“Banyak jalan menuju Roma,” begitulah pepatah yang menggambarkan bahwa selama ada kemauan di situ pasti ada jalan.

Kondisi fisik yang lemah, entah karena sakit atau memang karena cacat bawaan, tidak akan menghalangi seseorang untuk mengais rezeki, selama ada kemauan yang kuat untuk bekerja.

Seperti seorang pria di kota Chakradharpur, negara bagian Jharkand, India yang bernama Chhotu Baraik(40) ini. meski ia dilahirkan dalam kondisi cacat permanen pada kedua kakinya, namun itu tidak menghalangi karir dan jodohnya.

Mungkin karena menyadari kondisi fisiknya yang tak mungkin bekerja seperti pemuda pada umumnya, awalnya Chhotu Baraik memilih pekerjaan sebagai pengemis.



Setiap hari ia menadahkan tangan di pinggir-pinggir jalan, mengumpulkan recehan yang diberikan orang lain yang merasa iba dengan keadaannya. Namun siapa sangka dari hasil meminta-minta itu, penghasilan Chhotu Baraik bisa mencapai 30.000 Rupee atau sekitar Rp.6 juta dalam sebulan.

Sebenarnya, dari penghasilannya itu, Chhotu Baraik sudah mampu memenuhi kebutuhan sandang dan pangan standar sehari-hari. Namun itu bukanlah usaha yang gampang. Ia sudah merasakan betapa beratnya hidup dalam kemiskinan.

Maka, ketika Chhotu Baraik mempunyai penghasilan lebih, tidak serta merta ia berfoya-foya, melainkan diinvestasikannya secara cerdas kepada berbagai jenis usaha produktif.

Dari hasil investasi itu pula, akhirnya Chhotu Baraik bisa mempersunting perempuan sebagai istrinya. Bahkan kini istrinya ada 3 orang, dan semuanya hidup rukun.

Dari keuntungan investasi itu pula, kini Chhotu Baraik punya usaha sendiri, yaitu sebuah toko yang dikelola salah satu istrinya.

Selain itu, Chhotu Baraik juga mampu mendirikan sebuah perusahaan distributor peralatan kesehatan, dengan aset sekitar Rp. 200 juta setip bulan.

Perusahaan ini mempekerjaan tidak kurang dari 20 orang karyawan, dan Chhotu Baraik mampu membayar gaji mereka secara layak.

Rahasia sukses Chhotu Baraik adalah semua keuntungan penghasilan yang diterimanya, baik dari mengemis, maupun dari investasi dan perusahannya, semuanya dibagi rata kepada semua istrinya. Karena itu, mereka hidup rukun tanpa ada iri dan cemburu.

Meski sudah mampu secara finansial, ternyata Chhotu Baraik belum berniat untuk berhenti dari profesinya sebagai pengemis. Karena itu, setiap pagi hingga sore, ia tetap melakoni ‘pekerjaan dasarnya’ itu. Sedangkan sore hingga malam, ia berubah menjadi seorang direktur berdasi, yang jauh dari kata dekil, sebagaimana layaknya seorang pengemis.
*****
Ada-ada saja manusia zaman now. Sudah kaya dan mapan, masih saja mau menadahkan tangan untuk meminta-minta. Mungkin karena pekerjaannya ringan dan hasilnya lumayan kali ya?

Hanya saja terasa aneh, apakah tiada orang yang mengenali Chhotu Baraik sebagai seorang pengusaha? Apakah dia tidak malu jika identitasnya diketahui orang? Atau barangkali ketika mengemis ia benar-benar rapi ‘mengamuflase’ dirinya agar tak dikenali orang lain? Entahlah! Yang jelas menurut Ane, jika sudah kaya, berhentilah sebagai peminta-minta, tapi jadilah sebagai pemberi yang sangat dermawan.(*) {No.460}
*****
Ref 1, Ref 2.