- Beranda
- The Lounge
[HOT] Wisata asusila Jawa Timur yg MELEGENDA
...
TS
kojar.jar
[HOT] Wisata asusila Jawa Timur yg MELEGENDA
Wisata asusila memang sebenarnya lekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Kali ini info share akan share seputar Beberapa wisata asusila di jawa timur yg melegenda.
Spoiler for Gang Dolly Terbesar Se Asia Tenggara:
Siapa yang tidak kenal dengan Gang Dolly ? Ada pameo bila ke Surabaya Jawa Timur bila tidak menginjakkan kaki ke Gang Dolly maka di anggap belum pernah ke Surabaya. Lokasi prostitusi yang berlokasi di Kelurahan Putat Jaya.
Berdasarkan sejarah konon lokalisasi ini didirikan oleh Noni Belanda dan lokasi jarak adalah prostitusi yang pertama kali yang berdiri lalu baru Gang Dolly.
Tempat prostitusi Jarak sendiri, merupakan limpahan dari prang-orang lokalisasi yang ada di Jagir dan Wonokromo. Siapakah sebenarnya orang yang disebut dengan Tante Dolly ?
Di mana akhirnya nama nya di abadikan dengan nama Gang Dolly. Nama Gang Dolly telah menjadi legenda seperti hal nya Keramat Tunggak di Jakarta. Legenda Gang Dolly tidak hanya terdengar di wilayah Indonesia bahkan sampai seantaro Asia Tenggara. Banyak turis yang berkunjung ke Gang Dolly ketika berkunjung ke Indonesia.
Tante Dolly merupakan noni berasal dari Belanda yang merupakan seorang mucikari dan sekaligus pemilik wisma di daerah Cemoro Sewu, dimana lokasinya di kawasan kelurahan Banyu Urip Kec Sawahan Surabaya. Wisma Tante Dolly di wilayah Cemoro Sewu sendiri telah ada sejak zaman kolonial Belanda sampai sekarang. Sudah bertahun-tahun berdiri cukup lama.
Awal berdirinya Gang Dolly sebenarnya ketika pihak pemerintah pada saat itu melokalisir lokasi prostitusi itu ke kawasan Jarak namun Tante Dolly tidak mau dan justru mendirikan wisma di area tempat terpisah. Ternyata keputusan Tante Dolly membawa keberuntungan tersendiri, dimana bisnis yang dia dirikan dan dikelola nya terbilang sangat laris dan sangat maju di bandingkan dengan wisma-wisma yang ada dilokasi Jarak.
Keberhasilan Tante Dolly tidak terlepas dari kepiawian dia dalam mengelola juga mencari wanita-wanita penhibur yang sangat muda dan cantik-cantik serta sangat berkelas yang membuat pria hidung belang sangat senang berkunjung dan jadi langanan setia di Gang Dolly. Sehinga nama nya semakin terkenal dan jadi perbincangan para pria yang menginginkan cinta satu malam.
Berdasarkan sejarah konon lokalisasi ini didirikan oleh Noni Belanda dan lokasi jarak adalah prostitusi yang pertama kali yang berdiri lalu baru Gang Dolly.
Tempat prostitusi Jarak sendiri, merupakan limpahan dari prang-orang lokalisasi yang ada di Jagir dan Wonokromo. Siapakah sebenarnya orang yang disebut dengan Tante Dolly ?
Di mana akhirnya nama nya di abadikan dengan nama Gang Dolly. Nama Gang Dolly telah menjadi legenda seperti hal nya Keramat Tunggak di Jakarta. Legenda Gang Dolly tidak hanya terdengar di wilayah Indonesia bahkan sampai seantaro Asia Tenggara. Banyak turis yang berkunjung ke Gang Dolly ketika berkunjung ke Indonesia.
Tante Dolly merupakan noni berasal dari Belanda yang merupakan seorang mucikari dan sekaligus pemilik wisma di daerah Cemoro Sewu, dimana lokasinya di kawasan kelurahan Banyu Urip Kec Sawahan Surabaya. Wisma Tante Dolly di wilayah Cemoro Sewu sendiri telah ada sejak zaman kolonial Belanda sampai sekarang. Sudah bertahun-tahun berdiri cukup lama.
