Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sayapekokAvatar border
TS
sayapekok
Kini, 32 Ribu Partisipan Pilih Menteri
Sumber = http://www.pikiran-rakyat.com/node/290757

Quote:


MANTAPPPPP

emoticon-Big Grin

BTW buat MENPORA di sini ane SARANIN HERRY ZUDIANTO :

HERRY ZUDIANTO

sumber : http://pemilu.tempo.co/read/news/201...lah-di-TPS-nya

Ketua tim pemenangan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa Daerah Istimewa Yogyakarta, Herry Zudianto, menganggap wajar kandidat presiden yang diusungnya kalah di tempat pemungutan suara tim suksesnya. Dia menilainya sebagai bagian dari demokrasi. (Baca: Prabowo Sakit Flu Pasca-Pilpres)

"Itu normal. Justru saya bangga. Jangan sampai saya seolah-olah melakukan mobilisasi (agar menang)," kata Ketua RW 02 Golo, Kecamatan Umbuharjo, Yogyakarta, itu saat ditemui seusai Rapat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkominda) tentang pilpres 2014 di Kepatihan Yogyakarta. (Baca juga: PPP Turut Bergabung Jika Jokowi Jadi Presiden)

Berdasarkan data KPU DIY, hasil pemungutan suara di TPS 03--tempat Herry mencoblos--menunjukkan pasangan Jokowi-JK unggul dengan 195 suara ketimbang Prabowo-Hatta yang hanya meraup 145 suara. Sedangkan TPS 106, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, yang menjadi tempat Amien Rais selaku anggota tim pemenangan Prabowo-Hatta juga demikian. Pasangan Prabowo-Hatta hanya mendapat 101 suara, sedangkan Jokowi-JK meraup 138 suara.

"Kalau saya tinggal di Kauman atau Kotagede (basis Prabowo-Hatta), suara menang. Tapi saya memang tinggal di basis massa yang mendukung Pak Jokowi-JK," kata Herry, yang juga mantan Wali Kota Yogyakarta.

Laporan real count berdasarkan laporan C1 dari saksi di Yogyakarta, Wakil Ketua DPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan DIY Eko Suwanto memaparkan pasangan Jokowi-JK berhasil memperoleh 21.763 suara di kecamatan andalan Prabowo-Hatta, yaitu Umbulharjo. Sedangkan Prabowo-Hatta mendapatkan 18.491 suara. Selain Herry Zudianto, di sana juga tinggal Ketua DPW PKS DIY Sukamta.

Prabowo-Hatta juga kalah di TPS dekat sekretariat tim kampanye Koalisi Merah Putih di Kotabaru, Yogyakarta. Pasangan itu juga kalah di Sleman, padahal Bupati Sleman Sri Purnomo merupakan tim sukses Prabowo-Hatta. Laporan sementara, jumlah penduduk yang memilih di Kota Yogyakarta ada 249.765 orang, dengan suara sah 246.348, meliputi 148.132 (60,13 persen) memilih Jokowi-JK dan 98.216 (39.87 persen) mendukung Prabowo-Hatta.

Meski unggul, ketua tim pemenangan Jokowi-Jk wilayah DIY, Bambang Praswanto, menegaskan akan menerjunkan saksi terlatih yang didampingi relawan, legislatif terpilih, dan satuan tugas untuk mengawal surat suara dari TPS hingga KPU pusat.

Dia mengingatkan bahwa yang rawan dimanipulasi adalah kondisi fisik surat suara. "Jangan sampai surat suara diganti dan diubah. Isinya itu amanah rakyat. Kami akan amankan amanah rakyat," kata Sekretaris DPD PDIP DIY tersebut.

PITO AGUSTIN RUDIANA

dari KOMPASIANA :

http://birokrasi.kompasiana.com/2012...to-475410.html

Walikota Yogyakarta Itu Cuma Tiga: Herry Zudianto, Herry Zudianto, dan Herry Zudianto?
OPINI | 04 July 2012 | 16:40 Dibaca: 817 Komentar: 3 2

Cukup lama menetap di kota Yogyakarta tercinta, memberi waktu yang cukup bagi saya untuk mencermati dan merasakan denyut nadi kota bersejarah, kota istimewa ini. Pencermatan dan perasaan itu akhirnya tidak bisa terlepas dari sosok hebat Herry Zudianto yang telah mewakafkan dirinya untuk kota Yogyakarta.

Herry Zudianto (Pak HZ) identik dengan dinamika kota Yogyakarta di era terkini. Seumpama mobil, maka Pak HZ adalah mesin mobil itu yang “benar-benar mesin”. Ini hanya persepsi saya berdasarkan bukti nyata yang saya lihat selama Pak HZ menjabat walikota. Berdasarkan jejak emas dan jejak kreatif yang digoreskan oleh Pak HZ di peta kota Yogyakarta. Pak HZ mengubah wajah kota Yogyakarta!

