- Beranda
- Stories from the Heart
Arti Sebuah Balon
...
TS
mr.raysr
Arti Sebuah Balon
Halo gan disini ane selaku newbie mau nge share sedikit tentang cerpen ane nih gan, semoga ajeh no! Tolong bantu gan di dan kalo yang ISO boleh dong nya Tapi tolong jangan dikasih BATA gan karena ane juga masih newbie gan, jadi tolong masukannya ajah ya
Ok, langsung cekidot ajah gan!
Spoiler for Cekidot gan!:
Arti Sebuah Balon
Mugi Adit, ya begitulah namaku. Agak pasaran, norak juga sepertinya, tapi aku tak peduli. Yang kutau, orang tuaku memberikan nama itu dengan penuh arti yang bisa membuatku dan mereka bahagia kelak di kemudian hari. Aku berumur 16 tahun, aku memiliki hobi bermain game, menghias balon, dan membuat puisi. Aku adalah seorang siswa disalah satu sekolah di Kota Subang. Aku tau, semua yang dikatakan oleh Ibu itu pastilah bermakna sangat dalam. Aku tau, Ayahpun takkan pernah marah jika semua perbuatanku baik-baik saja. Ya, semoga saja aku takkan pernah menjadi anak yang durhaka kepada kedua orang tuaku sampai akhir hayat nanti. Amin.
Banyak orang yang bilang, aku itu adalah anak mamih. Ya, aku tak peduli sebenarnya tapi ada sedikit rasa risih yang kutanamkan di dalam hati ini. Ibu pernah bertanya padaku, “Mugi, jika suatu hari nanti Ibu sudah tak ada kamu mau ngasih hadiah terakhir apa ke Ibu?” Ya, itulah pertanyaannya kala itu. Aku hanya bisa menjawab dengan santai tanpa ragu, “Aku akan memberikanmu balon bu” Lantas, Ibupun terheran, “Mengapa balon nak?” Aku yang ditanya begitu kebingungan ingin menjawab apa, tapi entah kenapa aku menjawab, “Karena aku sayang Ibu, balon menandakan kasih sayang bu. Selain coklat yang berharga mahal, balon menurutku adalah sebuah barang kasih sayang kedua setelahnya bu. Maklumlah, aku tak tertarik untuk memberikanmu makanan manis bu, aku khawatir Ibu mengalami diabetes hehe” Ibuku mungkin terkagum mendengarnya, tapi aku yang kala itu masih berumur 9 tahun dan baru saja mengenal sebuah rasa kasih sayang yang sebenarnya sangatlah geli mengatakan itu, haha.
Hari demi hari terjangkau dengan mudah olehku, sekarang aku berumur 15 tahun. Tak ada yang lebih baik ketika aku mencium kedua tangan orang tuaku dipagi hari dengan mengucapkan salam dengan indah. “Ayah, Ibu.. Aku berangkat ya! Assalamualaikum.” Begitulah kira-kira kalimat yang aku sampaikan kepada mereka dipagi hari sesaat sebelum berangkat ke sekolah. Jarak rumahku kesekolah cukup dekat, aku biasa berjalan kaki menuju ke sekolah. Kadang aku mengendarai sepedah kesayanganku kesekolah, tapi aku lebih suka berjalan kaki karena bisa bertemu teman-temanku dijalan.
Perjalanan dari rumah ke sekolah itu adalah perjalanan paling indah menurutku, kenapa? Karena disetiap jalan yang ku lewati penuh dengan senyuman manis orang-orang dijalan baik yang kusapa ataupun menyapaku. Tapi, disamping itu semua ada yang membuatku sangatlah nyaman. Senyumnya yang bisa mengubah duniaku menjadi sebuah symphoni cinta yang mengumandangkan suara merdu dari balik bibir merah manis miliknya. Lesung pipinya membuatku semakin tak bisa menahan bahwa sebuah rasa cinta mengaliriku disetiap hari ku melihatnya. “Mugi..!! Tungguin aku dong, uhh..” Begitulah kira-kira jika dia memanggilku dari belakang, dan biasanya aku menjawab, “Hey, Risa. Telat lagi ya? Aku kan udah sering bilang, kalo tidur jangan mimpiin aku mulu haha.” Seketika aku berkata begitu padanya, mukanya langsung memerah. Entah kenapa bisa begitu tapi dia langsung mencubitku keras-keras sambil berkata, “Ihh.. Mugi..!!! Apaan sih kamu, haha” Ya, itulah yang biasa kami lakukan di pagi hari jika bertemu dijalan.
