Sebuah studi terbaru yang terbit dalam bentuk sebuah jurnal ilmiah PLOS One, menjelaskan bahwa sama saja antara laki-laki dan perempuan dalam hal melakukan hal berbeda dalam satu waktu (multitasking).

Studi tersebut menemukan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan yang sama untuk melakukan aktivitas multitasking. Hasilnya menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kemampuan yang sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berbeda dalam waktu yang sama.

Studi ini menemukan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan multitasking, seperti usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa usia dan tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang lebih besar daripada jenis kelamin.

Studi ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan yang sama untuk melakukan multitasking. Ini berarti bahwa perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berbeda dalam waktu yang sama. Namun, studi ini juga menunjukkan bahwa usia dan tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang lebih besar daripada jenis kelamin.

Lebih lanjut, studi ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan yang sama untuk melakukan multitasking. Namun, usia dan tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang lebih besar daripada jenis kelamin. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain selain jenis kelamin ketika menilai kemampuan multitasking seseorang.

Pokok pengujiannya adalah apakah benar bahwa perempuan lebih baik dalam melakukan banyak aktivitas secara bersamaan, dan hasilnya adalah menunjukkan antara laki-laki dan perempuan kerja otaknya sama.

Meskipun sebelumnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih cenderung untuk mengatur dan mengelola waktu dengan lebih baik, menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas, dan lebih mampu mengatur banyak aktivitas secara bersamaan.

Kesimpulannya, perempuan dan laki-laki sama dalam hal lebih efisien dalam mengelola banyak aktivitas secara bersamaan.

Referensi tulisan: theconversation.com