iam.cyborgAvatar border
TS
iam.cyborg
Pemerintah Datangkan 100 Ventilator Lagi untuk Penanganan Corona


Jakarta, CNN Indonesia -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan Indonesia baru mendatangkan 100 unit ventilator untuk penanganan virus corona (Covid-19). Menurutnya, alat kesehatan tersebut didatangkan menggunakan pesawat beberapa waktu lalu tanpa menyebutkan dari mana asal alat tersebut.

"Kita baru datang lagi 100," kata Yurianto kepada CNNIndonesia.com, Kamis (26/3).

Ia tak menjawab secara lugas saat ditanya apakah 100 unit ventilator tersebut merupakan bagian dari paket alat kesehatan (alkes) yang diterima pemerintah Indonesia dari pemerintah China untuk memerangi virus corona pada Sabtu (21/3).


Yurianto hanya berkata 100 unit ventilator tersebut didatangkan menggunakan pesawat kemarin.

"Yang dibawa pakai pesawat kemarin," katanya.

Lihat juga: Bantuan Alkes Corona dari China Bernilai US$433 Ribu


Di sisi lain, Yurianto menyampaikan semua rumah sakit rujukan penanganan virus corona telah memiliki ventilator. Menurutnya, pihaknya juga sudah mengecek kesiapan ventilator di seluruh rumah sakit rujukan penanganan virus corona.

"Semua rumah sakit rujukan kan punya ventilator. Ya (semua ventilator di rumah sakit rujukan siap), kan sudah dicek sebelumnya," ucap dia.

Terkait kemungkinan penambahan jumlah ventilator untuk penanganan virus corona di hari mendatang, Yurianto mengaku kurang mengetahui.

Lihat juga: APM di RI Diminta Produksi Ventilator untuk Pasien Corona

Namun, ia menyatakan pemesanan ventilator dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 tidak ada lagi sejauh ini.

"Saya enggak begitu jelas, kayaknya dari Gugus Tugas (Percepatan Penanganan Covid-19) sudah enggak ada lagi," ungkapnya.


Diketahui produsen ventilator asal China, Beijing Aeonmed Co, bekerja selama 24 jam sejak 20 Januari 2020 untuk memenuhi kebutuhan alat bantu pernapasan buat pasien Covid-19 yang dipesan para dokter dari Milan, Italia hingga New York, Amerika Serikat.

Lihat juga: China Tanya Kebutuhan RI, Prabowo Kirim Daftar Alkes Corona


Menurut Direktur Beijing Aeonmed, Li Kai, saat ini banyak negara yang memesan ventilator buatan pabriknya. Ia mengatakan mesin-mesin pembuat ventilator beroperasi tanpa henti.

"Tidak ada negara di dunia yang tidak ingin membeli ventilator dari China saat ini. Kami memiliki puluhan ribu pesanan, yang jadi masalah, seberapa cepat kita bisa membuatnya," kata Kai dikuti dari Crains New York Business.

Beijing Aeonmed Co memproduksi ventilator untuk dikirimkan ke Kota Milan dan New York, saat ini.

Gubernur Kota New York, Andrew Cuomo menyebut pihaknya membutuhkan 30 ribu ventilator. Secara keseluruhan, menurut data Society of Critical Care Medicine AS, sekitar 960 ribu pasien Covid-19 membutuhkan ventilator, namun di AS hanya tersedia 200 ribu unit ventilator. (mts/osc)

VIDEO: AS Siapkan 10 Ribu Ventilator Antisipasi Pasien Corona

https://m.cnnindonesia.com/nasional/...anganan-corona

Arab pelit kapan?
Kapan berubahnya lu boed, tunggu ribuan warga DKI meninggal?
Sementara 700 an positif corona DKI dirawat intensif sangat butuh ventilator biar tidak berhenti nafasnya

Belom jumlah suspect coroma atau
ODP atau PDP yang jumlahnya juga banyak nus

Ga jelas nih Nganus dan APBD DKI. Juga DPRD nya



Apa sebenarnya ventilator?

Ventilator adalah mesin yang berfungsi untuk menunjang atau membantu pernapasan seseorang. Melalui alat ini, pasien yang sulit bernapas sendiri akan dibantu untuk mendapatkan udara dan bernapas seperti orang normal.

Mengutip Alodokter, mesin ventilator akan mengatur proses menghirup dan menghembuskan napas pada pasien. Ventilator akan memompa udara selama beberapa detik untuk menyalurkan oksigen ke paru-paru pasien, lalu berhenti memompa agar udara keluar dengan sendirinya dari paru-paru.