Disekolah, hanyalah satu tujuanku sebenarnya. Belajar, bermain, dan bertemu dengannya. Ya, walaupun ada 3 kata yang berbeda tapi itu memiliki satu makna haha. Entah kenapa, aku tak pernah bisa serius dalam belajar. Tapi, aku selalu mendapatkan nilai yang ya.. Bisa dibilang baguslah. Seketika itu semua berjalan mengarungi waktu, aku terus menjalaninnya. Sampai akhirnya, aku hampir putus asa dengan sebuah tindakan yang aku lakukan. Game yang mengubahku sampai sejauh ini, game juga yang membuatku merasa lebih percaya diri, game juga yang membuatku bisa berfikir lebih matang dan cermat. Tapi entah kenapa disaat Anggy mengetahui ternyata aku adalah seorang Gamer dia agak menjauh dariku, bukan hanya Risa sebenarnya, tapi.. Ayah dan Ibu juga begitu. “Mugi, jangan terlalu malem main game nya. Nanti kamu sakit, ga baik juga kan kamu main game dari pagi sampai hampir larut malam seperti ini?” Ibu seringkali berkata seperti itu kepadaku di setiap aku bermain game pada hari libur. Anehnya, aku tak menghiraukan segala perkataan Ibu. Aku hanya berkata, “Iya bu, ini sedikit lagi. Udah mau selesai juga kok, gaenak sama temen yang udah nungguin aku main bu.” Padahal jam sudah menunjukkan angka 23.00 ya pastinya itu adalah tanda dimana orang-orang haruslah mengistirahatkan tubuhnya untuk esok hari. Satu kata yang terfikir saat ini olehku, “Bodoh” mengapa aku terjerumus kepada hal yang mungkin tak berguna untuk orang lain? Tapi, aku tak pernah menyesali itu. Aku hanya menyesal telah membantah perintah Ibu yang dulu pernah aku abaikan, mungkin bukan hanya pernah tapi seringkali aku abaikan hanya untuk bermain sebuah game yang menurutnya, menurut mereka, dan menurut orang lain tak berguna.
Hari berlalu begitu jauh, dimana aku kini jarang sekali bermain keluar bersama ke dua sahabat baikku yaitu Rayhan dan Rahmad. Aku kini hanya duduk dirumah, menemani Ibu yang sedang sakit. Ayah sedang ada dinas ke luar negeri, jadi aku terpaksa merawat Ibu sendirian. Ya, itu juga berhubung aku tak memiliki kakak, hanyalah adik perempuan yang aku punya. Disamping itu, aku tetap bersekolah. Tak ada sedikitpun keluhan yang aku luncurkan pada Ibu, aku hanya ikhlas merawatnya. Ibu terkena penyakit demam, jadi Ibu tak bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendirian seperti hari-hari biasanya. Ya itulah pekerjaan sampinganku saat ini, disamping bermain game untuk menambah penghasilan ternyata Ibu juga pengertian untuk memberiku uang jajan lebih haha. Beberapa hari Ibu sakit, namun kini dia telah membaik, keadaannya berangsur-angsur pulih. Lega rasanya sudah bisa menjaga Ibu sampai sejauh ini.
“Mugi.. Kemana aja kamu? Ngilang gitu aja dari aku” Tiba-tiba disaat aku sedang berjalan menuju kantin sekolahku bersama Rayhan, Risa memanggilku dari belakang. Wajar sajah aku kaget bukan kepalang, aku bingung harus menjawab apa. Tapi temanku yang satu ini memang jago dalam membuat karangan, “Hey Risa.. Lama juga kita ga ketemu ya, cuman nyapa Mugi nih? Aku engga disapa?” Risa terbingung dengan pertanyaan Rayhan, sontak saja dia membalasnya, “Ehh, Rayhan ya? Si penyair itu? Haha, iya deh iya aku sapa, Rayhan..!! Udah kan? Wlee” Risa dengan enteng mengejek Rayhan, akupun tak bisa menahan tawa melihat wajah Rayhan yang kaku tak berdaya. “Mug, gua tinggal dulu sebentar ya. Gua mau ketemu Puteri dulu, kasian dia udah nunggu gua di depan kelas. Mau bantuin dia ngerjain tugas Matematika nya, bye mug.” Rayhan pergi, alhasil disini aku ditinggal berdua sama Risa. “I..Iya han, okedeh” Cuman itu kalimat yang bisa aku katakan. Lalu, akupun memberanikan diri memulai sebuah percakapan dengan Risa.
Aku : “Ri..Risa...”
