Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

davidp90Avatar border
TS
davidp90
JANJI BAB 24
      <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-formatemoticon-Embarrassmentther; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-familyemoticon-Swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
RUMAH SARI II

            Bapak bercerita bahwasanya Pak Bursro ingin membuka ruko di desa Tunggal. Selain untuk berdagang menjual barang-barang yang menjadi kebutuhan pokok sehari-hari sekaligus untuk memudahkan transaksi jika ada warga Tunggal yang ingin menjual hasil panennya. Dengan begini kami tidak perlu lagi pergi jauh-jauh ke pasar di Kecamatan ataupun menunggu datangnya para pembeli-pembeli datang. Menurut Pak Busro memang sudah seharusnya di desa Tunggal ada kegiatan jual beli sendiri layaknya di pasar. Ia berharap langkahnya untuk membuka ruko sembako di desa ini bisa membuka jalan bagi para pedagang-pedagang yang lainnya untuk membuka usaha di sini. Desa kami memang dikenal dengan hasil panennya yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Dengan jumlah penduduk yang juga semakin bertambah maka kebutuhan pun juga ikut bertambah. Bisa dibilang desa ini merupakan komoditas dagang yang menguntungkan yang sedang berkembang dan masih akan terus berkembang.

            Karena hal itu sekarang Pak Busro teman baik bapak ini sering datang ke rumah. Mereka membahas hal-hal yang serius. Mereka bercanda sampai tawa mereka memenuhi seisi rumah. Kata ibu kita harus maklum memang begitulah kalau kawan lama membicarakan kenangan-kenangan masa lalunya.

            Setelah mendapatkan lokasi yang diyakini sesuai akirnya dibangunlah sebuah ruko yang cukup besar yang terletak di dekat jalan masuk desa dan juga dekat dengan perkampungan warga. Jadi ketika ada orang yang datang ke desa Tunggal bisa dipastikan mereka akan mendapat sambutan dari sebuah spanduk yang bertuliskan Toko Sembako. Meski dengan nama yang seperti itu Pak Busro juga menjual barang-barang keperluan lainnya seperti alat-alat rumah tangga dan juga kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.

            Tidak hanya Pak Busro saja yang jadi sering berkunjung ke rumah tapi mas Bambang hampir selalu menemani bapaknya. Mas Bambang sendiri orangnya sangat baik terhadapku. Awal perkenalan kami dimulai ketika aku kelas 1 SMA. Waktu itu mas Bambang yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi di kota besar berkunjung ke rumah Pak Dhe. Ternyata memang Mas Bambang dan Pak Dhe sudah cukup dekat. Hubungan mereka tidak hanya sekedar anak tetangga yang sering main ke rumah mereka. Pak Dhe yang memang tidak mempunyai keturunan pastinya sangat senang jika ada seorang anak yang berada di rumahnya. Bagi Pak Dhe dan almarhumah Budhe mas Bambang sudah dianggap sebagai buah hati mereka sendiri. Bagi Pak Dhe dan Budhe mas Bambang adalah pelipur sepi yang mengisi ruang-ruang kosong diantara mereka.

            Dulu seringkali Pak Dhe menggodaku dengan celotehan-celotehannya untuk memasangkan aku dengan mas Bambang. Tapi waktu itu aku sama sekali tidak memikirkannya dan mengganggap itu hanya guyonan Pak Dhe seperti biasanya.

            Dulu ketika aku megalami kesulitan dalam pelajaran sekolah mas Bambanglah yang sering membantuku menyelesaikan persoalan-persoalan itu. Karena Mas Bambang yang sering datang dan bermain ke rumah Pak Dhe hubungan kami pun menjadi kian dekat. Bahkan aku sudah menganggap mas Bambang ini layaknya saudaraku sendiri. Sesekali aku juga datang ke rumah Pak Busro untuk berkunjung ataupun ketika hari minggu mas Bambang mengajakku untuk membantunya menjada toko milik bakapnya yang berada di pasar sekedar untuk mengusir kejemuan jika aku harus berdiam diri di rumah saja. Mas Bambang pun dulu juga pernah ikut aku pulang ke desa Tunggal karena katanya dulu Pak Busro waktu muda juga sering main ke sini.

***

            Hari itu ada keperluan yang mengharuskan Bapak untuk pergi ke kantor kecamatan dan sekalian saja ibu juga ikut. Kata ibu ia ingin berkunjung ke rumah Pak Dhe walaupun sebenarnya kami juga tahu bahwasanya Ibu sedang ingin sekali pergi ke pasar. Kalau Ibu sudah masuk pasar maka Bapak harus benar-benar bersabar untuk menuggu Ibu selesai dengan kegiatan berbelanjanya.

