ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #59 : Apa Kau Manusia?


Aku sedang jatuh cinta.

Sudah lama rasanya sejak aku tertarik pada seorang wanita. Setiap kali aku melihat ujung rambut Yuna melambai rasanya seperti hatiku tersapu dari segala emosi negatif. Pikiran-pikiran berat seperti cicilan dan pekerjaan mendadak tak lagi mengganggu. Hidup menjadi luar biasa indah.

Dengan banyak keberanian aku menyatakan cinta dan betapa bahagia diriku saat dia menerimanya. Setiap hari terasa seperti bunga jika aku melaluinya bersama Yuna. Hari demi hari, tahun demi tahun, akhirnya aku pun berniat meminangnya.

“Dia manusia asli kan?”

Pertanyaan dari Yudis membuat otakku berhenti jalan untuk sesaat. Manusia asli? Apa maksudnya?

“Ya enggak ada masalah juga sih. Asal kalian bahagia itu aja cukup. Walau cuma di dunia sih.”

Aku menelan ludah sambil gemetar memikirkan apa yang dia katakan.
Sudah lebih dari 50 tahun sejak pemerintah memperkenalkan Android sebagai solusi merosotnya jumlah penduduk. Mereka bukanlah manusia, tapi sama sekali tak ada bedanya. Baik penampilan maupun sifat mereka persis seperti manusia sungguhan.

Mereka bertumbuh dan juga bisa bereproduksi layaknya manusia normal. Namun, Android tidak bisa mati. Android hanya bisa mati dengan “dibunuh” secara rahasia saat mencapai kondisi tertentu di masa tua. Meski jantungnya ditusuk atau lehernya terlepas, Android tidak akan mati.

Masalahnya adalah, Android itu sendiri tak sadar kalau mereka adalah Android. Mereka diciptakan untuk menjadi bagian dari masyarakat dan karenanya hanya pemerintahlah yang tahu mana yang Android dan mana yang tidak dan pemerintah tak akan pernah memberitahu siapa pun rahasia itu. Tujuan mereka adalah meningkatkan pertumbuhan penduduk. Membongkar hal itu hanya akan menambah masalah.

Bahkan pada awalnya keberadaan Android itu sendiri adalah rahasia. Masyarakat baru mengetahui tentang Android saat seorang Android terlibat kecelakaan dan selamat meski organ dalamnya berserakan. Sempat terjadi gejolak penolakan, tapi sekarang mereka sudah benar-benar menjadi bagian dari kami.

“Anak antara manusia dan Android terlahir 100 persen manusia kan? Kalau Android sudah bisa melahirkan maka apa lagi bedanya dengan manusia?” aku bertanya pada Yudis yang menggeleng tak tahu.

“Cuma masalah etika, masalah agama. Masih banyak yang nganggap menikahi Android itu tidak sah karena Androit nggak punya jiwa. Ingat, istri kita akan jadi bidadari kita di surga kelak. Kalau istrimu nggak punya jiwa terus siapa yang menemanimu di surga? Siapa yang mengawasi anak-anakmu dari atas sana?”

Perkataan Yudis membuatku gemetar. Banyak orang sudah meninggalkan agama, tapi aku adalah orang yang religius. Aku ingin hidup bersama istriku di dunia dan akhirat, tapi menikahi Android hanya akan membuatku menjadi suami di mata hukum, bukan di mata Tuhan.

Jadi, apakah Yuna seorang Android? Oh Tuhan, semoga saja bukan.

“Yuna, kau itu … manusia kan?”

Ketakutanku tumbuh dan keluar dalam bentuk pertanyaan. Aku memiliki banyak keraguan tentang Android dan jika Yuna benar-benar salah satunya maka seluruh hubungan kami akan terasa amat berbeda.

“Ya manusia lah. Kau takut aku Android ya? Emang kalau iya kau bakal ninggalin aku? Setipis itu ya cintamu?”

Meski dia bertanya dengan candaan sarkastik tapi aku merasakan getaran mengguncang hubungan kami. apakah Android sungguh merasa? Atau mungkin itu cuma perasaan yang dibuat-buat. Aku tahu AI sudah jauh melampaui manusia dan bahkan punya kesadaran, tapi tetap saja aku merasa mereka tak mungkin menyamai yang asli.