Dan diharapkan persepsi saya ini bisa menjadi masukan yang indah bagi walikota yang sedang menjabat sekarang. Persepsi ini bisa menjadi pemicu dan pemacu kreatifitas walikota yang sekarang.

Menurut wikipedia sejak zaman kemerdekaan Republik Indonesia ada tujuh orang walikota Yogyakarta sebelum Pak HZ. Dan ada seorang walikota setelah periode Pak HZ.

Lalu apakah walikota sebelum Pak HZ tidak meninggalkan jejak emas? Menurut saya jejak mereka “biasa-biasa” saja. Jadi belum jejak emas. Mereka baru sebatas menjadi kepala administratif. Mereka tidak meninggalkan jejak emas yang bisa dimaknai atau dirasakan oleh generasi muda. Menurut persepsi saya, tanpa mengurangi rasa hormat, mereka belum bisa disebut walikota, mungkin karena sebagian besar walikota itu bekerja pada zaman orde baru, ketika jabatan kepala daerah hanya “ditunjuk” oleh penguasa. Dan mereka pun “terlena” untuk tidak kreatif.

Lalu walikota yang sekarang? Tugas pengabdiannya baru saja dimulai, walau sampai sejauh ini belum ada gregetnya yang bisa mengarah paling tidak mengimbangi apa yang telah dicapai oleh Pak HZ. Mau tidak mau sosok pengabdian seorang Herry Zudianto akan selalu menjadi barometer bagi walikota selanjutnya. Pertanyaannya adalah apakah mau menjadi sekedar bayang-bayang di tanah? Atau menjadi layang-layang yang tampak gagah riil di langit biru kota Yogyakarta?

Walikota sebelumnya tidak meninggalkan jejak kreatif

Menyimak perkembangan kota Yogyakarta terkini, tidak berlebihan menyebut Pak HZ sebagai pengubah wajah Yogyakarta. Di zaman pemerintahannya perkembangan riil kota Yogya tampak nyata “melompat jauh” dari wajah sebelumnya. Sejumlah bangunan yang akan menjadi legendaris dan tetap bisa dinikmati manfaatnya oleh generasi demi generasi. Seperti taman pintar yang menyesuaikan dengan kemajuan peradaban dan akan selalu menyesuaikan dengan kemajuan peradaban.

Selama 2 periode kepemimpinannya, Pak HZ banyak sekali mendirikan fasilitas umum yang bermanfaat dan sesuai kebutuhan masyarakat. Salah satu karyanya yang sukses adalah Taman Pintar. Ia melahirkan Taman Pintar karena terinspirasi dari pengalaman yang ditemuinya ketika melakukan perjalanan di luar negeri. Tempat ini menampilkan ilmu teknologi dalam kemasan yang menyenangkan dan tidak membosankan. Taman Pintar telah menjadi ikon baru Kota Yogyakarta. Memperkuat citra kepribadian Yogyakarta sebagai kota pendidikan, kota pelajar. Taman Pintar telah ikut memecah keramaian Malioboro.

Pada sisi lain banyak pihak yang memberi apresiasi. Salah satu buktinya, Pak HZ meraih penghargaan Bung Hatta Anticorruption Award 2010. Ada kemiripan Pak HZ dengan Bung Hatta. Keduanya berada di sentral kekuasaan. Namun tidak memanfaatkannya untuk kepentingan memperkaya diri sendiri.

Banyak pemimpin lain yang terjerembab, terutama dalam ranah penggunaan kekuasaan dan kesempatan. Tetapi Bung Hatta uncorruptable, tidak terkorupsikan ketika memegang kekuasaan. Tidak juga menggunakan modal pengabdian maupun koneksi ketika dengan sukarela meninggalkan kekuasaan. Pak HZ juga uncorruptable, tidak terkorupsikan ketika memegang kekuasaan. Patut dipelajari mengapa mereka sanggup tidak terkorupsikan sementara para pemimpin lain jatuh bangun.

Itulah jurang pemisah antara Pak HZ dan pemimpin lainnya yang semakin lama semakin lebar dan dalam. Kebanyakan pemimpin daerah mengumbar janji-janji yang akhirnya terlupakan. Pak Herry berhasil merealisasikan misinya menjadi tindakan nyata. Kebanyakan politikus tidak menghiraukan rakyat kecil setelah duduk di kursi ‘empuk’. Pak HZ menghampiri mereka dengan gembira. Pak HZ adalah sosok negarawan!

Berulang kali pada setiap kesempatan, Pak HZ selalu mendeklarasikan sebagai Kepala Pelayan Masyarakat Kota Yogyakarta. Ia tidak ingin pujian, ia tidak ingin pujaan. Namun data dan fakta pelayanannya memuaskan dan berprestasi. Selama 10 tahun memimpin pelayanan untuk masyarakat Yogyakarta, lebih dari 600 penghargaan dan kejuaraan telah diraih Kota Yogyakarta.

