Ada hal yang aku bayangkan sejak usia 12 tahun. Urusan uang kembalian, kupikir yang ada di video game akan menjadi kenyataan. Uang yang hanya angka-angka di layar saja. Ternyata seakrang membawa kerugian juga. Apalagi kalau tidak ada sinyal internet dan listrik.
Spoiler for Duit:
Setelah uang logam tersingkirkan oleh keberadaan uang kertas yang nilainya semu, kini muncul yang namanya uang digital atau uang elektronik, kita sebut saja uang maya. Mata uang yang tidak akan pernah ada dalam genggaman tangan, yang tampak hanya angka-angka di layar, tidak ada bedanya dengan angka-angka di saldo tabungan. Saldo yang dapat berpindah tangan tanpa harus menggunakan mesin ATM. Cukup dengan menggunakan ponsel, bisa beli apa saja selama masih ada saldo, ditambah lagi dengan tawaran potongan harga yang cukup menggiurkan. Tidak seperti kartu ATM yang harus menggunakan mesin gesek, uang digital di ponsel hanya butuh sebuah gambar menyerupai rajah, pengguna cukup mengarahkan ponselnya ke gambar itu.
Namun, kelemahan keduanya bergantung kepada keberadaan listrik dan jaringan internet. Ketika listrik dan internet padam, uang maya itu sama sekali tidak dapat digunakan. Mengingatkan kembali pada peristiwa padam listrik di Jawa Barat. Sebagian penduduk di kota-kota seperti Bandung dan Jakarta mengalami penderitaan karena tidak memegang uang tunai. Tidak dapat membelanjakan uangnya karena ketiadaan listrik dan internet. Orang yang kelaparan hanya mampu menahan lapar karena uang simpanan mereka tidak dapat ditukar dengan apapun. Pedagang pun tidak bisa menerima pembayaran dengan uang maya. Nilai uang kertas yang semu dan uang elektronik yang maya suatu ketika akan runtuh dan tidak berlaku lagi. Lain halnya dengan logam mulia, uang ini tidak lekang dimakan zaman, berlaku di dunia manusia dan dunia gaib.
Sesungguhnya uang digital adalah alat untuk mempermudah belanja online di internet dan sebagai pengganti kartu debit, tidak lebih dari itu. Beruntunglah penggunaannya masih dibatasi. Saldo setiap orang dalam uang digital dibatasi, setiap merk membatasi dengan jumlah berbeda-beda. Keuntungan uang digital ini mempermudah pembayaran untuk berbelanja, keamanan lebih terjamin, membatasi pengeluaran, dan mendapat potongan harga.
Yang berbahaya adalah ketika orang-orang sudah sangat ketergantungan dengan uang digital. Pernah ada istilah “Cashless Society” yang digaungkan oleh sebuah bank. Mereka mengajak orang-orang untuk meninggalkan uang kertas dan uang logam agar beralih ke uang maya. Menurut mereka ini akan memudahkan orang untuk melakukan perdagangan. Namun, ada udang di balik batu. Usaha mereka mengalami kegagalan di tahun 2014, ketika itu ada bank yang menjadi sponsor di sebuah acara besar yang berujung drama di Jakarta. Bank tersebut menginginkan semua lapak pedagang memberlakukan uang digital untuk pembayaran dagangannya. Setiap pembeli diharuskan untuk menukarkan uangnya ke uang digital. Jika tidak, mereka tidak bisa berbelanja. Di hari itu, rencana bank digagalkan oleh para pedagang dan pembeli. Jual beli tetap menggunakan uang kertas dan uang logam.
Aku ingat kejadian waktu padam listrik di Jawa Barat. Banyak orang yang kesusahan gara-gara uang digital.
Jangankan sekarang, dulu 100 Rupiah saja aku bisa dapat sepotong tahu isi. kalau bayar 200 Rupiah dapat yang besar.