luko.belitaAvatar border
TS
luko.belita
The genocide next door – West Papuan band spreading message of freedom





“Orang-orang Papua Barat dirampas hak asasinya sebagai manusia... Manusia memiliki hak untuk kebebasan. Kebebasan untuk diperlakukan sebagaimana layaknya manusia. Kebebasan untuk dihormati. Untuk dihargai dan memiliki harga diri. Inilah yang dirampas dari rakyat Papua Barat. "

Richard Mogu adalah seorang musisi Papua Nugini,juga aktivis, yang saat ini mengadakan tur dengan sesama orang Papua dan Papua Barat dalam band, “Rize of the Morning Star” . Selama 10 tahun terakhir Rize telah menyebarkan pesan: “Sorong Samarai. Satu tubuh, satu jiwa, satu takdir. "

Pada tahun 2016 lagu Sorong Samarai digubah oleh Airileke Ingram menampilkan duo Twin Tribe dirilis. Lagu itu sendiri membuat pendengar bersemangat dan terinspirasi untuk membuat perubahan seiring lantunan lirik nya.

BACA LEBIH BANYAK: Moale James: Jurnalisme warga melawan keheningan media 'yang disengaja' di Papua Barat

“Bangkitlah pejuang kebebasan. Bangkit dan berdirilah tegak kembali. Cendrawasih tidak pernah mati sia-sia. Melanesia kamu, aku bangkit lagi. Bagi mereka yang hidup dalam kegelapan, ingat akan cahaya terang di kejauhan. Fajar hari esok datang. Dengan terbitnya bintang kejora ... Sorong Samarai. Satu tubuh. Satu jiwa. Satu takdir. "

Video clip musik tersebut memperlihatkan pria, wanita dan anak-anak dengan bangga mengibarkan bendera Bintang Kejora, melukisnya di seluruh tubuh mereka sebagai protes terhadap pemerintah Indonesia. Tindakan ini merupakan pelanggaran hukum di Papua Barat, dimana sejumlah orang telah dipersekusi hanya karena ekspresi kebebasan sederhana ini, untuk dapat mengibarkan Bendera Bintang Kejora.

Pesan dari Lagu Sorong Samarai sendiri menunjukkan bahwa dari ujung Papua Barat, Sorong, ke ujung timur Papua Nugini, Samarai, orang-orang Papua Nugini adalah satu, dengan takdir yang sama, untuk merdeka.

Lagu ini adalah seruan untuk semua rakyat Papua Nugini untuk bersatu dan berdiri bersama demi kemerdekaan semua rakyat mereka.

“Gaungan”' pelanggaran

Ada banyak yang menggemakan kisah-kisah pelanggaran HAM ini oleh tangan pemerintah Indonesia dan ormas paramiliter.

"Ada perang yang terjadi di tetangga sebelah. Orang-orang di sini [di Australia dan Papua Nugini] mereka tidak tahu tentang itu…. Ayah saya masuk penjara selama 10 tahun karena berbicara untuk orang Papua Barat. Dia didakwa dengan hukuman mati ... Aktivis dan jurnalis independen diculik [oleh militer Indonesia]. Mereka dibunuh,kemudian dibuang ke sungai-sungai. ”

Ini adalah kesaksian pengungsi dan penari Papua Barat, Sam Roem. Pada usia 15 tahun Sam melarikan diri dari genosida di kampung halamannya di Merauke di Papua dengan sebuah perahu kecil bersama kakak laki-lakinya dan 41 orang lainnya.

Setelah terombang ambing di laut selama seminggu dengan hanya sisa makanan yang bisa dimakan, sampan mereka datang untuk beristirahat di pantai Cape York Australia. Pada usia tiga puluh tahun, Anda sekarang dapat menemui dia yang tampil bersama Rize of the Morning Star membagikan karya seninya sebagai penari dan kisahnya sebagai pengungsi.

“Orang tua saya disiksa oleh militer Indonesia. Saya merasakan saat itu dan masih merasakan kemarahan dan rasa sakit sekarang. Saya ingin melakukan sesuatu di rumah saya. Tapi apa yang bisa saya lakukan? Saya tidak ingin menjadi bodoh dan membuat diri saya terbunuh. ”

Nicclaude Domini (nama panggung, Ukam Maniczy) adalah musisi dan rapper Papua Barat berumur dua puluh dua. Nicclaude saat ini sedang dicari oleh pihak berwenang Indonesia karena berbicara menentang penindasan pemerintah.

'Terpaksa melarikan diri'

Meski menyebut banyak tempat di Indonesia sebagai rumah, orang-orang seperti Sam dan Nicclaude terpaksa melarikan diri atau bersembunyi karena ancaman persekusi di negara asal mereka.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa saat ini ada lebih dari 11.000 orang Papua Barat yang tinggal di kamp-kamp pengungsi atau di pengasingan di luar negeri.