Walikota yang sekarang

Walikota sekarang secara de jure adalah walikota terpilih, tetapi benarkah juga sudah menjadi walikota de facto. Itu tergantung apakah bisa melepaskan diri dari bayang-bayang Pak HZ? Akan kita ikuti selama lima tahun ini. Kita tentu berharap walikota yang sekarang juga dikenang sebagai walikota Yogyakarta yang berhasil. Tetapi tentu harus dibuktikan dengan wujud riil pembangunan. Memang sulit membayangkan bangunan apa lagi yang bisa dimunculkan oleh walikota sekarang untuk mengimbangi bangunan yang dilahirkan di zaman Pak HZ.

Alangkah bijaksana jika walikota yang sekarang mau memeriksa kembali dan menyimak karya-karya besar seorang Pak HZ ketika menjabat walikota. Juga mau mendengarkan dan merenungkan kata-kata yang pernah diucapkan oleh Pak HZ.

Diantaranya beberapa saya kutip di bawah ini:

Tatkala menjabat sebagai walikota, Pak HZ telah memberikan ruang yang luas bagi pelajar/anak guna mengembangkan bakat dan kemampuannya. Termasuk diantaranya Taman Pintar, PAUD, Taman Bacaan Masyarakat, Pembinaan Organisasi Sekolah, dan Program Sepeda Sego Segawe. Mewujudkan Yogyakarta sebagai kota layak anak.

Perlu meresapi dan mencerna ungkapan Pak HZ yang pernah diutarakan ketika bersama jajaran Pemkot Yogyakarta meraih penghargaan Bung Hatta Anticorruption Award 2010. Ungkapan itu adalah, “Entrepreneur itu jiwanya melayani, memuaskan pelanggan. Saat jadi Walikota paradigmanya sama. Kekuasaan itu bukan penguasaan politik tapi wakaf politik. Jadi bukan untuk jadi penguasa tapi untuk jadi pelayan.”

Perlu mengadopsi kedekatan dan kepedulian Pak HZ pada rakyat. Misalnya, terbukti lewat kesediaannya melihat, mengunjungi, dan mendengarkan keluh-kesah warga Jogja secara langsung maupun melalui media. Dia merintis penghijauan, pembangunan infrastruktur, dan salah satu bukti keberhasilannya yang patut diacungi jempol adalah kemulusannya memindahkan para penjual klithikan di selatan Tugu dan Alun-alun Selatan ke Pasar Klithikan di Kuncen. Juga para pedagang Pasar Burung Ngasem ke Dongkelan. Di kota-kota lain, pemindahan serupa selalu membuahkan kemarahan, meletuskan huru-hara dan meninggalkan korban. Di Jogja, berkat sentuhan ‘tangan ajaib’ Pak HZ, yang terjadi justru sebaliknya. Dengan gembira dan penuh semangat mereka berangkat ramai-ramai ke tempat baru yang telah disediakan. Naik andong dan becak, mereka pawai dengan mengenakan pakaian adal Jogja layaknya abdi dalem. Tanpa protes sedikitpun dan penuh keikhlasan mereka berjalan beriringan karena mereka tahu, Pak HZ telah menyediakan tempat yang lebih baik.

Pemimpin mana yang mau berjalan-jalan di pasar yang sumpek dan bau untuk bercengkerama dengan para pedagang: mengobrol dengan ibu-ibu penjual getuk, dengan simbah-simbah penjual sayuran untuk menyatakan kepedulian? Mana ada pemimpin yang mau jongkok di trotoar area loakan dan berbincang-bincang sembari meyakinkan mereka akan itikad mencarikan tempat usaha yang lebih layak dan menjanjikan?

Selain itu perlu selalu mengaktualisasikan visi yang dimiliki Pak HZ ketika dulu menjabat sebagai Wali Kota Yogyakarta. Menanamkan sikap ’saiyeg sak eko kapti’ (bersatu dalam cita), ’saiyeg sak eko proyo’ (bersatu dalam karya).

Lalu tidak lupa menyimak dalam-dalam ucapan Pak HZ, “Visinya memasak, maka pisau digunakan untuk memotong tomat, sayur. Kalau visinya membunuh ya tentu berbeda lagi. Karena itu, visi itu sangat penting.” Lalu, mari kita cermati juga kalimat berikut. “Pemimpin bisa datang dan pergi, tapi organisasi tetap berlangsung.”

****

Walikota Yogyakarta Itu Cuma Tiga: Herry Zudianto, Herry Zudianto, Dan Herry Zudianto? Ini bukan sebuah pernyataan melainkan sebuah pertanyaan. Jawabannya tergantung bagaimana kita memaknai dan menyikapinya. Tetapi yang terpenting mari kita sesuai kapasitas masing-masing terus ikut mendorong dan berpartisipasi dalam membangun kota Yogyakarta. Semoga Yogyakarta semakin mantap jaya!!


0
1.7K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.3KThread41.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.