blanccasseAvatar border
TS
blanccasse
TIPS BERBICARA DI DEPAN PUBLIK
TIPS BERBICARA DI DEPAN PUBLIK
 


Kaskuser mungkin sering melihat ceramah atau acara berbicara di depan publik yang berantakan, membuat penonton (atau lebih tepatnya pendengar) bosan, nah ini adalah tips agar kaskuser lebih profesional dan siap berceramah secara efektif.

 

Menurut Aristoteles, ceramah yang bagus memiliki 3 unsur, yaitu ketepatan (faktanya tidak dapat dibantah), kenikmatan (pemilihan katanya dapat dinikmati), dan argumen (logikanya tidak dapat diingkari). ceramah yang baik juga bergantung pada kata-katanya, tanpa bantuan suara pembicara, suasana, atau tanggapan penonton.

 

Bila ingin berceramah dengan baik, kaskuser harus mengetahui cara memilih dan menyusun kata. Bisa diartikan kaskuser harus tahu cara menulis. Disiplin menulis membuat kaskuser berpikir cepat tentang sasaran dan cara menyusun materi untuk dicapai (kata-kata kaskuser menjadi lebih cepat sampai ke tujuan). Kaskuser telah dimudahkan dengan kenyataan bahwa segmentasi orang yang mendengar ceramah lebih mudah diperkirakan daripada jenis orang yang membaca koran atau buku. Penulisan ceramah lebih bersifat pribadi daripada prosa karena dibangun di atas kepribadian pembicara, tidak diperlukan berbagai peraturan seperti sistem matematika. Tidak ada kartu yang tepat untuk dimainkan, kecuali jujur pada kebenaran.



Sikap yang buruk menghasilkan ceramah yang buruk. Jadi jangan berceramah jika motif kaskuser di tempat lain, apalagi jika ceramahnya direkam wartawan dan akan disiarkan sebagai berita.

 

Jika ceramah disiarkan, maka kaskuser tetap harus membuat hadirin merasa diperhatikan, jangan hanya fokus ke kamera.

 

Jika kaskuser yakin bahwa undangan untuk berceramah berasal dari musuh, jangan datang. Bila ingin menjangkau musuh, kaskuser bisa melakukannya di acara yang netral. Sebaliknya, bagi para pendukung garis keras kaskuser, berceramahlah hanya jika ada sesuatu yang layak untuk disampaikan. Dengan begitu, kaskuser telah menghormati mereka.

 

Ada beberapa pendekatan ceramah: memberi informasi (bebas dari kalimat yang bertele-tele) dan emosional. Jika tidak memiliki bakat memengaruhi orang atau merangkai kalimat puitis, jangan gunakan pendekatan emosional.

 

Nasihat yang umum adalah mulailah dengan menyampaikan hal yang akan dikatakan, mengatakannya, dan mengakhiri dengan menyampaikan kembali yang sudah dikatakan. Buatlah daftar sasaran yang ingin dicapai dalam ceramah, lalu tulislah tindakan rinci untuk setiap sasaran itu yang harus dilakukan hadirin. Ini penting untuk menciptakan ceramah yang efektif, yaitu ceramah yang memiliki tujuan.

 

Pendahuluan berupa ucapan terimakasih dan pujian. Lalu diikuti perebut perhatian seperti anekdot, pernyataan yang mengejutkan, kutipan (termasuk kutipan ceramah kaskuser sendiri); barulah tema ceramah. Jangan terlalu banyak agar tidak membosankan. ceramah normal memiliki rata-rata kecepatan 150 kata per menit. Bagian terakhir adalah hal yang akan diingat orang. Kata-kata terakhir harus mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Buatlah agar ceramah perlahan-lahan usai, tidak tiba-tiba berhenti.

 

Jika belum berpengalaman, tulislah pokok-pokok ceramah agar tidak terlena oleh hal pertama yang akan disampaikan dan membahasnya terlalu panjang, hingga menyadari bahwa waktu hampir habis. Ini juga bermanfaat untuk menghindarkan jeda berupa kata-kata tidak bermanfaat seperti "eh...", "em...".

 

Naskah lengkap menjadi sangat penting bila kaskuser berpidato secara formal sebagai sikap berhati-hati karena tidak boleh membuat kesalahan, juga bila kaskuser belum berpengalaman. Mungkin ini perbedaan ceramah dengan pidato. Naskah lengkap menunjukkan rasa hormat karena dengan demikian kaskuser telah berjerih payah untuk hadirin. Bila menggunakan catatan kecil saja, hadirin tidak tahu lamanya ceramah kaskuser, sementara mereka ingin acara itu segera berakhir. Namun naskah lengkap mengharuskan kaskuser membacanya sehingga kehilangan kontak dengan hadirin, kecuali penyelenggara menyediakan mesin karaoke. Garis bawah dan cetak tebal pada naskah dapat dipakai untuk kalimat yang penting, sehingga ketika sampai di sana, kaskuser bisa membuat penekanan pada suara saat membacanya.

 

Jangan berhenti dan menengok ke belakang saat berceramah.

 

Orang memiliki jatah demam panggung tertentu. Jadi semakin banyak jatah itu dihabiskan dalam latihan, semakin sedikit yang tersisa untuk penampilan yang sebenarnya. Bila kaskuser demam panggung, kaskuser tidak sendirian, saya tidak tahu di Indonesia, tapi orang Amerika lebih takut berbicara di depan umum daripada mati. Semua presiden hebat mendapati ceramah sebagsi siksaan. Demam panggung berkaitan dengan kecerdasan, kaskuser harus mengakui bila demam panggung. Bila otot menegang, tegangkan saja tiap otot dari kepala hingga tumit dengan sengaja. Bila gemetar, biarkan gemetar sampai melemas. Bila haus, minum. Bila lapar, makan. Pergunakan kesempatan ke kamar mandi.

