Sebuah kasus penipuan dan penggelapan arisan Idul Fitri 1445 H telah menggemparkan warga Bulak Setro, Surabaya. Sebanyak 45 ibu-ibu, kebanyakan dari mereka bekerja sebagai buruh lepas, mengklaim menjadi korban dengan total kerugian mencapai Rp 250 juta. Laporan para korban telah disampaikan ke Polres Pelabuhan Tanjung Perak pada Rabu (20/03/2024) sore. Namun, penyidik menolak laporan tersebut karena alat bukti yang dianggap kurang.

Salah satu perwakilan korban, Suyanti (38), mengungkapkan bahwa arisan awalnya diinisiasi oleh SC (46), istri dari KS (61), yang juga merupakan satu kampung dengan para korban. Setelah SC meninggal pada Oktober 2023, arisan dilanjutkan oleh suaminya, KS.

"Arisan ini sudah berjalan selama 4 tahun sebagai tradisi Idul Fitri. Ketika SC meninggal, KS yang mengambil alih. Kita percaya padanya untuk melanjutkan tradisi ini agar memiliki simpanan untuk hari raya," ujar Suyanti kepada Beritajatim.com di halaman Polres Pelabuhan Tanjung Perak.

Meskipun KS dijanjikan akan mendistribusikan uang pada Selasa (05/03/2024) lalu, namun ia malah menghilang. Kamar kosnya ditinggalkan kosong dan barang-barang di tokonya dijual.

Warga tidak memiliki informasi tentang keberadaan KS. Data Kartu Tanda Penduduk (KTP) menunjukkan bahwa KS diduga melakukan pemalsuan. Meskipun tercatat sebagai warga kelahiran Sidoarjo dalam Kartu Keluarga, fotokopi KTP yang dibawa warga menunjukkan bahwa KS lahir di Madura.

"Total kerugian mencapai Rp 250 juta. Sekitar 45 orang dari Bulak Setro menjadi korban," tambah Suyanti.

Suyanti menyatakan kekecewaannya karena laporan mereka ditolak oleh pihak kepolisian. Meskipun mereka membawa bukti transfer pembayaran arisan, pihak berwenang meminta mereka untuk melengkapi bukti lainnya agar dapat menerbitkan Surat Tanda Terima Laporan Polisi (STTLP). Mereka telah menjalankan arisan secara sederhana selama ini dan merasa keberatan dengan tuntutan tersebut.



Info lengkapnya DI SINI