ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #55 : Murid Ke-37


Di kelas XII-4 ada 36 murid yang tercatat sebagai siswa, 18 laki-laki dan 18 perempuan. Di kelas lain juga begitu. Meski perbandingan pria dan wanita berbeda, tapi setiap kelas memiliki 36 siswa. Normalnya akan ada 37 meja di setiap kelas termasuk meja guru, tetapi di kelas XII-4 ada 38 meja yang tersedia.

Itu bukanlah kesalahan. Bukan juga meja ekstra untuk pajangan. Meja itu sudah ada di sana sejak lama sekali. Di ruangan kelas yang mana meja di susun 6 baris dan 6 kolom, meja itu mengisi baris ke-7 sendirian. Tak ada yang berani duduk di meja itu karena meja itu ada penghuninya.

Tak sedikit yang sudah berusaha menyingkirkan meja itu. namun tak peduli meja itu dipindahkan ke gudang atau bahkan dihancurkan, meja itu akan secara ajaib muncul kembali di tempat semula keesokan harinya. Pernah ada yang memasang cctv di kelas, tetapi selalu ada masalah pada rekaman dan meja itu sudah muncul di sana.

Akhirnya kami semua memilih mengabaikan meja itu. Senior-senior kami sudah berbagi cerita tentang kesurupan dan benda yang bergerak tiba-tiba, tapi mereka sepakat bahwa lebih baik mengabaikan kejanggalan seperti itu. Selama kami mengabaikannya tak akan ada hal buruk yang terjadi.

Bagiku yang duduk tepat di depan meja itu, mengabaikannya adalah hal yang cukup sulit. Setiap kali aku berjalan ke mejaku meja itu akan selalu memasuki pandangan. Meja itu tampak biasa saja. Agak kuning dimakan waktu, tapi selebihnya benar-benar normal.
Kukira aku akan bisa mengabaikannya untuk setahun penuh, tapi ternyata kejanggalan demi kejanggalan membuatku penasaran.

Kejanggalan pertama terjadi beberapa minggu sejak semester baru dimulai. Pak Rudi, guru Matematika yang luar biasa membosankan, tengah menjelaskan dengan suara monoton yang nyaris membuat seluruh kelas tertidur. Saat dia menulis contoh soal dan mencari korban untuk mengerjakan soal di depan tiba-tiba saja Anita berdiri dan mulai meraung.

“AING MACAAAANNN!!!!”

Emm, tidak, bukan begitu teriakannya. Entah bahasa apa yang dia gunakan tapi jelas sekali dia bukanlah dirinya. Satu kelas langsung panik dan memanggil Toni dari kelas sebelah yang katanya cucu seorang dukun. Setelah dijampi-jampi akhirnya Anita pun kembali ke dirinya semula.

Kesurupan itu pun mulai menjadi rutinitas. Bedanya kami tak lagi repot-repot memanggil Toni, kami memilih mengabaikan yang kesurupan sampai mereka lelah dan kembali waras dengan sendirinya. Toh mereka tidak mencoba melukai siapa-siapa.

Setelah itu fenomena benda bergerak sendiri pun mulai terjadi. Awalnya cuma buku pelajaran yang tiba-tiba keluar dari tas, tapi belakangan banyak yang merasa tubuh mereka diraba oleh tangan tak terlihat. Semua sepakat itu adalah ulah “Murid ke-37” yang mencoba mengganggu kami. Untung saja tak ada yang tahu akulah yang mencolek paha Anita dua minggu lalu.

Meski kami mencoba mengabaikan semua hal itu, tapi aku tahu semua orang memikirkannya. Siapa sebenarnya penghuni meja itu, apa yang dia inginkan, bagaimana cara menyingkirkannya. Setelah satu semester kami pun mulai mendapat petunjuk.

Pagi itu hujan jadi upacara bendera tak diadakan. Aku duduk diam di kursiku sembari melukis ‘kaligrafi’ di permukaan meja menggunakan tipex. Entah angin apa aku berakhir menulis sebuah pertanyaan di meja belakang.

‘Kau siapa?’

Tiba-tiba saja meja itu bergetar seolah terjadi gempa. Aku sempat panik karena mengira penghuni meja itu marah padaku, tapi guncangan itu berhenti dengan cepat. Apa yang tertulis tepat di bawah pertanyaan yang kutulis adalah jawaban darinya.

“Nora?”

Empat huruf itu tampak seperti bekas cakaran. Mendengar suara berisik dariku beberapa teman ikut mengelilingi meja itu.

“Arwah gentayangan rupanya,” bisik Anita. Tanpa meminta ijin dia mengambil tipexku dan menulis, ‘Kenapa kau ganggu kami?’

Hal yang sama pun terjadi lagi. Meja tiba-tiba bergetar dan cakaran itu muncul begitu saja.

“Belajar? Kau belajar apa nyolek-nyolek paha orang?”

“Ssstt! Jaga mulutmu. Kau mau dirasukin lagi? Aing Macaaaann!!”