Awal berdirinya Gang Dolly sebenarnya ketika pihak pemerintah pada saat itu melokalisir lokasi prostitusi itu ke kawasan Jarak namun Tante Dolly tidak mau dan justru mendirikan wisma di area tempat terpisah. Ternyata keputusan Tante Dolly membawa keberuntungan tersendiri, dimana bisnis yang dia dirikan dan dikelola nya terbilang sangat laris dan sangat maju di bandingkan dengan wisma-wisma yang ada dilokasi Jarak.
Keberhasilan Tante Dolly tidak terlepas dari kepiawian dia dalam mengelola juga mencari wanita-wanita penhibur yang sangat muda dan cantik-cantik serta sangat berkelas yang membuat pria hidung belang sangat senang berkunjung dan jadi langanan setia di Gang Dolly. Sehinga nama nya semakin terkenal dan jadi perbincangan para pria yang menginginkan cinta satu malam.
Spoiler for Tretes (Hawa Dingin):
Tretes adalah nama suatu kawasan "merah" yg berada di wilayah kabupaten Pasuruan, terlerak di kaki gunung Welirang. selain itu menawarkan panorama nan indah dan hawa sejuk, Tretes memiliki kawasan wisata malam yg memukau.
Tempat-tempat yang menawarkan kenikmatan syahwat banyak bertebaran di beberapa tempat. Baik yang berpraktek secara terang-terangan maupun yang agak malu-malu kucing, berkedok panti pijat.
Dahulu, di Tretes, terdapat tempat transaksi prostitusi yang di lokalisir di suatu kawasan yang di kenal dengan nama “Mbarakan”.
Lokasi tersebut agak terpencil. Jauh dari pusat keramaian. Bersembunyi di balik rimbunnya pepohonan.
Konon, sebutan Mbarakan tersebut berasal dari kata“Mbah’e Urakan”.
Kata “Mbah” disini memiliki makna “senior”, “dedengkot”atau “ahli” dan kata “Urakan” kurang lebih memiliki arti“tidak memiliki sopan santun”, atau “liar”.
Karena kehidupan di tempat tersebut memang liar, tidak/kurang memiliki sopan santun.
Wanita-wanita pemuas nafsu syahwat yang mengenakan pakaian minim, mabok dan membunyikan sound sistem dengan suara yang nyaring, maka orang-orang menyebutnya dengan istilah “Mbah’e Urakan”.Hingga akhirnya, lokalisasi tersebut di kenal dengan sebutan “Mbarakan”.
Tapi seiring dengan semakin pesatnya laju pertambahan penduduk, lokalisasi tersebut mulai tergusur. Sebagian dari para wanita-wanita penghibur penghuni eks lokalisasi Mbarakan lebih memilih berpraktek secara mandiri. Mereka tinggal di kamar-kamar kost yang banyak bertebaran di wilayah Tretes. Berbaur dengan pemukiman penduduk. Mereka menjaring mangsa lewat bantuan para perantara yang berprofesi sebagai tukang ojek, maupun penduduk sekitar yang memang secara sengaja berprofesi sebagai makelar villa.
Dan sebagiannya lagi, lebih memilih bertahan mengikuti para mucikarinya. Menyewa rumah di antara pemukiman padat penduduk di keramaian wilayah Tretes. Dan kembali menjalankan bisnis prostitusinya.
Beberapa tempat yang menjadi pilihan para mucikari yang eksodus dari Mbarakan adalah;
Gang Dahlia.
Gang Sono.
Gang Bakwan.
Pesanggrahan.
Watu Adem.
Tempat-tempat yang menawarkan kenikmatan syahwat banyak bertebaran di beberapa tempat. Baik yang berpraktek secara terang-terangan maupun yang agak malu-malu kucing, berkedok panti pijat.
