Forum Epistola berkesempatan berbicara dengan Roy Suryo, seorang pengamat multimedia yang telah malang melintang di dunia tersebut sejak masih muda. Roy memulai kariernya sebagai seorang fotografer dan berbagi kisah menarik tentang perjalanan hidupnya yang berpindah dari politik kembali ke hobinya yang lama, fotografi.

Sejarah AI dan Konsep Robot

AI pada awalnya dianggap mustahil, telah menjadi kenyataan sejak tahun 1955. Pada saat itu, Profesor John McCarthy dari Universitas Dartmouth mengusulkan konsep bahwa mesin akan mampu berpikir sendiri tanpa perlu dikendalikan oleh manusia. Ini adalah titik awal perkembangan AI yang luar biasa.

Kepercayaan pada AI

Meskipun konsep AI telah ada selama beberapa dekade, masih ada keraguan tentang sejauh mana kita bisa mempercayai AI. Kepercayaan ini sangat tergantung pada data yang dimasukkan ke dalam sistem AI. Kesalahan dalam data atau bug dalam program dapat mengakibatkan hasil yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, kendali dan pengawasan terus diperlukan untuk memastikan keandalan AI.

Perkembangan AI di Indonesia

Indonesia dapat mengambil peran dalam perkembangan AI. Dengan populasi lebih dari 278 juta penduduk dan lebih dari 300 juta perangkat gawai, Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan teknologi AI. Beberapa langkah awal telah diambil, seperti penggunaan kendaraan otonom dalam acara-acara besar di Jakarta.

Namun, pertanyaan besar yang muncul adalah apakah Indonesia hanya akan menjadi konsumen teknologi AI atau apakah kita dapat menjadi pemimpin dalam inovasi AI. Dengan demografi yang berlimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain kunci dalam menggali manfaat AI untuk pembangunan nasional, bisnis, industri, dan banyak bidang lainnya.

AI adalah keniscayaan di masa depan, dan penggunaannya akan terus berkembang. Meskipun tantangan seperti keandalan data dan pengawasan perlu diatasi, Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan teknologi ini untuk kemajuan bangsa. Kita harus memanfaatkan keunggulan demografi dan sumber daya teknologi yang kita miliki untuk menjadi pemimpin dalam tren AI, bukan hanya sebagai konsumen yang pasif.


Evolusi Menuju Kepintaran Buatan yang Lebih Manusia

Dulu, ketika kita pertama kali merancang program komputer, sejak awalnya komputer juga dirancang untuk tujuan tertentu. Jika kita membahas sejarah komputer itu sendiri, pada awalnya komputer tidak dirancang untuk menjadi sesederhana manusia seperti sekarang. Sebuah contoh ketika komputer pertama kali diciptakan, tidaklah ramah bagi manusia. Misalnya, perusahaan seperti IBM yang awalnya mengembangkan komputer untuk digunakan oleh lembaga pendidikan atau perusahaan besar, tidak dirancang dengan kenyamanan manusia sebagai prioritas utama.

Namun, perubahan besar terjadi ketika muncul tokoh seperti Steve Jobs dan perusahaan Apple. Mereka menggagas konsep bagaimana membuat komputer menjadi lebih mudah digunakan oleh manusia. Mereka mengintegrasikan ilmu psikologi dalam desain perangkat keras dan perangkat lunak komputer mereka. Awalnya, komputer memiliki bentuk yang sangat kaku dan tidak ramah pengguna, dan keyboard serta monitor komputer awal juga sangat tidak nyaman digunakan.

Namun, dengan kemajuan teknologi, terutama setelah munculnya iMac yang memiliki desain futuristik, ilmu psikologi digunakan untuk membuat pengalaman pengguna yang lebih baik. Mereka memahami bagaimana cara membuat orang merasa nyaman dan senang menggunakan komputer, mulai dari perangkat keras hingga perangkat lunaknya.

Selanjutnya, teknologi semakin berkembang, dan ilmu pengetahuan telah menyatu menjadi bagian penting dalam berbagai aspek kehidupan. Sekarang, ilmu pengetahuan tidak terbatas pada dua bidang saja; ilmu sosial dan fisika. Sebaliknya, ilmu telah bergabung dan berintegrasi dalam berbagai bidang seperti ekonomi, fisika, bioteknologi, biologi, teknologi, dan bahkan seni.

Berkaitan dengan seni, seni juga digunakan dalam teknologi. Misalnya, seni digunakan dalam desain antarmuka pengguna, perancangan grafis, dan kreativitas dalam mengembangkan berbagai aplikasi dan perangkat lunak. Semua bidang ini saling terkait dan berkolaborasi, menciptakan dunia yang sangat kompleks.

Namun, perkembangan ini juga membawa tantangan dan ancaman tertentu. Kemajuan kecerdasan buatan (AI) dapat mempengaruhi masa depan generasi muda. Kemungkinan adanya kecanduan AI yang tidak berfokus pada etika dan martabat kemanusiaan menjadi salah satu masalah yang perlu dipertimbangkan.

Selain itu, terdapat pergeseran dalam bentuk perang. Bukan lagi perang fisik dengan senjata, tetapi perang digital melalui program-program yang dirancang untuk memengaruhi dan mengubah perilaku manusia. Ancaman ini harus diwaspadai, terutama dalam era di mana teknologi memiliki peran yang semakin besar dalam kehidupan sehari-hari.

Peran pemerintah dalam menghadapi perkembangan AI juga menjadi sangat penting. Pemerintah harus aktif dalam mengatur dan merumuskan kebijakan yang memastikan penggunaan teknologi AI yang etis dan aman. Ini tidak hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita semua sebagai masyarakat.

Penggunaan teknologi AI juga berdampak pada pekerjaan manusia. Beberapa pekerjaan dapat digantikan oleh AI, yang menghadirkan tantangan baru dalam hal ketenagakerjaan. Namun, seiring dengan perkembangan ini, akan ada peluang baru yang muncul. Generasi muda harus mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan ini dan terus belajar dan berkembang agar tetap relevan dalam dunia kerja yang berubah.

Perlu diingat bahwa meskipun AI dapat mengungguli manusia dalam hal kognisi dan tugas-tugas tertentu, kemampuan manusia dalam hal intuisi, kreativitas, dan kesadaran tetap menjadi hal yang sangat berharga dan tidak dapat digantikan oleh mesin.  


Sauce : Video Youtube