Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

davidp90Avatar border
TS
davidp90
SKUAT INDIGO 2 BAB 31 PERTARUNGAN DUA DUNIA (SELESAI)
      <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-formatemoticon-Embarrassmentther; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-familyemoticon-Swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
BAB 31 PERTARUNGAN DUA DUNIA

            Situasi di Rimba Hitambergemuruh. Apa yang selama ini mereka cita-citakan sudah nampak jelas dipelupuk mata. Warlah menggenggam tongkat berkekuatan tiga mustika keramat yang akan menuntun jalan mereka dengan membuka pintu portal yang menghubungkan dunia gaib dengan dunia manusia sehingga mereka dapat hadir dan bertahta di sana. Tepat ketika purnama  tergambar seutuhnya mereka akan membuka tabir yang selama ini menjadi penghalang untuk mereka. Di Rimba Hitam itulah terdapat sebuah titik penghubung antara dua dimensi yang berbeda. Apa yang dilakukan oleh para penghuninya dengan mengkeramatkan tempat tersebut dari zaman nenek moyang mereka dahulu sejatinya adalah untuk menjaga titik tersebut. Itulah alasan kenapa para setan dan juga sekutunya bermarkas dan mengistimewakan Rimba Hitam.

            Kicauan-kicauan dari mulut-mulut setan terdiam. Suasana hening seketika. Purnama telah penuh. Semua mata tertuju kepada Warlah pemimpin mereka. Sosok bayangan hitam itu melangkah dengan senjata tongkat mustika yang berada ditangannya. Perhatian tertuju kepada sebuah batu yang memiliki ukiran-ukiran khas tulisan kuno. Itulah pusat titik pintu yang menyambungkan dua dunia. Warlah mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Diketukannya dengan keras ketiga mustika itu tepat di titik batu berlekuk mantra-mantra. Sebuah getaran hebat terjadi layaknya gempa yang menggoncang bumi. Dari pusat titik itu menyembullah sebuah kilatan cahaya yang kemudian meluas, meninggi serta melebar. Dan tampaklah di depan Warlah dan para penghuni Rimba Hitam beserta para pengikutnya sebuah tabir yang telah terbuka. Kini di depan mereka terlihat dengan jelas alam manusia yang hanya berjarak sejengkal mata. Mereka hanya perlu melangkah untuk memasukinya. Keberhasilan mereka dalam membuka dinding pembatas itu bukanlah merupakan sebuah hasil akhir. Namun terbukanya pintu bagi mereka itu adalah sebuah awal dari segala rancangan niat buruk mereka. Warlah dan yang lainnya juga dengan jelas bisa melihat apa yang telah menanti untuk menghalang laju niatan jahat mereka.

             Ketika portal pintu dua dunia berhasil dibuka dari Rimba Hitam maka terbuka jugalah sisi pintu dari alam manusia yang juga nampak dengan jelas. Jika Rimba Hitamadalah titik di alam gaib maka di dunia manusia portal itu terbuka di titik tengah pulau Jawa yakni Dieng. Dan terlihat dengan sangat gamblang terbukannya pintu pembatas itu oleh kelompok golongan putih yang telah bersiap sedia di sana.

            Luguh, Guru dan Goro mempimpin pasukan dari Kampung Gaib. Buyut pun membawa serta kawan-kawannya baik dari kalangan jin putih, siluman mau pun juga dari bangsa manusia. Sang Kyai bersama santri-santri terbaiknya. Dan para penguasa tempat-tempat di Jawa yang membawa pasukan serta petarung-petarung terbaik mereka. Dan tidak ketinggalan para petinggi negara yang juga turut terlibat dalam persoalan ini turut andil dengan mengerahkan pasukan bersenjata. Merekalah kelompok dari golongan putih yang bersiap untuk menghadang dan membinasakan niatan buruk dari kelompok golongan jahat dari Rimba Hitam yang dipimpin oleh Warlah.

            Ribuan kaki melewati batas dua dimensi. Warlah kini memimpin pasukannya untuk menuju kepada apa yang diyakini menjadi takdir mereka yang mereka tetapkan sendiri atas dasar kemauan nafsu dan amarah semata.

