diesviAvatar border
TS
diesvi
Daya Tahan Perbankan Indonesia Hadapi Risiko Resesi 2023 Cukup Kuat
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat stabilitas sektor jasa keuangan, termasuk perbankan, masih terjaga hingga September 2022 dan diperkirakan kondisi yang sama masih akan berlanjut sampai akhir tahun.

Namun, tantangan tahun 2023 akan lebih berat. OJK mengingatkan bahwa meningkatnya risiko pemburukan ekonomi global perlu diwaspadai dampaknya.

Pengetatan kebijakan moneter global yang agresif, tekanan inflasi, serta fenomena penguatan dollar berpotensi menaikkan cost of fund dan mempengaruhi ketersediaan likuiditas yang pada gilirannya akan mempengaruhi pertumbuhan konsumsi dan investasi nasional.

Pergerakan suku bunga dan pelemahan nilai tukar berpotensi meningkatkan risiko pasar yang berpengaruh pada portfolio LJK. Selain itu, risiko kredit juga berpotensi meningkat seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

"Dalam upaya memitigasi downside risks tersebut, OJK mengambil langkah-langkah proaktif untuk memastikan terjaganya stabilitas sektor jasa keuangan dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara, Kamis (3/11).

Salah satunya, OJK akan menyiapkan respon kebijakan yang bersifat targeted dan sectoral. Namun, regulator ini akan tetap terus melakukan penyelarasan kebijakan dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian global dan domestik yang diperkirakan akan masih terus berubah terutama di tahun 2023.

Direktur Eksekutif Setara Institute Piter Abdullah memandang kondisi perbankan saat ini masih sangat sehat dan stabil yang ditunjukkan oleh indikator permodalan, likuiditas, keuntungan, serta kualitas asset (NPL). Kondisi tersebut menurutnya didukung oleh perekonomian yang masih terus menunjukkan pemulihan. Pertumbuhan ekonomi triwulan III bahkan diprediksi akan tumbuh lebih tinggi lagi.

"Tahun depan meskipun global diprediksikan suram, Indonesia diyakini akan bertahan melanjutkan pemulihan ekonominya. Seiring dengan itu perbankan diperkirakan akan juga tetap stabil dan sehat," kata Piter.

Ia mengakui memang ada risiko atau potensi tekanan perbankan tahun depan,  terutama terkait kualitas asset. Namun, perbankan menurutnya sudah membentuk cadangan yang cukup untuk mengantisipasi resiko itu dan proses pemulihan ekonomi akan membantu secara bertahap mengurangi risiko tersebut.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan melihat bahwa ancaman resesi, inflasi dan kenaikan suku bunga masih akan menjadi kekhawatiran bagi industri perbankan karena itu berpotensi meningkatkan kredit macet.

Oleh karena itu, bank menurutnya perlu melakukan identifikasi sejak dini risiko kredit macet tersebut bila ingin tetap bisa bertahan ditengah gejolak risiko tahun 2023.

Terlepas dari itu, ia memandang bahwa perbankan di Indonesia masih memiliki peluang untuk bertahan lebih baik dibanding negara lain karena pasar konsumsi di Indonesia masih tinggi.

"Sepanjang ekonomi masih bisa terus bergerak, bank juga akan tetap bisa bertumbuh apalagi didukung stimulus dari pemerintah dan adanya kolaborasi dalam bentuk kelompok usaha bank yang akan saling mendukung dan menguatkan satu sama lain," kata Trioksa.

https://keuangan.kontan.co.id/news/d...023-cukup-kuat
darkwilliam00gg
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan darkwilliam00gg memberi reputasi
2
648
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.9KThread40.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.