Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

davidp90Avatar border
TS
davidp90
SKUAT INDIGO 2 BAB 29 PARA PENCURI RAHASIA LANGIT
      <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-formatemoticon-Embarrassmentther; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-familyemoticon-Swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
BAB 29 PARA PENCURI RAHASIA LANGIT

            Dahulu bahkan hingga sampai sekarang golongan-golongan mereka acap kali melakukan pencurian. Mereka mencuri dengar kabar-kabar dari langit. Para pengikut setia iblis itu juga melakukan segala siasatnya untuk mengakali dan memperdaya para penghuni langit. Mereka ingin mendapatkan rahasia-rahasia kehidupan guna menuruti kepentingan hawa nafsu dan tabiat buruk mereka. Mereka adalah golongan-golongan yang selalu ingkar dan hendak melawan takdir serta ketetapan yang telah digariskan oleh Sang Pencipta. Merekalah musuh-musuh yang nyata bagi makhluk-makhluk yang taat.

            Sebuah kitab yang dikenal di kalangan mereka dengan sebutan Kitab Kuri. Kumpulan lembaran-lembaran catatan hasil dari apa yang mereka dapatkan dari perilaku buruk mereka mencuri dengar. Rahasia-rahasia yang dituliskan oleh nenek moyang jauh sebelum mereka yang mengemban misi yang sama hingga nanti sampai tibanya hari pembalasan. Bermodalkan kitab itulah para penghuni Rimba Hitammelandaskan misi dan tujuan mereka demi mewujudkan keinginan-keinginan yang telah sekian lama mereka canangkan. Mereka melanjutkan estafet kejahatan dari tangan pertama para pemikul kedengkian.

            Hal yang paling diidam-idamkan oleh kelompok dari Rimba Hitamadalah membuka portal dua dimensi secara permanen. Jika mereka bisa melakukannya mereka dengan mudah akan bisa masuk ke dunia manusia sesuai kehendak mereka. Dan inilah cita-cita mereka dari dahulu. Impian mereka adalah untuk menaklukan kaum manusia. Mereka akan mengambil manusia sebagai budak dan pengikut mereka. Mereka juga akan membinasakan siapa saja yang menentang mereka.

            Tiga buah batu mustika yang sangat langka dan telah berusia ribuan tahun yang mempunyai kekuatan yang dahsyat harus disatukan sehingga dapat mengendalikan portal dua dimensi. Hal itulah yang sedang dikerjakan oleh para penghuni Rimba Hitam. Setelah berhasil mendapatkan batu mustika dari Kampung Gaibmereka kini telah memiliki dua batu mustika. Tinggal satu batu mustika untuk didapatkan lagi maka jaminan terbukanya pintu yang menghubungkan antara dunia mereka dengan alam manusia dapat terlaksana.

            Sama seperti ketika rombongan Rimba Hitam menyerbu dan memporak-porandakan Kampung Gaib, Kabirakan kembali memimpin kawan-kawannya dalam misi pencarian batu mustika yang terakhir. Namun tidak semudah ketika bertandang ke Kampung Gaib apa yang mereka cari berada di genggaman makhluk yang sangat mematikan.

            Bersama 9 kawan lainnya dari Rimba Hitam Kabir memimpin perjalanan guna mendapatkan mustika terakhir. Kabir merupakan sosok yang sangat kuat dan beringas terang saja ia begitu disegani dan juga ditakuti oleh anggota kelompok lainnya. Namun para petinggi di Rimba Hitam tidak ingin terlena dengan mempercayai sepenuhnya begitu saja kepada Kera Putih Raksasa yang sudah lama pergi dari kawanan mereka. Untuk itulah salah satu dari rombongan yang ikut Kabir dalam misi pencarian barang-barang mustika terdapat Sasaji. Sasaji merupakan sosok yang sangat bisa dipercaya oleh kaumnya sendiri di Rimba Hitam. Maka dari itu ia mendapatkan tugas khusus untuk memata-matai tindak-tanduk Kabir jikalau ia hendak berkhianat. Jika beradu kesaktian melawan Kabir tentu saja Sasaji masih kalah jauh. Namun siluman berwujud manusia kepala kerbaudengan bulu hitam legam yang menyelimuti seluruh tubuhnya itu sangatlah pintar menggunakan akalnya.

            Rawa Lumutsebuah tempat yang terletak di tengah hutan belantara di pulau Jawa. Rawa-rawa yang begitu luas nan dalam. Bersifat sunyi, hening dan mematikan. Tidak ada manusia yang dengan sengaja ingin mengantarkan nyawa ke sana. Bahkan binatang-binatang pun enggan untuk berada di wilayah yang terselimurkan antara dimensi alam nyata dan alam fana. Di tempat itulah batu mustika mesti diambil oleh kawanan Rimba Hitam. Untuk mendapatkan mustika itu bukanlah perkara mudah. Mereka harus mempertaruhkan nyawa.