            “Lihatlah manusia-manusia itu. Merekalah penghalang bagi kenikmatan yang seharusnya menjadi hak-hak kita. Perangilah mereka. Binasakan mereka”, pimpinan Rimba Hitam itu mengacu kepada para golongan putih yang tengah bersiap untuk menghadang mereka. Warlah memerintahkan para pengikutnya untuk langsung menyerang. Dan Kabiradalah sosok yang ditunjuk olehnya untuk menjadi panglima perang bagi pasukan Rimba Hitam.

            Sementara itu pasukan dari golongan putih sudah bersiap menunggu serangan dari musuh-musuhnya.

***

            Dua kekuatan saling beradu. Ibarat dua magnet dengan dua kutub yang berlawanan yang dibentrokkan. Dahsyatnya dua serangan yang berbenturan menggoyahkan jagat bumi dan menggetarkan kolong langit.

            Ribuan pasukan golongan hitam bak ombak besar yang datang hendak menggulung para petarung dari golongan putih yang jumlahnya tidak lebih dari mereka. Satu melawan dua adalah perbandingan jumlah bala tentara di pertempuran  itu.

            Siapa yang menyangka? Permainan siasat yang dilakukan kedua belah kubu menemui ajalnya di awal laga. Kabir yang ditunjuk sebagai panglima bagi kelompok Rimba Hitam harus digantikan. Jantung Kera Putih Raksasa itu mati tertusuk dengan tikaman tongkat bermata tiga mustika keramat dari tangan Warlah. Selanjutnya penguasa kegelapan sendiri itulah yang akan memimpin pasukannya dalam peperangan.

            Luguh membawa pasukannya dengan didampingi dua petarung terkuatnya dari Kampung Gaib yakni Guru dan Goro menerjang serbuan pasukan Rimba Hitam. Sementara itu para santri-santri murid dari Sang Kyai membelah riuhnya kedatangan pasukan-pasukan setan dengan kesaktian mereka. Para prajurit militer menghujankan peluru-peluru mereka yang sudah diramu dengan bahan khusus untuk bisa melumpuhkan makhluk-makhluk sesat yang berasal dari dimensi lain.

            Pertandingan dua kubu itu berlangsung berjam-jam. Pada akhirnya keunggulan jumlah pasukan golongan hitam mulai menunjukkan dampaknya. Buyut yang terus berjuang dengan satu lengannya mulai terdesak. Ia dan pasukkanya mulai kewalahan menghadapi orang-orang dari Rimba Hitam. Tidak sedikit kawan-kawan Buyut yang sudah terkapar meregang nyawa. Gema suara gemuruh sorak-sorai mulai terdengar dari lirih hingga semakin nyata. Kedatangannya ditandai dengan bergetarnya tanah pertempuran di sisi sebelah barat. Manusia-manusia kera menepati sumpah janjinya. Mereka datang untuk hari pembalasan dan penebusan dosa mereka. Akbar memimpin turunnya pasukan penghuni rahasia puncak Sumbing.

            Akbar dengan Cakar Elangnya membabi buta menyerang kaum-kaum Rimba Hitam. Para manusia yang berwujud kera yang masih dalam kondisi prima melaju mengacak-acak barisan pasukan musuh yang jumlahnya dua kali lipat dibandingkan mereka.

Akbar yang sudah paham dengan situasi seperti ini langsung melangkah menyusur badai lautan pertempuran guna mencari kepala dari pasukan golongan hitam. Ia mencari Warlah. Tidak mudah baginya untuk membelah pertarungan-pertarungan yang memenuhi medan laga dan serangan-serangan pun tak henti-hentinya mendatanginya. Tenaga dan waktu harus segera dipangkas untuk segera bisa berduel dengan penguasa kegelapan. Untunglah ada seorang prajurit dari golongan jin yang mengawalnya dan memberi perlindungan jalan baginya.

“Kejarlah Warlah, aku akan membuka jalan untukmu”, ucap prajurit tangguh itu.

“Terimakasih wahai kawanku”, ucap Akbar.

“Panggil saja aku Sinar”, ujar prajurit itu.

Akbar yang terus melaju untuk mencari keberadaan Warlah di pertempuran itu tersenyum sekaligus terkejut mengetahui siapa sosok yang baru saja ditemuinya. Prajurit perempuan itu berperawakan kekar dengan wajah yang menakutkan. Mulutnya berhias dua taring yang panjang serta mata ularnya menyala tajam. Wujud asli dari anak Luguh itu sangat jauh dengan apa yang didambakan dan dibayangkannya selama ini.