Dahulu, di Tretes, terdapat tempat transaksi prostitusi yang di lokalisir di suatu kawasan yang di kenal dengan nama “Mbarakan”.
Lokasi tersebut agak terpencil. Jauh dari pusat keramaian. Bersembunyi di balik rimbunnya pepohonan.
Konon, sebutan Mbarakan tersebut berasal dari kata“Mbah’e Urakan”.
Kata “Mbah” disini memiliki makna “senior”, “dedengkot”atau “ahli” dan kata “Urakan” kurang lebih memiliki arti“tidak memiliki sopan santun”, atau “liar”.
Karena kehidupan di tempat tersebut memang liar, tidak/kurang memiliki sopan santun.
Wanita-wanita pemuas nafsu syahwat yang mengenakan pakaian minim, mabok dan membunyikan sound sistem dengan suara yang nyaring, maka orang-orang menyebutnya dengan istilah “Mbah’e Urakan”.Hingga akhirnya, lokalisasi tersebut di kenal dengan sebutan “Mbarakan”.
Tapi seiring dengan semakin pesatnya laju pertambahan penduduk, lokalisasi tersebut mulai tergusur. Sebagian dari para wanita-wanita penghibur penghuni eks lokalisasi Mbarakan lebih memilih berpraktek secara mandiri. Mereka tinggal di kamar-kamar kost yang banyak bertebaran di wilayah Tretes. Berbaur dengan pemukiman penduduk. Mereka menjaring mangsa lewat bantuan para perantara yang berprofesi sebagai tukang ojek, maupun penduduk sekitar yang memang secara sengaja berprofesi sebagai makelar villa.
Dan sebagiannya lagi, lebih memilih bertahan mengikuti para mucikarinya. Menyewa rumah di antara pemukiman padat penduduk di keramaian wilayah Tretes. Dan kembali menjalankan bisnis prostitusinya.
Beberapa tempat yang menjadi pilihan para mucikari yang eksodus dari Mbarakan adalah;
Gang Dahlia.
Gang Sono.
Gang Bakwan.
Pesanggrahan.
Watu Adem.
Spoiler for Moroseneng:
Lokalisasi Sememi atau yang lebih dikenal Moroseneng merupakan lokasi favorit kedua setelah Dolly. Meski berada di kawasan pinggiran dan dekat perbatasan kota, namun tak menyurutkan niat lelaki hidung belang bertandang ke sana. Di akhir pekan, jumlah pengunjung di sana bisa mencapai ribuan. Ada yang sekadar minum-minum dan menikmati ‘pemandangan’, namun tak sedikit yang menjajal ‘barang’ yang konon kualitasnya setara dengan Dolly.
‘Moro’ dalam makna harfiah adalah datang, dan ‘Seneng’ adalah senang. Itulah janji yang ditawarkan pengusaha bisnis esek-esek di sana kepada pria hidung belang; Anda datang maka akan senang. Bagi mereka yang hobi berwisata seks mungkin janji itu tidak berlebihan. PSK-PSK yang ditawarkan di sini memang kualitasnya lebih baik ketimbang lokalisasi lain di Surabaya—selain Dolly--,tentunya. Usia yang masih muda, penampilan menggoda dengan tarif yang relatif lebih murah pasti membuat pria-pria iseng tergoda.
‘Moro’ dalam makna harfiah adalah datang, dan ‘Seneng’ adalah senang. Itulah janji yang ditawarkan pengusaha bisnis esek-esek di sana kepada pria hidung belang; Anda datang maka akan senang. Bagi mereka yang hobi berwisata seks mungkin janji itu tidak berlebihan. PSK-PSK yang ditawarkan di sini memang kualitasnya lebih baik ketimbang lokalisasi lain di Surabaya—selain Dolly--,tentunya. Usia yang masih muda, penampilan menggoda dengan tarif yang relatif lebih murah pasti membuat pria-pria iseng tergoda.
Diubah oleh kojar.jar 19-05-2016 16:41
0
7.3K
Kutip
32
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923KThread•83.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru