ZONAJAKARTA.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis jumlah penderita HIV per Juni 2022 di seluruh provinsi mencapai 519.158 orang. Angka ini adalah angka yang tidak sedikit. Dari beberapa provinsi, paling tinggi kasus HIV di Jakarta capai 91 ribu di bulan Juni 2022.

Sudah menjadi rahasia umum jika infeksi HIV salah satu penyakit yang diwaspadai dan berbahaya. Karena penyakit ini akan menyerang sistem imun tubuh yang sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan.

Lantas, bagaimana cara mengetahui mengidap HIV atau tidak? Dan bagaimana cara mengobati? Untuk mengetahui jawabannya, bisa temukan di artikel ini. Di sini Anda juga akan mengetahui salah satu penyebab HIV yang paling umum ditemukan.

Tidak semua orang yang mengalami HIV menyadarinya. Karena bisa jadi HIV tertular oleh pasangan yang suka jajan di luar. Atau kasus seorang anak yang tidak tahu apa-apa juga terkena HIV dari orangtua mereka. Maka dari itu, pentingnya untuk mengetahui apakah terkena HIV atau tidak dengan cara periksa ke dokter. Nah, berikut beberapa diagnosa yang HIV yang bisa kamu lakukan

1. Konsultasi Gratis di Autoimun Care

Diagnosa HIV bisa juga dilakukan dengan cara konsultasi ke Autoimun Care secara gratis. Jika Anda takut ke dokter untuk melakukan tes atau malu ke dokter Autoimun Care memiliki layanan konsultasi gratis. Setidaknya disini Anda bisa tahu obat apa yang pas anda konsumsi. Karena asal membeli obat tanpa konsultasi, dikhawatirkan menimbulkan kesalahan dalam mengkonsumsi obat, dan bisa menimbulkan efek samping. Itu sebabnya penting untuk diskusi dan konsultasi.

2. Tes HIV di dokter


Diagnosa HIV bisa juga anda lakukan dengan cara melakukan tes ke dokter. Tes HIV secara berkala salah satu cara untuk penanganan lebih dini. Setidaknya terdapat tiga jenis tes HIV. Ketiga jenis ini salah satu metode untuk memastikan diagnosis dokter. Berikut adalah jenis tes HIV.

3. Tes Antibodi

Tes Antibodi HIV adalah jenis pemeriksaan yang mengetahui terkena HIV atau tidak melalui darah. Pemeriksaan tes antibodi adalah pemeriksaan tahap awal atau proses skrining awal untuk mengetahui sistem kekebalan tubuh Pasien. Umumnya 1-3 bulan setelah terinfeksi, akan muncul gejalanya. Tes Antibodi itu sendiri memiliki dua jenis yang terdiri dari ELISA dan Rapid HIV Test.

ELISA
ELISA atau enzyme-linked immunosorbent assay yang merupakan tes antibodi yang dilakukan dengan cara memasukan sampel darah ke wadah yang berisi antigen HIV. Wadah yang sudah dimasuki darah pasien yang terkena HIV, maka akan mengalami perubahan warna.

Rapid HIV Test
Selain ELISA, ada juga tes antibodi untuk memastikan diagnosa HIV, yaitu dengan Rapid HIV Test. Rapid HIV pasalnya lebih mudah dilakukan dibandingkan ELISA. Hasilnya juga bisa langsung dilihat pada hari yang sama, hanya saja jenis ini memiliki akurasi yang rendah, sehingga butuh tes lanjutan, yaitu confirmatory assay. Jadi tes confirmatory assay adalah metode pemisahan protein antibodi yang telah diekstrak dari sel darah.

4. Tes PCR

Tes PCR atau Polymerase Chain Reaction adalah jenis diagnosa HIV dengan cara mendeteksi materi genetik yang meliputi RNA maupun DNA dalam darah. Karena pemeriksaan diambil dari materi genetik, maka tes ini pun memiliki akurasi yang tinggi. Kelemahannya adalah, tes ini mahal dan memakan waktu yang lebih lama, sehingga tidak semua menggunakan tes ini.

5. Tes Ab-Ag test

Tes Ab-Ag test adalah tes kombinasi antibodi-antigen. Ada juga yang menyebut tes ini dengan p24 dan atau antibodi HIV-1 atau HIV-2. Tes dilakukan dengan cara mengambil sampel darah. Setelah dilakukan pemeriksaan selama 2-6 minggu, baru dapat diketahui hasilnya.

https://zonajakarta.pikiran-rakyat.c...ulan-juni-2022


Itu yg ketahuan