Semua Android yakin bahwa mereka adalah manusia, tapi jika itu hanya kepercayaan palsu maka apalagi yang bisa dipercaya? Bukankah semua perasaan itu cuma program? Apa bedanya itu dengan penipuan?

Belum pernah rasanya aku setakut ini. Seluruh hidupku tengah dipertaruhkan. Ada bagian dari diriku yang mencoba tenang dan menerima semua apa adanya, tetapi ketakutanku lebih besar.

Apa artinya aku mencintainya jika perasaannya padaku tidaklah nyata? Aku … hanya menginginkan ketulusan yang sesungguhnya. Bukan program yang dirancang membalas sebab dengan akibat.

“Emangnya apa sih bedanya manusia dan Android?” tanya Yuna dengan santai seolah ini merupakan topik yang tak lagi tabu. Cuma serpihan keresahan yang sudah kuno dimakan jaman. “Mana yang asli mana yang palsu, kenapa orang suka banget mikir susah-susah?”

“Kau sendiri gimana? Menurutmu apa bedanya?”

“Ya nggak ada bedanya. Memangnya kau yakin manusia itu asli? Jangan-jangan manusia juga cuma tiruan alien. Ngapain pusing mikirin asli atau palsu? Kalau suka ya suka aja. Simple kan?”

Aku tak membenci pola pikirnya yang sederhana, tapi ketakutan tak bisa hilang hanya dengan penghiburan seperti itu. Tak peduli mana yang asli dan mana yang palsu, akan jauh lebih indah jika kita saling mencintai dengan setara. Tak mungkin ada yang bisa menyamakan cinta pada binatang dengan cinta pada manusia.

Apakah cintanya tulus? Atau sekedar data yang dimanipulasi? Pertanyaan-pertanyaan itu terus bergaung di dalam tengkorak dan membuatku gila.

Aku harus tahu.Bagaimanapun caranya aku harus tahu!

***


Hanya ada satu cara untuk mengetahui apakah seseorang Android atau bukan, yakni dengan membunuhnya. Android tidak akan mati, mereka bisa diperbaiki meski tubuhnya rusak.

Aku tahu akal pikiranku mulai tidak sehat, tapi cintaku pada Yuna sudah terlalu besar sampai-sampai aku tak bisa menerima jika semua itu hanya kebohongan. Jika ternyata dia adalah Android maka dia tidak akan mati. Namun jika dia memang manusia … setidaknya aku tahu perasaannya benar-benar murni.

Apalah artinya hidup jika tanpa perasaan? Apalah artinya hidup jika hanya berisi keragu-raguan? Cintaku, hatiku, biarlah kubuktikan semuanya dengan tindakan.

Aku tak menyesalinya. Dengan kedua tangan bersimbah darah Yuna, aku tersenyum dan menangis bahagia. Ahh, cintanya padaku nyata adanya. Aku bahagia, aku sangat mencintainya.

Cintaku padanya pun sama besarnya. Sebagai bukti aku mengambil pisau yang kugunakan menikam lehernya dan menusuk jantungku sendiri. Meski kami tak bisa memiliki masa depan bersama di dunia, setidaknya aku bisa menemaninya di akhirat.

Biarlah setiap tetes darah yang mengalir menjadi bukti cintaku. Bersama dalam kematian tidak terlalu buruk.

[STATUS REPORT : UNIT 27229 MENUSUK JANTUNGNYA SENDIRI. SEGERA LAKUKAN PERBAIKAN]

Suara siapa itu? Apakah itu suara malaikat yang datang menjemput?

[STATUS REPORT : UNIT 27229 SELESAI DIPERBAIKI. SEGERA MELAKUKAN RESET]

Hah …. Hahahahahahahahahaha.

“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAAAAAA!!!!”

Pisau, darah, Yuna, semua menghilang. Kira-kira, apakah perasaan dalam diriku ini nyata? Atau cuma sekedar data?

***TAMAT***

beninghijauAvatar border
maxx69Avatar border
YoayoayoAvatar border
Yoayoayo dan 8 lainnya memberi reputasi
9
698
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.