Quote:
SURABAYA, KOMPAS.com - Ketua Tobacco Control Support Center, Dr Santi Martini, dr.M.Kes mengatakan harga rokok di Indonesia terlalu murah.
Berdasar Survei Indikator Nasional (Sirkesnas) 2016, jumlah perokok pemula diketahui meningkat dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 8,8 persen pada 2016.
Meningkatnya jumlah perokok pemula lebih banyak disebabkan karena harga rokok di Indonesia terlampau murah.
Padahal sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menargetkan penurunan prevalensi perokok anak usia di bawah 18 tahun sebesar 1 persen setiap tahunnya.
"Ini menunjukkan, rokok murah juga mendorong anak-anak yang mampu membeli rokok dan dapat teradiksi (kecanduan) sehingga menjadi perokok yang tidak dapat berhenti seterusnya," ucap Dr. Santi di Surabaya, Minggu (22/7/2018).
Berdasarkan riset Atlas Tobbaco, sambung dia, Indonesia menduduki ranking tiga negara dengan jumlah perokok tertinggi di dunia. Jumlah perokok di Indonesia tahun 2016 mencapai 90 juta jiwa.
Santi menjelaskan, Indonesia sendiri menempati urutan tertinggi prevalensi merokok bagi laki-laki di ASEAN, yakni sebesar 67,4 persen.
"Kenyataan ini diperparah bahwa perokok di Indonesia usianya semakin muda," katanya.
Data Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak menunjukkan, jumlah perokok anak di bawah umur 10 tahun di Indonesia mencapai 239.000 orang.
Sebanyak 19,8 persen pertama kali mencoba rokok sebelum usia 10 tahun, dan hampir 88,6 persen pertama kali mencobanya di bawah usia 13 tahun.
Lebih ironis lagi, sebanyak 84,8 juta jiwa perokok di Indonesia berpenghasilan kurang dari Rp 20 ribu per hari.
Perokok di Indonesia, lanjut Santi, 70 persen di antaranya berasal dari kalangan keluarga miskin.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa pada bulan September 2016, rokok adalah komoditas yang menyumbang kemiskinan sebesar 10,70 persen di perkotaan dan pedesaan.
“Kalau harga rokok tidak segera dinaikkan, maka Indonesia akan segera menghadapi gangguan ekonomi yang disebabkan menurunnya produktivitas dan membengkaknya anggaran jaminan kesehatan nasional,” ungkap Santi.
https://regional.kompas.com/read/201...sia-makin-muda
Komeng TS =
Mau jadi apa bangsa ini kalau usia anak SMP sudah merokok