Risa : “Iya mug, kenapa? Kok gugup gitu sih bicaranya? Santai dong haha.”
Aku : “Engga kok sa, aku engga gugup nih buktinya aku nyengir haha.”
Risa : “Haha, kamu bisa ajah. Mug, emangnya sejak kapan si Rayhan pacaran sama Puteri?
Aku : “Tau darimana kamu kalo mereka pacaran sa? Kalo gasalah sih udah lama, sekitar 3 bulan lalu lah. Kenapa gitu? Hayoo cemburu ya? Haha.”
Risa : “Ihh, tadi kan dia bilang mau ketemu Puteri di depan kelasnya buat bantuin Puteri ngerjain tugas Matematikanya. Ya, aku fikir mereka pacaran, ehh ternyata bener hehe. Cemburu? Engga kok mug, aku udah janji sama diri aku sendiri buat ga pacaran dulu, soalnya aku takut juga kalo pacaran mug hehe.”
Aku : “Oiya ya hehe, tuh sa.. Mereka ajah bisa pacaran, masa kita engga sih? Hehe. Kenapa takut gitu sa? Semua yang kamu anggap takut, akan berangsur-angsur memberikanmu sugesti kuat untuk tidak melakukannya sa. Saran aku sih ya, jangan dibikin takut. Tapi buat itu adalah suatu tantangan emosional buat kamu, karena di masa remaja yang seperti kita rasain saat ini itu wajar kalo suka-sukaan. Makanya pada pacaran, asalkan jangan sampai berlebihan gitu sa.”
Risa : “Mugiiiiiiii kok bisa bijak sih? Hahaha, iya iya makasih mugiii. Nih aku kasih senyum manis. Wleeee, haha. Nyaman deh kalo udah ngobrol sama mugi, nyambung mulu.”
Aku : “Eyaaaa, asik juga nih liatin senyum manis kamu kalo lagi laper begini. Berasa makan belimbing mateng wkwk. Aku juga nyaman kok sama kamu, apalagi bisa ada di hati kamu. Nyaman banget sa, hehe”
Risa : “Ihh mugii!! Kok belimbing sih? Enak semangka tauu, apalagi yang merah. Emm, yummy, wleee. Mugiii, jangan gombal mulu ahh haha.”
Aku : “Ohaha, merah ya? Iyadeh, semerah cinta aku ke kamu Risa, haha. Sa, mau aku anterin ke kelas? Bel masuk udah bunyi tuh..”
Risa : “Mugiii, haha.. Beneran bisa nganterin aku? Seneng deh kalo emang bisa dianterin Mugi ke kelas hehe.”
Aku : “Haha, iya beneran. Ayo saa..*Sesampainya di kelas Risa* Saa.. Maaf ya, mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita hehe.”
Risa : Mugiiiii, makasih banyak yaaa hehe. Mugi ngomong apa sih? Kita kan masih bisa ketemu lagi di lain hari.
Aku : “Iya sa, sama-sama hehe. Oia sa, ini serius. Besok aku bakalan izin selama mungkin 1tahun kedepan. Aku ada keperluan di rumah yang harus aku lakuin sendirian hehe.
Risa : “Mugi, jangan bercanda terus ahh. Aku percaya kalo kamu pasti bisa menghadapi semua permasalahan itu. Entah apa yang bikin aku bisa senyum ke semua orang, tapi aku tau kalo senyum itu adalah ibadah dan sebuah rahasia dibalik sebuah kasih sayang.”
Aku : “Mugi ga bercanda, Mugi cuman mau ngasih tau kalo emang besok Mugi ga ada lagi di sini.”
Risa : “Haha, kamu mulai ngawur nih ngomongnya. Yaudah kamu ke kelas gih sana, nanti gurunya marah lagi. Aku masuk kelas ya mug, dadah Mugiii hehe.”
Aku : “Iya sa, makasih ya buat hari ini. Aku harap kita bisa ketemu lagi besok.”
Risa : “Pasti mug, udah gih sanaa haha”
Aku : “Iya sa.. Iya haha”
Mungkin itu adalah saat terakhir aku harus bertemu seseorang yang memang aku sukai, besok adalah hari ulang tahun Risa. Besok juga adalah hari dimana sebuah kepahitan harus aku rasakan, besok juga adalah sebuah akhir cerita yang kumulai dengan Risa.
