Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • KH Abdurrahman Wahid aka Gus Dur : Tokoh Inspirasi Moderasi di Era Transisi

solehikhsanudinAvatar border
TS
solehikhsanudin
KH Abdurrahman Wahid aka Gus Dur : Tokoh Inspirasi Moderasi di Era Transisi


Tak dapat dipungkiri bahwa sosok KH Abdurrahman Wahid aka Gus Dur telah menjelma menjadi salah satu “Bapak Bangsa” yang jasanya dikenang sepanjang masa.
Dalam benak ane pribadi pun, jika ditanya soal siapa tokoh yang paling menginspirasi hidupmu, maka jawaban ane salah satu yang utama yaitu sosok Gus Dur.
Inspirasi ketokohan beliau beberapa di antaranya mengarusutamakan moderasi beragama yang dalam beberapa perspektif turut menjadi salah satu faktor kunci mulusnya transisi rezim Orba ke Reformasi.

Berikut 5 kutipan beliau yang menurut ane sangat berpengaruh tidak hanya bagi ane pribadi, tapi juga bagi banyak orang yang terinspirasi dengan beliau …



“TAK ADA JABATAN DI DUNIA INI YANG PERLU DIPERTAHANKAN MATI-MATIAN”

Dalam pandangan ane, kutipan ini tidak melulu berorientasi pada argumentasi mengalah Gus Dur saat menjelang akhir kepemimpinannya, tapi juga memberikan value hidup yang amat vital di era transisi pemerintahan. Ya, pergantian filosofi pemerintahan dari Orba yang terpusat ke Reformasi yang lebih mengakomodir kepentingan rakyat, tentunya membawa perubahan manajemen kenegaraan yang begitu signifikan. Dan nilai kehidupan untuk tidak terlalu memegang erat jabatan atau memiliki kerelaan yang tinggi jika harus melepasnya, menurut ane menjadi salah satu kunci utama stabilitas di era transisi sehingga para petinggi tidak terlalu fokus pada kursi jabatannya namun lebih kepada tujuan jabatan itu sendiri untuk mensejahterakan bangsa Indonesia.

“ORANG YANG MASIH TERGANGGU DENGAN HINAAN DAN PUJIAN MANUSIA, DIA MASIH HAMBA YANG AMATIRAN”

Dari kutipan ini, sangat tampak jiwa “maju tak gentar” Gus Dur dalam menebarkan kebaikan, dengan tak mempedulikan hinaan ataupun pujian jika memang masih berada dalam koridor “membela yang benar”. Setidaknya ada 2 jenis karakter yang sangat menginspirasi ane dari kutipan singkat nan mendalam ini. Pertama : memastikan diri kita untuk selalu berada di jalan yang benar, dan kedua : terus merealisasikan perjuangan kebenaran kita dengan penuh keikhlasan.

“AGAMA DILAHIRKAN UNTUK KEDAMAIAN, BUKAN UNTUK KEKERASAN”

Kalau yang satu ini, tentu tidak ada yang meragukan bahwa narasi utamanya adalah untuk mengcounter kembali maraknya isu radikalisme keagamaan di tingkat lokal, nasional, regional, hingga internasional. Padahal, salah satu fungsi diturunkannya agama ke dunia ini oleh Tuhan yaitu untuk mengejawantahkan rahmat bagi semesta alam. Dengan demikian, perangai sangar nan diliputi oleh sikap kekerasan tentu secara diametral bertentangan dengan tujuan agama itu sendiri untuk menciptakan perdamaian dunia.

“TUHAN TIDAK PERLU DIBELA. DIA SUDAH MAHA SEGALANYA. BELALAH MEREKA YANG DIPERLAKUKAN TIDAK ADIL”

Meskipun terkesan mengandung nilai falsafah yang berat, namun sejatinya kutipan ini menginspirasi penyadaran cara berpikir masyarakat yang gamblang untuk melawan gerakan yang mengatasnamakan pembelaaan atas nama Tuhan. Tuhan sudah maha segalanya, sehingga pembelaan yang sejati justru termaktub dalam tindakan kita dalam membela yang diperlakukan tidak adil. Dengan membela mereka-mereka yang diperlakukan secara tidak adil, maka sejatinya manusia tersebut telah membela Tuhannya.

“TIDAK PENTING APA PUN AGAMAMU ATAU SUKUMU. KALAU KAMU BISA MELAKUKAN SESUATU YANG BAIK UNTUK SEMUA ORANG, ORANG TIDAK AKAN TANYA APA AGAMAMU”

Terakhir ini yang paling maknyus dalam benak ane, sebuah pesan moderasi yang sangat menginspirasi dalam semangat nir-SARA anti perpecahan bangsa. Bahkan di era milenial saat ini, pesan serupa masih begitu urgent-nya untuk senantiasa digaungkan sedari generasi muda mengingat tantangan ke depan yang juga semakin beragam. Terkhusus bagi nature ke-Indonesia-an yang terdiri dari berbagai macam unsur kebhinnekaan, kalimat sakti mandraguna dari Gus Dur ini tidak saja penting di era transisi dari Orba ke Reformasi, tapi juga maha penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di era post truth kekinian.

Demikian sedikit penggambaran ane tentang Gus Dur sebagai “putra bangsa” yang bertransformasi menjadi “Guru Bangsa”, sebagai figur prominen lokal yang telah, sedang, dan akan selalu menginspirasi anak-anak bangsa dalam menjaga nilai-nilai kenusantaraan.
Mohon maaf apabila terdapat salah penulisan, dan bagi yang mau menambahkan kami silakan …
Wassalam!!!

TASTETHELOCAL, INSPIRING PEOPLE, MLDSPOTKONTENHUNT, KASKUSXMLDSPOT

Sumber :
Narasi : pemikiran pribadi.
Ilustrasi : Kumparan.
Diubah oleh solehikhsanudin 06-11-2019 06:32
sebelahblogAvatar border
swiitdebbyAvatar border
swiitdebby dan sebelahblog memberi reputasi
2
2.8K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.5KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.