            Rawa itu dipenuhi dengan buaya-buaya muarayang siap melahap siapa saja yang hendak mengusik keberadaan mereka. Kawanan buaya itulah masalah pertama yang harus dihadapai oleh Kabir dan kelompoknya sebelum mendapatkan batu mustika yang menjadi misi utama mereka.

            Kabir, Sasajidan yang lainnya sudah menapak tanah tepat di depan Rawa Lumut. Suasana yang sangat diam menyambut kedatangan mereka. Tak ingin membuang waktu Kabir memerintahkan salah seorang kawannya untuk melempar tombak tajam ke tengah-tengah rawa yang membisu. Lemparan itu menukik tajam menancap rawa hingga menyisakan sedikit saja ujung dari gagang tombak yang menandakan kedalaman rawa. Tidak berselang lama air yang begitu tenang tiba-tiba mulai bergerak. Berpasang-pasang mata menyembul menatap tajam menantang para pengusik yang datang. Kali ini Kabir sendiri yang melempar senjata tepat mengenai salah satu diantara dua mata hingga mematikannya. Seketika puluhan buaya muara itu keluar dari sarangnya dengan sangat cepat menyongsong para tamu yang sudah datang kepada mereka. Dan memang itulah yang diinginkan oleh Kabir dan kawan-kawannya.

            Pertempuran dahsyat antara dua kawanan hebat pun tidak terelakkan. Meski dengan bersusah payah kelompok Rimba Hitam masihlah unggul dibandingkan dengan para buaya-buaya muara itu. Mengetahui anak buahnya mulai kewalahan munculah Sang Ratu Rawa Lumut. Buaya berukuran berkali-kali lipat besarnya dibandingkan dengan buaya-buaya muara yang merupakan pasukannya. Kemunculan penguasa rawa itu juga sekaligus menarik mata Kabir. Jelas barang berharga yang sedang dicarinya berada di mata sebelah kiri induk buaya itu. Batu mustika berwarna hijau memancar terang. Tibalah waktunya bagi Kabir untuk bergulat mendapatkan apa yang ia cari ke tempat yang begitu suram itu.

            Kabir bergelut dengan buaya raksasa itu. Setiap langkah usahanya untuk mendekat terhalang oleh kibasan ekor buaya raksasa yang sangat kuat. Jika terkena sabetan ekor itu pastinya akan berdampak bahaya. Melihat kawannya yang sedang kesulitan Sasaji datang membantu. Ia menjadi umpan untuk mengalihkan sabetan ekor buaya sehingga Kabir bisa mendekatinya. Dan benar saja ketika buaya raksasa itu fokus kepada Sasaji kesempatan terbuka lebar untuk Kabir. Dengan satu kali lompatan kera putih itu berhasil menduduki kepala sang buaya penguasa Rawa Lumut. Dipelukknya kuat-kuat moncong buaya raksasa itu. Sembari itu dengan cakar kukunya yang tajam Kabir merobek mata sang buaya. Semua itu dilakukannya sembari terombang-ambing karena sang buaya yang meronta-ronta. Cekikan kuat dari kedua lengan Kabir akhirnya bisa melumpuhkan sang induk buaya. Penguasa Rawa Lumut itu pun tergolek lemas. Dengan mudah Kabir mengambil batu mustika hijau yang terpasang di mata sebelah kiri lawannya. Tidak mudah dan juga menghabiskan tidak sedikit tenaga baginya untuk melawan makhluk yang ukuran besarnya tiga kali lipat melebihi dirinya. Dan sebuah pemandangan yang mengejutkan datang kepada Kabir. Dari arah atas terlihat Sasaji yang datang dengan sebilah tombak yang hendak dimaksudkan untuk membunuhnya. Sasaji menukik tajam ke arah Kabir yang sedang menggenggam batu mustika yang baru saja dimenangkannya. Beruntung bagi kera putih itu sebuah kibasan dari sang buaya melempar jauh Sasaji hingga menemui ajalnya.

            Kabir berhasil menuntaskan misinya. Ia pulang dengan delapan rombongannya tanpa Sasaji yang gugur dalam pertempuran itu. Dari perjalanan misi kali ini jelas sudah apa yang disematkan kepada Kabir tentang keanggotannya di Rimba Hitam. Kodam dari Akbar itu sekarang harus lebih berhati-hati kepada ancaman kematian yang datang dari kawanannya sendiri.

heyholetsbroAvatar border
jiyanqAvatar border
anwaranwar93Avatar border
anwaranwar93 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
939
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.