5 Juni 2014, adalah hari dimana Ayah dimakamkan, aku tak menyangka jika Ayah pergi secepat ini. Malam harinya, aku berangkat bersama Ibu ke Negara tempat Ayah mengalami tragedi pahit itu. Ya, di Arab Saudi. Ayah mengalami serangan jantung yang membuat aku sangatlah tak bisa menahan sebuah air mata yang terus menetes hingga akhir tangisan ini. Begitu pula Ibu, dialah yang sampai saat ini harusnya merawat Ayah yang sudah berumur 40tahun dan baru genap hari ini. Hari dimana semua hal indah harus terjadi dalam hidupku, tubuh Ayah yang saat ini kulihat tampaklah sangat menyayat hati ini. Terus menerus aku meneteskan air mata, wajahnya yang sudah pucat, kulitnya yang dingin, badannya yang tegar walaupun sudah dalam keadaan tidak bernyawa, rambutnya yang mulai memudar berwarna keputihan, sungguh itu adalah anugrah tuhan yang diberikan untukku, untuk seluruh keluargaku. “Ibu, kuharap kau tegar dan bisa menahan tangismu. Aku disini ada di sampingmu, menemanimu, menjagamu, dan aku berjanji untuk memberikan sebuah balon yang ku janjikan untuk Ayah disaat Ayah meninggal kini bu.” Aku mengatakannya dengan penuh rasa tak percaya jika balon yang selama ini Ayah berikan padaku adalah kado terakhir dirinya yang memang mungkin dia sudah mengetahui akan menghadapi hal seperti ini. “Ibu, maafkan aku. Aku tak bisa menemanimu sampai esok hari, akupun tak bisa membiarkan hatiku teriris dua kali di hari ini. Aku izin pamit menemui Risa di sana bu.” Sepenggal surat aku berikan pada Ibu, dan Ibupun mengerti apa maksudku. Akupun berangkat menuju bandara, dan langsung terbang ke Indonesia untuk menemui Risa di Kota asalku yaitu Subang. Lelah sekali, itulah yang kurasakan saat ini. Hanyalah sebuah tas ransel dan sebuah kotak dimana didalamnya terdapat sebuah balon, surat, dan sebuah Boneka Helokiti yang terdapat pita merah muda di atas telinga kiri Boneka tersebut. Ku pegang erat-erat kotak itu, kuharap Risa akan mengerti apa yang dinamakan cinta sejati yang ku tanamkan dalam hatinya. Hanyalah angan yang ku inginkan saat ini. “Risa, kuharap kau mengerti mengapa aku mencintaimu dan menyukaimu sampai saat ini. Bukanlah cinta biasa yang membuat aku seperti ini, tapi mungkin memang kau adalah sebuah anugrah tuhan yang kuinginkan berada tepat di hatiku saat ini. Ini hanyalah sebuah symphoni cinta dimana kau dan aku harus memahaminya bahwa cinta bukanlah sebuah bualan biasa melainkan sebuah rasa dimana sebuah kasih sayang dari kedua buah insan bersatu untuk menjadikan makna dari sebuah arti cinta itu sendiri.” Itu adalah pesan yang tertera di surat yang nantinya aku berikan kepada Risa.
Jarum jam sudah menunjukkan tepat pukul 21.00 malam, aku mulai khawatir jika Risa tak bisa bertemu denganku malam ini. Harus apa aku nantinya jika tak bisa bertemu dengannya jika bukan malam ini? Perjalanan panjang sudah aku lalui, kini Mobil Taxi yang mengantarkanku sudahlah sampai tepat di depan rumah Risa. Jarum jam kini menunjukkan tepat pukul 21.15 malam, hatiku makin tak menentu. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?” Pertanyaan bodoh yang sempat keluar dari fikiranku kala itu. Aku menelfonnya untuk keluar dari rumah sebentar, karena aku tak memiliki waktu banyak di sini. Syukurlah telfon ku diangkat olehnya, dan dia bisa keluar untuk beberapa menit. Dia telah berada di depanku sekarang, dengan pakain tidur yang lucu serba helokiti. Cocok sekali dengan wajahnya yang manis. Dia membukakan gerbang untukku, dan mempersilahkanku masuk kedalam, “Hey.. Kamu baik-baik aja kan mug? Ayo masuk dulu..” Senyumnya memecah semua penatku saat itu, tapi aku menolaknya, “Engga usah sa, aku cuman mau ngomong sebentar kok hehe.” Percakapan panjang di antara aku dan Risa pun terjadi.
Risa : “Loh, kenapa mug? Ayo masuk dulu, itu liat muka kamu? Pucet udah kayak orang abis lari maraton 5km haha.”
Aku : “Ga apa-apa kok sa, haha kamu bisa ajah. Emm, a.. Aku..”
