Sejauh kita nyaman, pasangan kita baik, ya sudah alhamdulillah. Tidak usah khawatirkan hal-hal negatif termasuk mitos. Semoga kalian menjadi pasangan yang selalu bahagia.
Aku sudah stop gula. Bukan karena warning dari tubuh namun membiasakan hidup lebih sehat. Ternyata tubuh menjadi segar dan tidak mudah lelah.
Memelihara kelinci itu seperti punya bayi. Basah sedikit maka bulu jadi lembek. Kandang kotor sedikit maka bisa jadi buluk. Namun jika dirawat sungguh-sungguh akan menjadi sumber cuan yang menguntungkan.
Dalam komunitas harus mengedepankan toleransi. Salah omong sedikit bisa memicu pertengkaran dan perang opini dong, Gan.
Buih-buih kelelahan mulai tercipta Nafas berebut dengan degup Peluh menetes di antara lenguh Benarkah telah tiba pada sangkala? Ruh yang harus terburai dari raganya Monitor membunyikan morse Sandi jantung mendekati kritis Sengal semakin memburu Pasukan berseragam sigap Memompa energi kehidupan Ru
Lepaskan saja, gan. Hidup sama pasangan toxic hanya menambah beban hidup. Kasihan anak juga disuguhi drama melulu. Yang namanya selingkuh seperti makan cabai. Taubatnya sesaat. Mulai hidup baru karena kita pantas bahagia.
Kuncup pun mekar Pepohonan menyapa Kupu mengecup Hujan semalam Bebatuan melicin tanahnya becek Daun berembun Wangi bunga semerbak Surya bersinar Burung menyahut Asap dapur mengepul Kopi tersaji Ubi terhidang Aromanya menggoda Pemilik datang Sarapan pagi Aktivitas kembali Mengusir malas Kebumen
Sungai mengalir dari pelupuk mata Bukan menyambut duka seperti yang lama-lama Namun tengah meminang bangga dari zuriatnya Asma telah terpahat di pundak sandaran jiwa Melindam kisah-kisah lalu yang kelam Menenggelamkan luka dalam hati sang ibu Setiap tetes tirta yang membasahi pipi Ada doa yang men
Belum dikatakan sukses jika belum jadi PNS. Belum berkembang jika tidak berani menggadaikan SK. Oh My God! Kharisma PNS menjadi sihir orang tua produk orde lama. Mereka sangat berambisi anak - anaknya jadi PNS dengan segala macam cara. Mengapa harus PNS? Karena jadi PNS itu menaikkan kasta harga di
Tangan - tangan yang kau kutuk Mengukir pinta di antara tarian abjad Rasa sakit yang terlampau menjepit Merakit harap setiap saat Bibirnya telah kau bungkam Dengan pasak jarum umpatan kejam Kau tidak hanya menusuk raga Mentalnya pun kau tenggelamkan Dia tidak ingin kau dengan mudah menerima huku
Kehilangan menampar akal Samir keangkuhan yang meraja Lebur dalam satu kedipan mata Membungkam reridu kisah Menapak tilas tangis yang tersembunyi Menyambut bara pengepul gelora Bangkit Menyemaikan benih senyum Melipat episode sembilu Tegak Menjamah hati dengan doa Memintal harap dari asa kusut