“Akhirnya kau tiba juga wahai manusia”, ucap Warlah.

“Tentu kau tidak asing dengan suaraku bukan?”

“Sayang kau terlambat tidak bisa menyaksikan kodammu yang sudah aku binasakan.”

Akbar tidak sedikitpun berbicara ketika sudah mendapatkan Warlah dan mendengar celotehannya. Ia langsung saja menyerang sosok bayangan hitam itu. Aneh rasanya. Cakar Elang yang begitu mematikan nyatanya tidak dapat menjangkau bayangan hitam Warlah. Alih-alih melukainya justru pukulan tongkat dari Warlah dengan sekali ayunan langsung dapat merobohkan Akbar dengan begitu mudah.

***

            “Kenapa kamu nampak biasa saja dengan apa yang sedang terjadi di hadapanmu saat ini?”

            “Untuk apa aku harus takut atau kagum Kyai? Ini semua tidak lain hanyalah permainan setan dan kebablasan kalian menuruti hawa nafsu dan akal kalian.”

            “Sekarang apa yang bisa aku bantu?”, tanya Hamka kepada Sang Kyai.

            “Pergilah ke tengah pertempuran itu. Hancurkan batu berpendar yang terdapat pada tongkat itu”, pinta Sang Kyai.

            Hamka dengan tenang mulai menapakkan langkahnya ke dalam arena pertempuran. Terlihat cahaya dari dalam dirinya yang menyelimuti seorang alim itu. Pancaran sinar itu membius setiap tatapan yang melihatnya. Keburukan-keburukan itu menghindar. Tidak ada satu orang pun yang hendak melakukan serangan terhadapnya. Terbukalah jalan baginya untuk melaksanakan tugasnya.

            Akbar sedang menjadi bulan-bulanan Warlah. Perlawanannya terhadap penguasa Rimba Hitam itu tiada berarti. Warlah benar-benar tidak tersentuh. Sebuah pendaran cahaya dari kejauhan kian mendekat. Mata merah Warlah tersilaukan oleh hal itu. Hamka berhasil menemukan musuhnya di tengah medan pertarungan.

            Pemimpin kegelapan itu hanya membisu. Warlah layaknya mati. Ia tidak bisa berkata-kata atau pun menggerakkan tubuhnya untuk melakukan sebuah serangan. Warlah hanya terdiam. Ia tidak bisa bergerak untuk menyerang maupun melarikan diri. Hamka mendekati Warlah. Kemudian diambillah tongkat bermahkotakan tiga mustika keramat yang menjadi senjata andalan Rimba Hitam dari tangan setan bayangan hitam itu. Tanpa berkata-kata Hamka dengan niat di dalam hatinya menghancurkan benda terkutuk itu dengan cara dibantingkannya kepala tongkat itu ke tanah. Leburlah ketiga mustika keramat yang telah disatukan itu. Seketika itu juga portal pintu dua dimensi berangsur menyusut dan menyedot makhluk-makhluk yang keluar melaluinya dengan sangat cepat. Portal terlarang itu pun menutup utuh dan menghilang tanpa meninggalkan satu pun makhluk yang memang tidak layak berada di tempat yang bukanlah tempatnya berada.

            “Kenapa kau bisa begitu hebat?”, tanya Akbar kepada orang yang baru pertama kali ditemuinya itu.

            “Aku tidak hebat. Hanya saja aku tidak mempercayai atau pun takut kepada mereka. Sehingga mereka (setan dan iblis) tidak mempunyai kuasa atas diriku”, sahut Hamka.

            “Apa kau punya saran buatku?”, Akbar lanjut bertanya dengan keadaan masih terkapar.

            “Tinggalkanlah semua ini. Semua ini hanyalah akal-akalan tipu muslihat mereka (iblis dan setan). Apa yang mereka tampakkan kepadamu sama sekali tidak akan ada gunanya kelak. Mereka tidak bisa memberikan kerugian maupun keberuntungan. Kembalilah ke jalan yang benar”, tambah Hamka.

 

*SELESAI*

JUDUL : SKUAT INDIGO 2 (FIKSI)


heyholetsbroAvatar border
jiyanqAvatar border
belajararifAvatar border
belajararif dan 3 lainnya memberi reputasi
4
483
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.