Risa : “Aku apa sih mug? Ngomong ajah deh, jangan gagu gitu ahh haha. Katanya hari ini udah gabisa ketemu lagi sama aku? Nyatanya, kamu malem-malem begini dateng kerumah aku haha, wlee.”
Aku : “A.. Aku cuman mau ngasih ini ke kamu sa, iya sa sebenernya aku emang gabisa dateng kesini hari ini. Ayah meninggal, serangan jantung, di Arab sa. Aku harus stay disana jagain Ibu, tapi aku sempetin dateng kesini karena aku sayang sama kamu sa!
Risa : “Apa ini han? Kotak kado? Kamu gaperlu repot-repot kali hehe. A.. Ayah kamu? Meninggal? Kenapa kamu ga bilang dari kemarin soal ini sih mug? Kenapa juga kamu harus rela ninggalin Ibu kamu disana cuman buat ketemu aku mug? Heuuu.. heuuu.”
Aku : “Iya sa, makanya kemarin aku bilang. Ini adalah pertemuan akhir kita sa, aku udah izin ke Ibu. Dan Ibu ngertiin aku, kamu tau sa? Aku bukan hanya sekedar suka sama kamu, tapi aku sayang sama kamu! Kamu gausah nangis, kamu gaperlu nangis sa gaperlu..”
Risa : “Kalo kamu bilang buat itu, aku kan juga bakal ngerti mug! Maafin aku mug.. Aku udah banyak ngerepotin kamu, heuuu.. heuuu”
Aku : “Selamat ulang tahun sa, aku harap kamu mengerti semua usaha yang udah aku lakuin selama ini buat kamu. Makasih kamu selalu ada buat aku disaat aku senang, sedih dan apapun itu. Makasih untuk semuanya sa. Aku sayang kamu, aku cinta sama kamu sa. Aku ngerti apa yang semua ini aku lakuin buat kamu ga seberapa dibanding orang-orang yang pernah hadir dalam hidup kamu. Makasih sa untuk semuanya, maaf aku hanya bisa ngasih ini. Mungkin kamu bakalan suka, dan aku harap kamu nyimpen ini semua.”
Risa : “Mug.. Harusnya aku yang bilang makasih ke kamu untuk semua ini, untuk semua waktu kamu.. Makasih banget mug! Heuu.. heuu, aku gabisa nahan air mata yang netes saat ini mug.. aku gatau harus gimana. Aku harap kamu bisa ngertiin aku mug, maafin akuu! Heuu.. heuu”
Aku : “Ini adalah balon terakhir dari aku sa, aku harap kamu bisa simpen itu baik-baik. Dadah Risa, aku pergi dulu ya..”
Risa : “Mug..Mugi!!! Mugi tunggu.. Mugii... Heuuu.. Heuuu Kyaaaa!!!”
“Balon merah muda, yang di tengahnya terdapat nama Anggy”
“Surat yang memang ditujukan untuk Anggy”
“Boneka Helokitty yang lucu sedang memegang bantal hati warna merah muda yang ditengahnya terdapat nama Anggy”
Risa Syah Putri a.k.a Anggy Putri
Itulah nama sebenarnya, namun aku ingin memberinya sebuah kejutan indah melalui cerpen ini. Kuharap, kamu mengerti sebuah arti dibalik makna yang selama ini aku sampaikan padamu. Terimakasih untuk segalanya, Anggy Putri.
“Janganlah kamu menyianyiakan seseorang yang pernah memberikanmu sebuah kebahagiaan yang sangat mendalam untukmu, karena sesungguhnya dia adalah anugrah Tuhan yang diberikan untukmu.”
Rayhan Sulthan Rachman
Sorry kalo berantakan gan, TS sangat mengharapkan dan tolong ya gan
Kaskuser yang baik selalu meninggalkan
Sekian TS memberikan sebuah sajian bacaan gan Thanks and Enjoy it!
Spoiler for Sumbernya Gan Dimari!:
Spoiler for Komentar dari agan-agan!:
Quote:
Quote:
Original Posted By archaengela►Terus menulis, Gan. Nanti kalau udah sering latihan akan semakin terasah. Ada baiknya diberi paragraf-paragraf penulisannya, jadi bacanya ga pegel
Quote:
Original Posted By joker.laughing►CTRL + D dulu .gelar tiker sekalian seru nih keep posting gan .
Diubah oleh mr.raysr 18-04-2014 00:37
anasabila memberi reputasi
1
3.5K
Kutip
11
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.5KThread•42.2KAnggota
Terlama
Thread Digembok