• Beranda
  • ...
  • Militer
  • US Army Hentikan Program Helikopter FARA, Rp 31 Triliun Menguap Sia-Sia

si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
US Army Hentikan Program Helikopter FARA, Rp 31 Triliun Menguap Sia-Sia
Quote:


Pada hari Kamis (08/02/2024), US Army secara resmi mengumumkan pembatalan program helikopter FARA yang sudah berlangsung selama 8 tahun, sementara itu, dua prototype helikopter sebenarnya dijadwalkan terbang pada tahun ini. Keputusan tersebut diambil setelah US Army melakukan pengamatan dan penilaian dari perang Rusia-Ukraina. Dari perang tersebut, US Army menilai penggunaan helikopter untuk misi pengintaian sangat berisiko. Di sisi lain, penggunaan drone dipandang jauh lebih efektiv dan efisien.

FARA merupakan akronim dari Future Attack Reconnaissance Aircraft, rencananya helikopter yang dipilih dari program ini akan digunakan untuk melakukan misi reconnaissancesebagai penerus OH-58 Kiowa Warrior yang telah lama pensiun. Ada dua manufaktur yang ikut dalam program FARA, masing-masing sudah menyelesaikan prototype helikopter mereka. Sikorsky menawarkan Raider X, sementara Bell menawarkan 360 Invictus. Kedua prototype helikopter sudah selesai, dan akan segera memasuki fase uji terbang.

Menurut analisis The War Zone, keputusan US Army untuk membatalkan program FARA sebelum fase penerbangan dimulai adalah keputusan yang tepat. Karena dengan membeli ratusan helikopter yang sangat kompleks dengan kemampuan jarak pendek dengan biaya besar tidak masuk akal jika menyangkut pertempuran di Pasifik. Biaya peluang (opportunity cost) dari dollar yang akan dibelanjakan untuk FARA dibandingkan untuk prioritas yang lebih relevan dan teknologi baru, terlalu besar dibandingkan apa yang akan diperoleh Angkatan Darat AS sebagai imbalannya. Bahkan dengan peningkatan jangkauan terbang, FARA hanya akan membuat US Army rugi.

Dalam gambaran pertarungan di Pasifik, bahkan dengan jangkauannya yang ditingkatkan, FARA tidak akan mampu berpindah dari lokasi pangkalan yang mungkin aman ke tempat di mana mereka dapat memberikan dukungan dan bertahan. Hasil yang paling mungkin terjadi adalah FARA tidak bisa melakukan apa pun selama konflik tersebut.

Bukan karena tidak memiliki kemampuan, namun tidak dapat mencapai daerah di mana pertempuran terjadi dan kemungkinan besar FARA tidak dapat "kembali ke rumah" dalam keadaan hidup. Pasifik adalah wilayah yang dominan dengan perairan, maka mengoperasikan helikopter yang cepat dengan jangkauan terbang pendek jadi tidak masuk akal.

Quote:


Ukraina telah menunjukkan betapa rentannya helikopter ketika beroperasi di medan perang modern, beroperasi di antara lapisan pertahanan udara berlapis secara besar-besaran menurunkan kegunaan helikopter dalam fungsi serangan dan pengintaian. Kemampuan bertahan hidup dan tuntutan untuk mencapai target mereka dengan cepat semakin tidak sinkron untuk helikopter serang, dan banyak opsi platform lain yang jauh lebih cocok untuk melakukan serangan jarak dekat.

Menempatkan manusia di kokpit untuk misi semacam itu juga menjadi semakin dipertanyakan dari hari ke hari, terutama ketika Angkatan Darat AS sudah memiliki armada besar yang terdiri dari hampir seribu AH-64 Apache. Separuh Apache seharusnya diganti dengan FARA, untuk melakukan operasi pengintaian.

Setelah OH-58 Kiowa Warrior pensiun, Apache diberi tugas untuk misi pengintaian. Untuk melakukan misi itu, helikopter akan meluncurkan drone berukuran kecil untuk melakukan pengintaian. Saat ini, misi tersebut menjadi kurang relevan dan tidak dapat dilaksanakan. Karena platform tanpa awak (drone) yang beroperasi mandiri lebih cocok untuk sebagian besar rangkaian misi.

Quote:


Menurut data Defensescoop, US Army telah menghabiskan biaya US$ 2 miliar atau setara Rp 31 triliun dalam program FARA sejak dimulainya proyek tersebut pada 2018 lalu. Dengan pembatalan program FARA, US Army bisa mengalihkan anggaran tahun 2024 untuk hal lain yang lebih penting seperti R&D drone, pembelian UH-60M Black Hawk dan CH-47F Block 2.

Dibandingkan meneruskan program FARA, US Army kini fokus pada program Future Long Range Assault Aircraft (FLRAA). Mereka sudah memilih V-280 Valor buatan Bell sebagai pengganti Black Hawk, rencananya Valor akan resmi berdinas bersama US Army pada tahun 2030. Selain pembatalan FARA, US Army juga akan mengakhiri produksi UH-60V Black Hawk tahun ini. UH-60V adalah peningkatan dari UB-60M dengan harapan penambahan masa pakai selama 10 tahun. Produksi UH-60V diakhiri karena peningkatan biaya.

Kepala Staf Angkatan Darat AS Jenderal Randy George dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa, sensor dan senjata yang dipasang pada berbagai sistem tak berawak dan di ruang angkasa kini semakin banyak digunakan. Jangkauannya lebih luas dan lebih murah dibandingkan sebelumnya. Dia yakin platform yang dimaksud lebih cocok digunakan US Army.

Quote:


Mesin menjadi masalah utama dalam program FARA, General Electric selaku pemasok mesin sempat menunda pengiriman mesin selama setahun. Setelah penundaan selama setahun, mesin T901 yang dikembangkan di bawah program Improved Turbine Engine Program (ITEP)baru dikirim ke Bell dan Sikorsky dari pabrik General Electric pada bulan November 2023. Uji coba tahap berikutnya dari program ini dijadwalkan akan dimulai pada kuartal kedua tahun fiskal 2024, dan untuk jadwal penerbangan pertama dari kedua prototype tersebut dijadwalkan pada akhir tahun 2024. Jadwal pengiriman ke US Army pada tahun 2028.

Dalam pernyataan kepada Breaking Defense, Sikorsky merasa kecewa dengan keputusan Angkatan Darat AS dan menunggu penjelasan untuk lebih memahami pilihan tersebut. Dalam sebuah pernyataan melalui email kepada Breaking Defense, juru bicara Bell mengatakan bahwa meskipun perusahaannya juga kecewa, mereka akan meneruskan program dan menunjukkan keberhasilan upaya pengembangan FARA.

Quote:


Sementara itu, keputusan penghentian FARA masih harus menunggu izin anggota Kongres dan parlemen. Baru-baru ini beberapa anggota parlemen telah mengatakan penolakannya atas penghentian program FARA. Meski dihentikan, US Army akan tetap memilih pemenang dalam kompetisi ini. Pembuatan dua prototype akan diteruskan serta uji penerbangan akan dilakukan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

Penghentian program FARA akan menimbulkan pertanyaan tentang masa depan helikopter saat ini secara umum, dan drone kembali menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut. Pelan tapi pasti, helikopter kini perlahan mulai ditinggalkan. Dan kemungkinan sekarang sudah memasuki fase kepunahan.



------------------



Referensi Tulisan: Defensescoop& The War Zone
Sumber Foto: sudah tertera
gubtifaqih
geopoliticsgeek
gonugraha76
gonugraha76 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
1.3K
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer
MiliterKASKUS Official
20KThread7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.