ivoox.idAvatar border
TS
ivoox.id
Terjadi Penurunan Pernikahan di Indonesia, BKKBN: Nggak Mau Ribet


Pekerja menyelesaikan pesanan cenderamata keranjang bunga pernikahan di Amora Craft and Studio, Bandung, Jawa Barat, Kamis (8/6/2023). Usaha kerajinan cenderamata pernikahan berbahan bunga segar, palsu dan kering tersebut mampu memproduksi sebanyak 20-30 macam pesanan per harinya dengan harga dijual dari Rp100 ribu hingga Rp2 juta yang dipasarkan melalui jaringan toko daring ke sejumlah kota di Indonesia. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi (Adpin) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sukaryo Teguh Santoso menyebutkan data penurunan angka pernikahan di Indonesia perlu dikaji kembali secara lebih komprehensif. 

"Sumber datanya harus clear (jelas), apakah lembaga-lembaga yang menyelenggarakan perkimpoian melaporkan atau tidak, kan ada kantor urusan agama (KUA), keuskupan, dan lembaga lainnya, apakah perkimpoian yang saat ini tercatat atau tidak, sebab ada juga perkimpoian yang dilakukan di bawah tangan, meski hukum kita menganut hukum positif," ujar Teguh dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (12/3/2024).

Teguh mengatakan, mundurnya usia pernikahan menjadi fenomena baru di tengah upaya BKKBN menurunkan prevalensi stunting.

Ia juga menjelaskan, BKKBN tidak memiliki data atau penelitian terkait fenomena penurunan perkimpoian di beberapa daerah, sehingga pihaknya meminta data tersebut dikaji secara lebih komprehensif.

"Penyebab lain yang harus dikaji adalah aspek psikologi, sosial, juga ekonomi. Pasalnya, ada beberapa pendapat yang mengatakan karena beban hidup semakin tinggi menyebabkan orang enggan menikah," kata dia dikutip dari Antara.

"Melalui riset yang pernah saya adakan di Jawa Barat, orang menikah itu karena ada persoalan ekonomi keluarga, karena itu dinikahkan. Fenomena sekarang kami belum paham betul," imbuhnya.

Menurutnya, penyebab lain pasangan muda enggan menikah salah satunya yakni telah berkarier dengan baik, sehingga sudah merasa cukup mapan meski tanpa melangsungkan pernikahan.

"Jadi enggak mau ribet," ucapnya.

Untuk itu, Teguh meminta agar penurunan angka pernikahan harus didukung data yang komprehensif yang dikaji dari berbagai perspektif.

"Untuk melihat fenomena penurunan jumlah perkimpoian saat ini, perlu dikaji dari berbagai perspektif dan sumber, sehingga trennya terlihat jelas, karena gereja pun (tidak hanya Islam di KUA), dan tempat ibadah lain, juga menyelenggarakan perkimpoian yang tercatat di catatan sipil," tuturnya.

Ia menekankan, apabila data terkait angka pernikahan tersebut sudah komprehensif, maka bisa digali berbagai aspek lain mengapa orang enggan menikah.

Teguh juga menegaskan, pemerintah dan seluruh masyarakat mesti lebih memperhatikan perilaku hubungan seksual di luar nikah yang kecenderungannya meningkat, meski angka pernikahan menurun.

Hal tersebut, kata dia, dapat mempengaruhi kualitas penduduk apabila tidak didukung dengan pemahaman tentang kesehatan reproduksi.





maniacok99
maniacok99 memberi reputasi
1
438
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.9KThread40.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.