Pada thread sebelumnya yang bisa agan baca disini, TS telah membahas masa depan A-10 Thunderbolt II (Babi Hutan), di mana pesawat akan dipasangi sistem senjata baru berupa MLAD. Hal itu membuat masa depan Babi Hutan tampak semakin cerah, setelah USAF berencana menghentikan operasionalnya. Di sisi lain, Su-25 yang menjadi saingan A-10, sampai saat ini belum ada rencana pensiun. Lalu seperti apa masa depan Si Kaki Katak kelak ?




Sama seperti A-10 Warthog, Su-25 yang dapat julukan Frogfoot oleh NATO juga merupakan warisan era Perang Dingin. Sementara julukan asli Su-25 di Rusia adalah "Grach (Gagak)."Su-25 digunakan untuk misi "Close Air Support", dan sudah mulai dikembangkan sejak tahun 60-an. Pada awal dekade 1970-an, Uni Soviet membuat kompetisi desain pesawat untuk misi dukungan udara jarak dekat. Desain Sukhoi lalu dipilih, setelah mengalahkan biro desain Yakovlev, Ilyushin dan Mikoyan.

Pesawat pertama lalu terbang pada 22 Februari 1975, setelah sukses menjalani uji coba terbang, pihak Sukhoi kemudian diberi lampu hijau untuk memproduksi pesawat secara massal. Produksi Su-25 pun dimulai pada tahun 1978 di Pabrik 31, Tbilisi. Angkatan Udara Soviet sendiri mulai mengoperasikan Su-25 pada tahun 1981.

Bahan yang digunakan untuk membuat Su-25 terdiri dari aluminium 60%, baja 19%, titanium 13,5%,magnesium 2%, dan bahan lainnya sekitar 5,5%. Untuk perlindungan pilotnya Su-25 memiliki kompartemen lapis baja titanium yang dilas setebal 25 mm di beberapa tempat yang menutupi setengah bagian bawah kokpit untuk melindungi pilot dari tembakan senjata anti-pesawat dari darat.

Pesawat dilengkapi dengan sistem navigasi udara taktis RSBN (TACAN), unit penerima suar penanda MRP-56P, altimeter radio RV-1S dan berbagai indikator kecepatan. Sementara sistem komunikasinya terdiri dari transponder SRO-2 Identification Friend or Foe (IFF), transponder kendali lalu lintas udara. (SO-69), transceiver VHF/UHF serta radio udara-ke-darat.



Su-25 lebih kecil dari A-10 milik Paman Sam; Su-25 punya panjang 15.53 m, tinggi 4.8m, dan rentang sayap14.36 m. Sementara luas area sayapnya mencapai 30.1 m². Bobot kosongnya 10.740 kg dengan maksimum berat lepas landasnya mencapai 17.600 kg.

Difungsikan sebagai pesawat untuk menyerang target bergerak maupun tak begerak yang berada di darat, Su-25 dibekali 10 hardpoints (cantelan senjata) yang dapat dipasangi berbagai senjata maupun tangki bahan bakar eksternal. Beberapa senjata yang dibawa mulai dari rudal udara ke darat seperti Kh-23, Kh-25ML dan Kh-29L. Sementara rudal udara-ke-udara yang dibawa berupa R-3S dan R-60.

Sama seperti saingannya dari AS, Si Kaki Katak juga sebenarnya merupakan pesawat yang tangguh. Baru-baru ini dalam perang di Ukraina, sebuah Su-25 disengat rudal panggul pada Maret 2022. Hebatnya pesawat tidak jatuh dan masih bisa kembali ke pangkalannya, padahal mesin sebelah kanan pesawat tersengat rudal. Sementara A-10 Warthog hanya dimiliki Amerika, varian Su-25 dimiliki bagian eks Uni Soviet serta anggota Pakta Warsawa. Ukraina pun juga memiliki varian pesawat satu ini.




Varian terbaru Su-25 adalah Su-25SM3, merupakan varian upgrade yang akan memperpanjang masa pakai pesawat ini sampai sepuluh tahun kedepan. Versi upgrade pesawat tersebut dibekali dengan fitur avionik canggih, salah satunya adalah penggunaan sistem navigasi GLONASS dan juga peningkatan kemampuan penerbangan otomatis dalam segala cuaca. Selain itu kokpit pun sudah full digital.

Kode S pada nama Su-25SM3 biasanya merupakan tanda untuk pesawat tempur yang dioperasikan Angkatan Udara Rusia (VKS), kode M untuk modernisasi;sementara angka 3 menandakan jika pesawat sudah 3 kali menjalani upgrade (peningkatan). Sebanyak 25 unit Su-25SM3 diterima VKS pada 2019. Untuk membedakan dengan varian Su-25 sebelumnya, Versi SM3 telah dipasangi modul elektro-optik SOLT-25 di bagian hidung pesawat.