"Alasan mengapa saat ini adalah saat krisis adalah karena tanpa ventilator, pasien (Covid-19) akan meninggal", kata Prof. David Story, deputi direktur Pusat Perawatan Terpadu Universitas Melbourne, seperti dikutip dari The Guardian.

Hal senada diungkapkan oleh Sarath Ranganathan, profesor sekaligus anggota dewan Lung Foundation Australia.

"Pengalaman di Italia dan Spanyol, dan pemodelan yang digunakan oleh ahli matematika di seluruh dunia, menunjukkan jumlah orang yang akan menjadi sakit kritis dengan Covid-19 akan sangat melebihi kapasitas perawatan yang menggunakan bantuan pernapasan. Tanpa akses ke ventilator, banyak pasien yang bisa selamat dari infeksi akan meninggal," ujarnya.

Keperluan penggunaan ventilator

Sebelum memutuskan penggunaan ventilator, dokter akan melihat apakah pasien memiliki kesulitan atau kegagalan dalam bernapas, seperti naiknya ritme napas, pasien kemudian akan terlihat tertekan, dan CO2 dalam darah naik. Menurut Story, kecepatan pernapasan normal adalah sekitar 15 napas per menit, dan jika kecepatannya menjadi sekitar 28 kali semenit, ini adalah sinyal bahwa ventilator mungkin diperlukan.

"Pasien dapat bertahan untuk jangka waktu singkat menggunakan bentuk ventilator manual seperti menggunakan sistem kantong dan masker dengan oksigen, tetapi biasanya pemasangan ventilator harus dilakukan dalam 30 menit jika kondisi pasien kritis", kata Ranganathan.

Story mengatakan bahwa pada pasien Covid-19 yang parah, suatu kondisi yang disebut sindrom gangguan pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome atau Ards) yang mengancam jiwa bisa muncul, yang membutuhkan ventilator untuk memberikan volume oksigen dan udara yang lebih kecil, tetapi pada tingkat yang lebih tinggi. Menurutnya, Ini bisa berarti pasien perlu menggunakan ventilator selama beberapa minggu.

Pemasangan ventilator

Ventilator dalam upaya penanganan pasien Covid-19 sangat penting, karena Covid-19 adalah penyakit yang menyerang paru-paru yang merupakan organ pernapasan terpenting.

Sebelum seorang pasien ditempatkan pada ventilator, staf medis - seringkali ahli anestesi - akan melakukan prosedur yang disebut intubasi. Setelah pasien dibius dan diberikan pelemas otot, sebuah selang ditempatkan melalui mulut dan mengarah ke tenggorokan. Dalam penanganan pasien Covid-19, staf medis perlu mengambil tindakan pencegahan ekstrim untuk memastikan mereka tidak terinfeksi virus, seperti mengenakan coverall atau setelan hazmat. Tabung pernapasan kemudian dilekatkan ke ventilator dan staf medis dapat menyesuaikan kecepatan yang mendorong udara dan oksigen ke paru-paru, dan menyesuaikan kadar oksigen.

Dilema Para Dokter

Salah satu cara yang paling jelas untuk menghindari kekurangan ventilator adalah dengan mengurangi jumlah orang yang terkena penyakit. Setiap anggota masyarakat diharuskan mengikuti semua saran kesehatan, termasuk aturan menjaga jarak dan kebersihan. Jika tidak, ketika banyak orang terinfeksi Covid-19 dan mengalami kondisi kritis, rumah sakit akan sangat terbebani karena alat medis dan tenaga medis yang sangat terbatas.

John Wilson, profesor sekaligus presiden terpilih dari Royal Australasian College of Physicians dan seorang dokter pernapasan mengatakan, petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk menangani kasus-kasus parah yang mengancam jiwa seperti Covid-19 sangat prihatin dengan kemampuan mereka untuk menggunakan alat bantu yang sesuai untuk banyak pasien yang diperkirakan akan mengalami gagal pernapasan.

"Pada dasarnya, hal ini berarti bahwa banyak pasien yang tidak akan dapat dirawat dengan ventilator mekanis dan keputusan sulit harus dibuat oleh staf, keluarga dan pasien tentang keterbatasan pemakaian alat bantu pernapasan. Ada banyak dilema etis dalam hal ini, dan tidak ada yang bisa diselesaikan dengan mudah", ungkapnya. (fdi/chs)

https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidu...asien-covid-19
Diubah oleh iam.cyborg 02-04-2020 12:19
tata604
4iinch
sebelahblog
sebelahblog dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.4K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.8KThread40.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.