            Mereka tiba di rumah sampai sore hari. Ceritanya waktu perjalanan pulang ditengah jalan tiba-tiba motor andalan bapak mati begitu saja. Setelah diperiksa ternyata motornya kehabisan bensin. Jadilah Ibu marah-marah ke Bapak karena ketidaktelitiannya. Bapak harus kembali ke Kecamatan dengan berjalan kaki sambil menuntun motor untuk membeli bensin. Karena jaraknya yang lumayan jauh dan cuaca siang yang cukup panas apalagi Ibu pake jarik maka Bapak menyuruh Ibu untuk menunggu di jalan dan mencari pohon untuk berteduh sampai Bapak kembali. Tapi Ibu malah marah-marah karena Ibu tidak mau ditinggal katanya malah kaya orang gila siang-siang begini sendirian di pinggir jalan sepi. “Kalau aku di culik orang bagaimana?!!”, kata Ibu. “Ya tidak mungkin, mana ada. Kalau memang ada yang menculik kamu nanti aku kabari para warga kalau kamu diculik”, jawaban bapak mencoba mencairkan hati Ibu yang sedang kesal. Akhirnya dengan terpaksa Ibu pun ikut bapak berjalan untuk membeli bahan bakar.

            Aku dan bapak terpingkal-pingkal ketika Bapak mengulang cerita ini sewaktu di rumah. Sementara Ibu hanya terdiam saja karena masih jengkel dengan Bapak.

            “Orang kok tidak ada mau berkorban-berkorbannya”, kata bapak.

            Makan malam mendamaikan suasana. Hari itu Ibu ke pasar pastinya hidangan malam ini menjadi berbeda.

            “Ini ayam kesukaanmu. Ayam kampung. Tapi belinya di pasar”, Bapak masih mencoba mencairkan suasana.

            ”Orang kampung beli ayam kampung di pasar yang ada di kota”, gumamnya. Masih kurang berhasil. Ibu sedikitpun tidak menggerakkan bibirnya.

            Setelah selesai makan dengan hikmat. Hidangan ayam yang terasa sedikit berbeda dilidahku namun tidak kalah lezat dari yang biasanya berhasil meleburkan suasana. Sudah tidak ada lagi intrik antara bapak dan ibu semuanya telah hilang bersama hidangan dalam meja makan malam.

            Aku sedang meneruskan sebuah buku yang sedang aku baca. Ketika Bapak datang ikut duduk denganku di ruang tengah. Tiba-tiba bapak tersenyum-senyum sendiri. Memang apa yang lucu pikirku.

            “Kamu tidak sadar ya?”

            “Apa sih Pak?”

            “Itu yang tadi kamu makan itu bukan daging ayam?”

            “Terus apa?”

            “Itu daging bebek”.

            “Ya mana aku tahu. Aku kan sebelumnya juga belum pernah makan daging bebek. Lagian bapak tidak kasih tahu. Niat mau ngerjain ya?”, jawabku.

            “Bukan begitu. Maksud bapak begini. Apa yang menjadi sebuah angan-angan dan harapan itu bisa digantikan ataupun tergantikan. Bahkan bisa lebih baik dan lebih bagus kalau kita selalu bersyukur.”

            Inilah kelihaian bapak lainnya. Bermain analogi. Meski benar terkadang aku begitu malas untuk mendengarnya dan selalu saja diulang-ulang.

            “Maksud bapakmu apa kamu belum punya niatan untuk memberikan bapak dan ibumu ini cucu?”, Ibu tiba-tiba saja masuk tanpa aba-aba dalam pembicaraan.

            “Teman-teman sebayamu itu sudah pada gendong bayi semua”, lanjutnya.

            “Yang namanya cinta itu ada perjalanannya tidak semata-mata apa katanya itu kalau di puisi? Dari mata turun ke hati. Jatuh hati pada pandangan pertama. Itu kan adanya di dalam buku-buku yang sering kamu baca.”

            “Dulu pandangan pertama Ibu ke bapakmu. Ya ampun Ibu benar-benar tidak kuat menatapnya rasanya pusing dulu kalau Ibu ketemu bapakmu.”

            “Tapi kan akhirnya mau”, bapak berbisik pelan padaku.

            “Kalau kamu sama anaknya Pak Busro bagaimana? Ibu lihat kalian kan sudah cukup kenal. Dia juga orangnya sopan, rajin, bakti sama orangtuanya. Lagian bapak dan ibu juga sudah saling mengenal dengan keluraga mereka.”

            Ibu menyampaikan pertanyaan yang sudah kuduga.

            “Maksud Ibu mas Bambang?”

            “Sari lagi tidak mau membahas soal begituan ah Bu.”

            “Ehem.. ehem..”

            Batuk kecil yang dibuat-buat oleh bapak mengahiri pembicaraan malam itu. Tapi aku tersipu. Sedikit-sedikitnya aku tersenyum.

jiyanqAvatar border
jiyanq memberi reputasi
1
210
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.