramas untuk Sumut. Sayang Sumut tak dapat calon-calon lebih baik.

BALI
2 Mantra-Kerta
IB Rai Dharmawijaya Mantra cukup bagus di Denpasar, dan secara keilmuan unggul; Sudikerta aktif mengajukan proyek infrastruktur ke pemerintah pusat. Sementara Wayan Koster bolak-balik bersinggungan dengan KPK dan kasus korupsi, bukan tak mungkin suatu saat bakal tersandung dan kena.

KOTA BANDUNG
1 Nurul Arifin-Ruli
Ada dua pejabat lama, Wawalkot Oded dan Sekda Yossi, yang maju; tapi keduanya menurut saya kurang meyakinkan. Sebagian besar rekam jejak Yossi adalah pekerjaan rutin birokrat tanpa ada yang menonjol; Oded tidak banyak terobosan sebagai wakil Ridwan Kamil. Jadi karena kedua petahana biasa saja, saya pilih beri kesempatan ke orang baru sekalian, walau rekam jejak Nurul Arifin sebagai eksekutif juga masih nol.

KAB BOGOR
3 Jaro Ade-Ingrid Kansil
Di sini banyak calon yang rekam jejaknya minim: Nungki, Gunawan, Ade Wardhana. Yang satu lagi dinasti: Ade Yasin adik bupati terdahulu Rachmat Yasin yang ditangkap KPK. Tinggal tersisa satu calon yang masih punya rekam jejak: Jaro Ade.

KOTA BOGOR
3 Bima Arya-Dedie Rachim
Bima Arya ada plus minus sebagai walikota, tapi secara politis masih paling kuat dibanding yang lain. Calonnya yang asal KPK siapa tahu bisa membawa perubahan positif di tata kelola Kota Bogor. Achmad Ru'yat sepertinya mandek di politik sejak sempat jadi tersangka korupsi (walau divonis bebas) sementara calon wakilnya adik terpidana korupsi Rachmat Yasin. Dua yang lain, Edgar dan Dadang, kurang terkenal.

KOTA BEKASI
1 Rahmat Effendi-Tri Adhianto
Rekam jejak para calon di Kota Bekasi penuh masalah agama. Rahmat Effendi menunjukkan perkembangan positif dari awalnya melarang HKBP dan Ahmadiyah ke membela Gereja Santa Clara dan Masjid al-Ahdhar. Selain itu juga ada prestasi di bidang lain. Sementara lawannya banyak menggunakan SARA dan sepertinya didukung kelompok intoleran. Calon wakil walikota Adhy Firdaus bermasalah di beberapa kasus: STIE pemberi ijazah palsu dan dugaan penipuan bisnis umrah.