Anita langsung melempar tipex di genggamannya ke wajahku.

Sekarang setelah kami tahu cara berkomunikasi dengan Nora, pertanyaan demi pertanyaan pun dilontarkan. Semua orang ingin mencoba bicara dengannya sampai akhirnya seluruh meja berubah menjadi putih. Akibat rasa penasaran sepele itu pertanyaan paling penting pun tak sempat ditanyakan.

Kenapa kau masih di sini?

Jika Nora memang hantu penasaran, apa yang masih membuatnya penasaran?

“Aduh gimana nih? Ini tipex bisa dikikis nggak?” tanya Anita.

“Memangnya kau mau nanya apa lagi? Udah dia bilang dia nggak suka pahamu.”

“Bukan itu, bodoh! Aku mau tanya gimana cara biar dia bisa ke surga. Kan sedih kalau dia terus di sini sampai kiamat. Nanti kalau misalnya sekolah digusur dia mau ke mana?”

Siapa sangka Anita yang paling sering menjadi korban Nora punya perasaan semacam itu. Aku juga merasa akan lebih baik jika Nora bisa berpindah ke alam berikutnya dan berhenti mengganggu yang masih hidup. Akhirnya aku pun mengambil spidol dari meja guru dan menulis di atas tipex yang sudah kering.

“Apa yang kau mau?”

Kali ini jawabannya tidak secepat sebelumnya. Aku sempat mengira spidol tidak efektif, tapi untungnya meja itu kembali bergetar dan menampilkan dua kata berupa cakaran yang menguliti tinta tipex di meja.
‘Aku ingin lulus.’

***


Entah bagaimana ceritanya kami ber-36 mulai mencari asal-usul dari Nora. Kami menghubungi alumni-alumni sekolah dan bertanya sejak kapan Nora menghantui meja itu. Sekolah kami sudah berdiri sejak jaman penjajahan Belanda jadi ini merupakan tugas yang sulit. Namun, berkat bantuan beberapa guru, kami akhirnya menemukan seseorang yang mengaku mengenal Nora.

Ternyata Nora sudah meninggal lebih dari 50 tahun yang lalu. Saat itu dia duduk di kelas 3 Sma, kelas XII-4. Tampaknya seluruh kelas sudah merencanakan perjalanan untuk merayakan kelulusan, sayangnya Nora terjebak longsor dan meninggal dunia sebelum itu terjadi.

Sejak saat itulah Nora menjadi hantu penasaran. Awalnya dia cuma kepingan arwah yang tak bisa apa-apa, tapi seiring waktu berjalan dia menjadi semakin kuat dan mulai mengganggu manusia. Tidak, sebenarnya dia tidak menganggu, dia hanya ingin bersekolah seperti biasanya. Dia merasuki kami untuk menjawab pertanyaan guru, dia mengeluarkan buku untuk membaca, dan dia menyentuh kami karena ingin berteman. Dia tidak bermaksud buruk, kami saja yang ketakutan.

Setelah mendengar cerita ini kami pun berdiskusi dengan kepala sekolah. Kepsek yang juga sudah lelah dengan status sekolah berhantu setuju untuk memasukkan nama Nora ke daftar absen. Sejak saat itu Nora secara resmi menjadi Murid Ke-37. Kadang-kadang guru akan menyuruhnya mengerjakan soal di papan tulis. Jika ini terjadi dia akan merasuki salah satu murid dan mengerjakan soalnya.

Perlahan-lahan kami mulai terbiasa dengan keberadaannya yang tak terlihat. Meski sulit untuk berkomunikasi tapi dia benar-benar ada di tengah kami. Kalau mengingat kami semua merasa takut saat Anita pertama kali kerasukan rasanya sudah sepuluh tahun berlalu. Aneh memang. Ketakutan itu sendiri tak lagi menakutkan jika sudah terbiasa.

Dan akhirnya tibalah hari kelulusan. Rasanya sangat aneh saat kepsek memanggil nama Nora untuk maju ke depan mengambil ijasah. Murid-murid kelas lain pun saling pandang dan mulai tertawa saat kepsek memegang lembar ijasah tanpa ada yang mengambilnya.

Namun kemudian angin kencang muncul entah dari mana meski kami berada di dalam ruangan. Ijasah Nora terbang terbawa angin dan tak kunjung mendarat tak peduli seberapa lama kami menatapnya. Dia terus terbang, terbang, dan terbang hingga lenyap dari pandangan.

Sejak saat itu meja ke-37 pun menghilang bersamaan dengan kelulusan kami. Rasanya seperti kehilangan seorang teman, tapi kami bersyukur Nora akhirnya berhasil lulus setelah 50 tahun lamanya. Kuharap, dia tidak merayakan kelulusannya dengan coret-coret.

***TAMAT***
spaghettimiAvatar border
regmekujoAvatar border
itkgidAvatar border
itkgid dan 7 lainnya memberi reputasi
8
796
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.