Mengutip artikel Airspace Review perangkat SOLT-25 digunakan untuk melacak target menggunakan laser range finder dan target designator serta thermal imager dan tv channel. Perngkat ini punya kemampuan mengendus target bergerak dalam segala kondisi cuaca hingga jarak 8 km. Trget pun bisa di-zoom hingga pembesaran 16 kali.



Varian SM3 juga dibekali perangkat perlindungan diri berupa Vitebsk-25 EW system yang dilengkapi satu set sensor Zakhvat, merupakan sensor ultraviolet peringatan dini serangan rudal dari arah depan maupun belakang. Sebagai perlindungan diri tambahan, pesawat telah dilengkapi dua chaff dispensers UV-26M 50 mm, dua radar jamming pod L-370-3S di sayap, sistem navigasi dan targeting PnNK-25SM01 Bars, serta sistem komunikasi KSS-25 dengan antena Banker-8-TM-1.

Sebelum operasi militer khusus dilancarkan Putin, para pilot Su-25 terus dilatih menyerang target berupa tiruan pangkalan musuh di lingkungan hutan. Mereka dituntut agar bisa melakukan serangan dadakan. Caranya, pesawat harus terbang rendah mendekati target untuk menghindari deteksi radar, selain itu pilot juga harus bisa melakukan manuver menghindari serangan rudal anti pesawat yang jadi momok menakutkan bagi pesawat seperti Su-25.

Dalam melaksanakan serangan terhadap sasaran, pilot dituntut untuk bisa memaksimalkan persenjataan yang dibawa dengan targetnya, termasuk menembakkan rudal pada sasaran yang ditempatkan di koordinat tertentu.




Selama Perang Ukraina, baik Su-25 Rusia dan Ukraina sama-sama pernah ditembak jatuh. Meski begitu, hal tersebut tak menyurutkan niat Rusia dan Ukraina untuk terus memakai Su-25. Selama Perang Ukraina, banyak pesawat Su-25 yang diterbangkan cukup rendah untuk menghindari sergapan sistem pertahanan udara atau rudal MANPADS. Para pilot dipaksa harus terbang lebih rendah dari biasanya, hal itu menunjukkan kegilaan Si Kaki Katak di Ukraina.



Sementara itu selama misi di Suriah, lebih gila lagi. Tak tanggung-tanggung, Si Kaki Katak langsung berhadapan dengan F-22 Raptor. Meski tidak saling serang, tetapi manuver pilot Raptor kerap kali membuat pilot Su-25 kesal karena misinya terganggu. Pada 23 November 2017 misalnya, Raptor melepaskan flare serta sengaja melakukan manuver-manuver berbahaya mengganggu penerbangan Su-25. Yang waktu itu hendak mengebom markas pemberontak Daesh.

Di Suriah juga, pesawat Su-25 ditembak jatuh. Pada 3 Februari 2018, varian Su-25SM nomor seri RF-96486 “Blue 06” tertembak jatuh rudal MANPADS kelompok pemberontak. Pilot berhasil keluar dari pesawat, ketika mendarat dia akhirnya tewas setelah mendapat kepungan dari kelompok bersenjata. Beberapa hari kemudian, Rusia melakukan serangan balasan dari udara menggunakan rudal presisi terhadap markas kelompok pemberontak dan berhasil menewaskan 30 orang untuk membayar satu jiwa pilot Rusia.



Su-25 sendiri ditenagai dua mesin turbojet Soyuz/Gavrilov R-195s dengan daya dorong 44.18kN. Dengan dua mesin ini, pesawat mampu melesat sampai kecepatan maksimum 975 km/jam. Sementara kapasitas tangki bahan bakar internalnya adalah 3.600 liter.

Su-25 memiliki radius tempur mencapai 375 km, dengan daya jelajah 1.000 km dan saat terbang ferry bisa menempuh jarak sampai 7.500 km. Kisaran terbang pesawat mampu diperpanjang dengan pemasangan empat tangki bahan bakar eksternal (PTB-1500) yang dipasang pada tiap ujung sayapnya.

Meski sering ditembak jatuh, akan tetapi Si Kaki Katak yang tersisa masih percaya diri untuk tetap terbang. Di sisi lain, Rusia masih punya banyak stok pesawat ini di gudang senjata. Sementara Ukraina yang tak punya stok pesawat sebanyak Rusia, juga masih percaya diri menerbangkan Si Kaki Katak setelah Makedonia mendonasikan 4 Su-25 pada awal Agustus kemarin. Lalu, akan seperti apa masa depan Si Kaki Katak kelak ? Apakah Perang Ukraina akan membuktikan kehebatannya atau justru mempermalukannya ?





Referensi Tulisan: Airspace Review
Sumber Foto: sudah tertera di atas