cangkeman.netAvatar border
TS
cangkeman.net
Si Motor Legend


Penulis:        Alvin Kurniawan

Editor:         Farijihan Putri

Cangkeman.net - Sudah 6 tahun beranjak, ia selalu menemani kemanapun saya pergi. Motor besutan Honda ini masih sanggup mengaspal di jalanan meskipun umurnya sudah menginjak 20 tahun.

Predikat “Motor Legend” melekat padanya. Keluar pada awal 2000-an, membuat Astrea Legenda sempat trending kala itu. Inilah mengapa saat saya menggunakannya, banyak orang menyebutnya sebagai “Motor Legend”.

Motor berwarna hitam dengan stiker merah kuning oranye di bagian badannya ini memiliki empat roda gigi. Meskipun sudah berumur, tapi jangan salah. Di jalan, Astrea Legenda masih mulus banget.

Bahkan, kalau dibuat nanjak ke daerah pegunungan tetap kuat. Kalau dibandingkan dengan motor-motor keluaran terbaru sekarang, kalah jauh, deh!

Di tengah serbuan motor matic yang semakin stylish saat ini atau motor laki-laki yang kata orang adalah motor jentit (nonjolin pantat kalau naik), entah kenapa saya tetap setia pakai nih motor.

Dari hasil patungan kakek dan ibu saya sebagai penjahit, motor ini dibeli oleh bapak dari temannya yang seorang blantik (penjual motor seken). Saat diterima, ruji ban depannya berkarat dan beberapa berlubang.

Seiring berjalannya waktu ia sempat beberapa kali mengalami mati suri. Namun, saya bersyukur Astrea Legenda hasil jerih payah orang tua dan kakek masih diberikan kesempatan hidup oleh Yang Maha Kuasa.

Saya bahkan masih tidak percaya mengingat pada Mei 2017, ia pernah mengalami kecelakaan maut. Si Motor Legend ini dicium sedan merah dari arah belakang saat menyeberang di pertigaan desa.

Alhasil, saya yang waktu itu mengendarainya terpental jauh ke pinggir jalan. Ia ringsek di bagian belakang dengan ban-ban yang sebelumnya seperti huruf O berubah seketika menyerupai angka 8. Beruntung, bagian depannya masih selamat.

Kejadian malang tersebut terjadi di siang hari. Saya mengendarainya dari arah timur hendak menyeberang ke utara. Sebenarnya saya sudah tolah–toleh (nengok kanan kiri) sebelum menyeberang.

Jauh dari selatan, Si Sedan Merah itu berjalan dengan pelan. Namun, betapa kagetnya saya saat memutuskan menyeberang. Duarrrrr!. Di situlah klimaks terjadi.

Pertigaan yang sebelumnya lengang dengan sedikit kendaraan yang berlalu lalang, seketika ramai penuh dengan kerumunan orang dan kendaraan. Mereka ingin memastikan kondisi saya, apakah baik–baik saja ataukah tidak.

Orang–orang berkerumun dengan cepat ke lokasi dan membawa saya ke rumah seorang warga. Si Motor Legend inipun diamankan ke pinggir jalan agar tidak terjadi kemacetan. Karena saat kejadian tidak ada warga yang keluar dari rumah, banyak warga mulai bertanya–tanya kepada saya.

“Yaopo seh, le! Kok iso sampek tabrakan. Gak ati-ati paleng. Asal nyabrang ae samean. Gak noleh kanan kiri”. (“Gimana sih, nak! Kok bisa sampai kecelakaan. Gak hati–hati mungkin. Asal menyebrang aja kamu. Gak lihat kanan kiri”).

“Pun, Bu. Kulo pun tolah-toleh. Sedan niku nggeh pelan teko kidul. Kulo nggeh nyebrang mawon. Posisine nggeh pun aman. Pas pun nyabrang niku lakok duarr! Kaget kulo mencelat,” Pungkas saya dengan nada lirih karena syok berat.

(“Sudah, Bu. Saya juga sudah nengok kanan kiri. Mobil sedan itu pelan dari arah selatan. Saya ya nyebrang aja. Posisinya juga sudah aman. Saat menyebrang itu tiba–tiba duarr! Kaget saya, lalu terpental”).

Tak lama kemudian, seorang pria menerobos kerumunan dan mendatangi saya dengan wajah kesal. Rupanya ia Si Pengemudi Sedan Merah. Pria itu berusaha ngotot ke warga kalau dia tidak bersalah sambil sedikit mengumpat ke arah muka saya.

Ia beranggapan bahwa dari jauh saya terlihat maju mundur saat hendak menyeberang, sehingga membuatnya bingung. Saya akui, memang saat itu Si Motor Legend sedang tidak bersahabat. Kondisi tersebut terjadi karena saya mengurangi roda giginya, yang sebelumnya masuk gigi 4 ke gigi 1.

Efeknya, ia bagaikan kambing yang menyeruduk sesamanya. Maju mundur namun dengan agresif. Barulah saat masuk gigi 1 saya mulai menyeberang dengan mulus tanpa terlihat menyeruduk lagi.