 

Cara terbaik melarikan diri dari rasa gugup adalah tertarik pada orang lain. Pada tingkatan tertinggi, carilah orang yang penampilannya norak, tanpa perlu menghinanya, kaskuser tidak akan merasa terancam oleh mereka. Atau carilah orang yang wajahnya bersahabat.

 

Latih vokal kaskuser. Kunyah dan beri nilai penuh pada tiap huruf. Pertahankan posisi tubuh seimbang dan nyaman. Bernapaslah dalam-dalam dari perut. Kendalikanlah jedanya agar bersamaan dengan jeda kalimat. Jangan menengadah.

 

Hal terbesar yang dapat kaskuser lakukan adalah diam. Keheningan yang bijaksana memesona hadirin. Bangunlah jeda sebelum memulai berceramah dan saat kaskuser ingin sebuah gagasan diserap pendengar. Pandangi mereka tanpa bersuara. Keheningan menyampaikan kewibawaan.

 

Bila mendapat pertanyaan, ulanglah di hadapan seluruh hadirin. Tapi jangan lupa mikrofon adalah pengkhianat, ia juga memperkuat kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan, batuk, sendawa, bersin, dan ketukan jari. Jangan ke toilet dengan mikrofon nirkabel yang masih menyala, kaskuser akan malu sendiri.

 

Terhadap gangguan seperti mati listrik, anak kecil menyelonong atau hewan tersesat berkeliaran, atau ada hadirin yang sakit, maka bila pendengar merasakannya, tunggulah sampai kegentingan itu teratasi. Bila perlu (karena persoalan tidak bisa diselesaikan) hentikanlah ceramahnya.

 

Bila pembicara sebelumnya telah menyampaikan hal yang seharusnya kaskuser sampaikan, maka paparkanlah dengan singkat disertai pujian dan pengakuan terhadap pembicara itu.

 

Aturan emas mengatasi celaan adalah mengabaikannya. Bila si pencela memesona bagi hadirin, izinkan kaskuser tersenyum tetapi jangan menanggapinya, bahkan jika kaskuser memiliki tanggapan yang hebat atau lucu.

 

Jangan menerima sela di tengah paragraf terbaik, barulah setelah kaskuser selesai, tangani itu. Bila si penyela menolak kaskuser meskipun tadi mati-matian memotong kaskuser, maka berarti kaskuser sudah membuatnya bungkam. Jangan menangani sela di dalam sela, selesaikan satu per satu.

 

Tidak satupun pembicara hebat memerlukan alat peraga. Kaskuser sendirilah alat peraga itu. Maka sampaikan ceramah dengan jelas dan penuh keyakinan. Dalam menangani alat peraga, seharusnya itu semua menjadi pembantu kaskuser, bukannya majikan. Alat peraga dapat membatasi daya khayal pendengar dan sulit untuk direkam. Namun alat peraga dapat membantu hadirin mangingat sesuatu, bahkan menjadi bagian tak terpisahkan untuk memahami ceramah.

 

Bila kaskuser menggunakan alat peraga, pastikan itu relevan/rasional, jangan menggunakan gambar atau suara yang tidak menambah secuilpun keterangan pada ceramah. Semua yang tidak menjadi bagian dari rencana harus disingkirkan. Kaskuser telah memakai kata-kata dalam ceramah, seharusnya kini gambar peraga tidak membutuhkan tulisan, kecuali misalnya keterangan singkat. Juga gambar yang tidak penting haruslah tidak ada. Jangan gunakan riasan dalam menyampaikannya, seperti bentuk huruf yang aneh-aneh. Jangan sampai peraga mengalihkan perhatian hadirin dari kaskuser, kecuali jika kaskuser memang ingin bersembunyi di balik peraga, tapi sikap itu tidak membuat kaskuser menjadi pembicara handal.

 

Naskah yang dibagikan (handout) tidak boleh dibagikan sebelum kaskuser selesai berceramah. Hadirin malah sibuk membacanya dan tidak mendengarkan ceramah.

 

Jangan berikan apapun pada wartawan kecuali ceramah itu sendiri. Ceramah dapat menguras tenaga dan perasaan, maka kaskuser jangan melayani permintaan wawancara setelahnya. Kaskuser dituntut tetap waspada agar jangan ketika kelelahan mental seperti itu, kaskuser membocorkan sesuatu. Juga jangan menerima ajakan minum-minum dari mereka karena kaskuser tidak tahu yang akan kaskuser bocorkan jika mabuk. Jangan menyampaikan hal di luar ceramah kepada rekan atau pihak penyelenggara, karena mereka juga bisa membocorkannya pada wartawan.

 

Kata-kata dalam ceramah atau naskah lengkap (jika berupa pidato) mungkin dipilah oleh wartawan dan bagian yang disebarkan hanyalah yang dikehendaki mereka. Maka tiap kata dan istilah sebaiknya dapat dikutip di luar konteks/suasana ceramah tersebut sehingga tidak ada salah penafsiran. Tapi jika kaskuser belum mampu melakukannya, abaikan ini, kaskuser punya kesempatan mengklarifikasi jika hal itu terjadi.

 

Sumber:

·        Menjadi Pembicara yang Handal, Richard Heller, 2003, Pearson Education Limited, Tanto Supriyanto, 2006, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta

·        Pengalaman pribadi

0
449
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.