Hikayat malin kundang, adalah cerita rakyat yang begitu populer dari sumatera barat.
Bahkan di Negeri Tetangga kita Malaysia juga ada kisah yang isinya sama tapi dengan nama tokoh yang berbeda yaitu "si Tanggang"

Cerita rakyat ini menceritakan kisah seorang anak yang durhaka kepada ibunda nya setelah dia menjadi saudagar kaya.

Kisah Malin Kudang, ane gak perlu tulis di thread ini, sebab ane yakin sebagian kalian sudah tahu kisah ini.

Dibeberapa tulisan yang ane baca, kisah Malin Kundang ini banyak penulis yang dalam tulisannya menuliskan hikmah dikisah Malin Kundang, yaitu sebagai seorang anak kita tidak boleh menyakiti orang tua.



Oke ane setuju itu, sebagai seorang anak, apapun keadaan orang tua kita, sebagai anak wajib hormat dan tidak boleh menyakiti orang tua.

Tapi bagaimana kalau ane punya cara pandang yang beda dalam mengambil hikmah kisah Malin Kundang ini, Yaitu kenapa hanya Malin Kundang saja yang dijadikan tersangka dalam kisah ini.

Kita semua tahu didalam cerita itu, tidak pernah diceritakan siapa Bapaknya Malin Kundang, masa kecil Malin Kundang, bagaimana hubungan antara si Ibu dengan Malin Kundang kecil hingga sebelum (alasan) si Malin Meninggalkan ibunya merantau.
Apakah alasan Malin pergi hanya faktor ekonomi atau sebab lain?.

Apa yang akan ane paparkan hanya hipotesa ane, benar salahnya silahkan agan nilai sendiri, karena alasan pasti perginya malin kundang hanya si pembuat cerita saja yang tahu.

Di ending kisah Malin Kundang, tentu semua tahu bahwa si ibu akhirnya mengutuk anaknya sendiri menjadi Batu.
Lalu yang jadi pertanyaan adalah, apakah perbuatan si ibu ini benar? Apakah ketika seorang anak yang bersalah harus di laknat?

Lalu apakah perbuatan Malin Kundang yang tak mengakui ibunya sendiri hanya karena faktor malu punya ibu yang miskin?
Bisa jadi perbuatan Malin ini didasari oleh trauma masalalu dengan ibunya yang buruk.

Dalam kehidupan nyata, sangat kecil kemungkinan seorang anak akan berbuat tega pada orang tuanya hanya karena faktor orang tua miskin.
Seorang anak akan lebih mungkin menyakiti orang tuanya ketika mendapatkan trauma buruk dari perilaku orang tuanya.

Ketika seseorang yang memiliki psikologis yang sehat, apalagi seorang ibu, tentu tidak akan semudah itu melaknat anaknya sendiri hanya karena tidak diakui sebagai ibu oleh si anak.
Bisa saja psikologis si ibu nya ini buruk, mungkin disebabkan trauma masalalu yang dialami si ibu.



Menurut hipotesis ane, bagaimana kalau ternyata ibunya si malin ini dulunya tidak mendapat restu ketika menikah dengan bapaknya malin, dan akhirnya diusir keluarganya sendiri.
Dan kemudian si suami ternyata sikap aslinya adalah orang yang kasar, kemudian disatu waktu pergi meninggalkan si ibu dan si anak.
Karena kejadian ini maka si ibu akhirnya depresi dan melampiaskan rasa depresi ini kepada anaknya sendiri yaitu Malin Kundang.

Ketika si ibu ini menghadapi satu kenyataan, tidak diakui oleh anaknya, maka depresi dan trauma masalalunya muncul kembali. Lalu entah dengan sadar atau tidak maka terucaplah kalimat laknat itu.

Perbuatan Malin Kundang tentu tidak terpuji dan tak patut untuk ditiru siapapun, tetapi perbuatan si ibu juga sama sekali tidak boleh ditiru oleh siapa saja yang menyandang status sebagai orang tua.

Ketika Anak Anda bersalah pada Anda sebagai orangtuanya, tentu sebagai orangtua berhak merasa jengkel atau marah.

Tetapi apakah melaknat dan mendoakan sesuatu yang buruk pada anak itu dibenarkan?



Hai Orangtua ketika Anda mendoakan keburukan pada anak anak mu karena kesalahannya, artinya Anda senang kalau anak anak mu mendapat celaka.
Kenapa tidak kau beri kesempatan pada anak mu untuk bertaubat.

Bagi orang yang beragama tentu tahu betul bahwa Tuhan itu bukan hanya Tuhannya Orangtua saja, melainkan Tuhan nya anakmu juga.

Hanya karena status mu sebagai orangtua apakah perbuatan buruk mu pada anak mu tidak akan mendapat perhitungan dari Tuhan?

Ketika Orangtua melaknat anaknya, tentu konsekuensinya adalah mengakibatkan si anak ke neraka, artinya sebagai orangtua anda senang melihat anak mu tersiksa di neraka.
Betapa serakahnya Anda ingin memiliki surga sendirian tanpa anak mu disisi mu.

Manusia memiliki status sebagai orangtua hanya ketika memiliki anak, ketika anda tidak memiliki anak, status anda hanya sebagai suami atau istri manusia lainnya.

Sebagai Orangtua tentu tidak semua apa yang diberikan pada anak anakmu atau apa yang kalian ajarkan (baik ucapan, perilaku) pada anak anak mu semua benar.

Kesalahan yang anak anakmu perbuat, bisa jadi akibat dari perbuatanmu sendiri sebagai orangtua yang tanpa Anda sadari.

Meskipun kisah Malin Kundang ini kemungkinan adalah Fiktif, tentu banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil.
Namun bukan hanya hikmah bagaimana sikap hormat anak kepada orangtuanya, tetapi bagaimana sikap dan perilaku orangtua kepada anaknya.

Cara pandang TS dalam mengambil hikmah dari kisah malin kundang ini murni dari pola pikir TS sendiri, yang tentu sebagai pengingat diri sendiri yang mana TS juga sebagai orangtua seorang anak, sebagai pengingat bagaimanapun orangtua pasti bisa melakukan kesalahan pada anaknya.

Terimakasih buat kaskuser semua yang telah membaca tulisan TS, salah dan khilaf murni dari TS, kebenaran hanya Milik Tuhan.



Sumber : Opini TS sendiri , 01, 02 , 03