Alasan sederhana menggunakan gigi 1 saat akan menyebrang karena gigi 1 berfungsi sebagai start ngegasnya Astrea Legenda. Jadi, jika sebelumnya berhenti lalu dibuat jalan, bakalan kuat ngegas.

Namun, jika tetap menggunakan gigi 4 atau bahkan gigi 2 dan 3, Si Motor Legend ini akan berjalan pelan sekali saat hendak menyeberang. Sebab, roda gigi tersebut hanya sebagai transisi penambah kecepatan gas dari roda gigi sebelumnya.

Semakin banyak warga yang berkerumun ke lokasi, membuat perdebatan antara pengendara sedan dan warga menjadi semakin seru. Sedangkan, saya hanya bisa duduk lemas, menonton keributan, dan tidak bisa banyak berucap karena syok berat.

Para warga yang merasa iba dengan diri saya berusaha membela. Merasa kalah saing, akhirnya Si Pengemudi Sedan Merah pergi dan tidak berusaha membantu sekalipun.

Dalam hati sebenarnya saya sangat jengkel. Bagaimana tidak? Astrea Legenda ringsek dan saya sendiri terpental jauh. Namun, Si Pengemudi Sedan Merah malah menuntut biaya tanggung jawab mobilnya. Loh, loh! Bikin saya pusing saja!

Logikanya, apakah sedan itu tidak bisa direm? Toh, jarak mobil dan Astrea Legenda saya sebelumnya lumayan jauh. Kok malah lanjut saja saat ada orang nyebrang! Bahkan, ia pun tahu kalau saya hendak menyeberang.

Dengan rasa dongkol itu, saya hanya bisa diam terbujur lemas sambil berusaha bersabar atas apa yang saya alami. Akhirnya, Astrea Legenda yang dalam kondisi ringsek, diangkut bentor (becak motor) milik salah satu warga dan mengantarkannya pulang ke rumah. Selain itu, seorang warga juga menawarkan tumpangan ke saya untuk pulang.

Sesampainya di rumah, orang tua sangat terkejut mendengar kabar kalau saya baru saja mengalami kecelakaan. Astrea Legenda ini pun akhirnya dibawa oleh bapak saya ke sebuah bengkel untuk mendapatkan perawatan intensif. Ya, walaupun bengkel tersebut bukan bengkel resmi tapi masih lumayan.

Dua minggu berlalu, Si Motor Legend pun selesai dipugar. Ia seperti baru. Namun celakanya, orang tua saya sedikit cemas karena mereka percaya kalau motor habis kecelakaan bakal membawa sial penggunanya di jalan.

Mereka berniat untuk menjualnya dan menggantinya dengan motor baru dalam beberapa bulan kedepan. Tentunya hal tersebut akan membuat saya tidak bisa pergi kemana-mana. Seharusnya saya senang dan menunggu kedatangan motor baru saja. Nyatanya, saya memilih melakukan hal lain.

Untuk mencegah orang tua merealisasikan niat, saya berusaha meyakinkan mereka bahwa Astrea Legenda ini tidak akan membawa sial jika saya menggunakannya dengan hati–hati.

Percakapan yang berlangsung panjang, berakhir dengan luruhnya hati orang tua saya. Astrea Legenda ini tidak jadi dijual dan saya tetap menggunakannya sampai sekarang.

Dari kecelakaan yang membuatnya ringsek, dulu saya beranggapan bahwa motor ini mungkin tidak bisa bertahan lebih lama lagi jika terus menerus digunakan. Tapi, hasilnya? Ya, memang benar apa kata orang! Astrea Legenda patut dijuluki “Si Motor Legend” yang punya banyak nyawa!


Tulisan ini ditulis di Cangkeman pada tanggal 7 November 2022.
aripmaulana
orangemonkey
mbahgugel
mbahgugel dan 9 lainnya memberi reputasi
10
2.2K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Otomotif
OtomotifKASKUS Official
27.7KThread15.1KAnggota
Tampilkan semua post
jlampAvatar border
MOD
jlamp
#1
Sebetulnya ini Astrea grand, sebelum Astrea legenda lahir.

Astrea legenda, meneruskan kejayaan Astrea tapi versi murah, saat itu dengan model mesin sedikit berbeda dari sebelumnya... Tapi keseluruhan sama.

Di gambar terlihat Grand bulus, menurut beberapa orang di namakan begitu karena lampu belakang belum ada tambahan third lamp diatasnya.

Saat itu model third lamp mulai ramai... Seperti F1zr, Shogun 125 dll.

Biasalah... Honda saat itu kan menerapkan if it's not broken, don't fix it... ( kalo nggak perlu ganti model kenapa harus berubah).

Model legenda ini terakhir sebelum digusur keluarga Supra dan turunannya.

Cmiiw.
bang.toyip
cungkringoke
cungkringoke dan bang.toyip memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.