Terkadang, bagi orang-orang ini dan banyak lainnya, perjuangan kemerdekaan terlihat suram dan tanpa harapan seiring berjalannya waktu, tahun demi tahun. Hingga kini, di tahun 2019 walaupun ada berbagai upaya dari banyak orang Papua Barat, aktivis, pejabat pemerintah dan bahkan PBB, pemerintah Indonesia masih memegang kendali.

Orang Papua Barat masih berusaha untuk selamat dari genosida yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dan ormas2 terkait. Hingga kini, 528.000 warga Papua Barat telah kehilangan nyawa dan perjuangan mereka untuk kebebasan di bawah kekerasan militer dan pemerintah yang kejam sejak pendudukan Indonesia pada tahun 1963.

Penelitian telah menemukan bahwa banyak orang Papua Barat telah terbunuh , dirudapaksa, disiksa, dipenjara dan telah menyaksikan pembakaran desa mereka dan banyak kekejaman lainnya (Elmsie, 2010).

Jurnalis dan pemimpin redaksi media Papua Barat, Nick Chesterfield telah bekerja dengan Rize of the Morning Star dan jurnalis independen lainnya selama tiga belas tahun terakhir.

'Masalah genosida'

"Ini adalah masalah genosida," katanya.

“Ada 250 kelompok bahasa di Papua Barat. Ini adalah tempat yang paling beragam secara bahasa dan budaya di bumi. Ada keunikan manusia yang telah hilang total dalam genosida ini. Hilangnya pengetahuan nenek moyang dan hilangnya tanah adat.
Ketika hak asasi utama manusia untuk menentukan nasib sendiri ditekan, itu adalah tragedi bagi semua orang. "

Orang Papua Barat telah memprotes lebih sering dan lebih kuat dari sebelumnya.

Sejak peringatan Perjanjian New York 1962 pada bulan Agustus, telah terjadi sejumlah demonstrasi dan protes oleh orang Papua Barat. Tanggapan dari ormas Indonesia dan pemerintah Indonesia sangat keras.

Banyak warga sipil telah ditangkap, ormas paramiliter menembaki demonstran, dan kasus mutilasi, pembunuhan, dan kekerasan seksual meningkat . Ini mencapai titik di mana ada pemadaman internet total di Papua Barat, mencegah perhatian media internasional dan dukungan dunia.

Perjuangan untuk kebebasan dan kemerdekaan di Papua Barat belum berakhir. Ini bukan perjuangan yang mudah dan ada banyak pengorbanan dan konsekuensi bagi mereka yang cukup tabah untuk memprotes. Walaupun, ada begitu banyak penderitaan, rakyat Papua Barat masih berharap untuk kebebasan mereka. Para anggota Rize of the Morning Star masih memiliki harapan sambil terus menyebarkan pesan mereka.

Sorong Samarai. One people, one soul, one destiny.


https://asiapacificreport.nz/2019/11...ge-of-freedom/

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ada yang bisik di forum sebelah, entah benar atau tidak, katanya TNPB tidak punya pilihan ketika menyerang pekerjaan konstruksi tol papua,bukan karena mereka benci pembangunan, tapi karena pembangunan tol itu selain memang untuk menjangkau desa2 terpencil di papua, juga untuk supaya artileri berat bisa mencapai desa2 sarang freedom fighters, mereka takut akan genosida, yang sudah terjadi berulang kali tiada henti ,tanpa ada satupun yg lolos ke media international, dan terus menerus disangkal oleh pemerintah indon ormas ceria, beserta barisan jenderal peternak ormas preman emoticon-Ngakak

Yah persis kaya medan lah,di mana semua aktivitas terrorisme premanisme terjadi di depan mata semua warga, non stop, 24 jam, dan pemerintah blaga tidak tahu, serta pejabat2 mukakpetak kefarat kompak menyangkalnya sambil bilang medan aman, kondusif,nyaman minus blokade internet emoticon-Ngakak

Inilah nasib republik sakau ormas, warisan nenek moyang bangso sumut yang mendirikan IPKI, sekarang kita semua mati, tapi semoga papua saat merdeka, tidak lupa pada kita2 yang masih dijajah oleh ormas2 paramilitary preman terorists emoticon-Angel

Propinsi2 lain, kalau kalian cerdas, momen ini bisa kalian manfaatkan untuk merdeka dari ormas okp preman mamak fetak senusantara raya emoticon-Toast

Jenderal2 fetak jaga pertahanan dan keamanan lahan parkir senusantara saja yah, atau kerja penyelundupan BBM illegal/batubara di kalimantan, tenang masih banyak lahan kok buat ormas okp dan berbagai jenis usaha tradisional mukakpetak di WIB danWITA, ga perlu papua emoticon-Malu

One Body, One Soul, One Destiny
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan sebelahblog memberi reputasi
2
629
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.8KThread40.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.